" Hai cantik. " sapa seseorang dengan senyum lebarnya, begitu aku megerjapkan mata ku beberapa kali.
" Kak Fikri? Kok elo ada di sini? " tanya ku bingung sembari mencoba bangun dari tidur ku dan langsung di tahan oleh dirinya.
" Udah, tiduran aja dulu. Tadi gue nelpon elo. Mau ngejemput elo dari kantor sekalian ngajak makan malam. Tapi nyokap lo yang ngangkat telpon gue. Trus bilang lo lagi sakit jadi gak ngantor. Lagi dapet tamu bulanan kata nyokap lo. Makanya gue langsung ke sini. " jawabnya sambil ikut duduk di samping tubuh ku dan bersandar di kepala ranjang sembari meluruskan ke dua kakinya di atas ranjang.
Ulahnya yang bersandar saat ini membuat ku langsung memeluk tubuhnya yang masih terbalut pakaian kantornya dan mengubur wajah ku di pinggulnya seraya melingkarkan kaki ku di kakinya. Ke dua orang tua ku memang sudah mengenal baik kak Fikri, kak Dhana, kak Abas dan kak Rian semenjak beberapa tahun yang lalu.
Sehingga mereka seringkali berkunjung ke sini saat weekend dan tak bekerja. Bahkan orang tua ku akan tenang jika aku berpergian bersama para lelaki berempat ini, ke mana pun aku pergi. Jadi, jangan heran menemukan dirinya sudah ada di kamar ku seperti saat ini, bahkan ketika aku masih tertidur.
" Sampe elo gak masuk kerja. Sakit banget pasti. " tambah dirinya yang begitu memahami kondisi ku saat ini.
" Iya. Pusing banget kepala gue. Perut gue juga gak enak. Bocor banget. " akhirnya aku mengakui jika saat ini tubuh ku dalam kondisi yang tak baik.
" Jelas lah. Hari pertama kan. Lagian, badan lo panas banget nih. Udah makan belum? Mau minum obat? Atau jamu? " tanyanya beruntun dengan lembut seraya membalas pelukan ku dan mengelus punggung ku beberapa kali agar aku merasa nyaman. Dan aku tau, di balik kelembutannya ini, terselip nada kekhawatiran yang di lontarkan dirinya pada ku.
" Udah, tapi gak mau minum obat atau jamu. " sahut ku menganggukkan kepala, mengiyakan jika aku sudah makan.
" Trus mau apa sayang? Mau gue beliin sesuatu gak? " tanya kak Fikri lagi pada ku.
" Gak mau. Kak Fikri jangan ke mana - mana. Gue mau meluk badan lo aja. Badan lo enak buat gue peluk. " sahut ku dan membuat dirinya tertawa karena jawaban ku.
" Dasar si manja. Jangan sakit lagi ya. Gue khawatir liat elo begini. Pokoknya, istirahat aja yang bener ya. " ucapnya dengan tawa yang masih tersisa karena kelakuan ku ini yang menikmati posisi kami berdua saat ini.
" Hmm. " gumam ku mengusak - usak hidung ku di tubuhnya dan menikmati aroma tubuhnya.
" Lanjut tidur gih. Gue temenin. Nanti Dhana sama Abas gue suruh ke sini sekalian bawa makanan atau cemilan buat elo. " ucap kak Fikri tetap dalam posisi seperti ini.
" Gue mau martabak kak. Bilangin dong beliin gue. " ujar ku.
" Iya. Nanti gue bilangin buat bawain martabak kesukaan elo. " sahutnya mengiyakan permintaan ku dan Aku pun hanya menganggukkan kepala ku sebelum aku kembali mencoba untuk terlelap lagi. Aku benar - benar menikmati perlakuan laki - laki tampan ini pada ku saat ini.
*****
" Hai. " sapa kak Abas begitu dirinya melihat ku yang terbangun dan masih di posisi sedang memeluk kak Fikri.
" Hmm. Udah lama kak? " tanya ku dengan suara parau khas orang bangun tidur.
" Enggak. Baru setengah jam kok. Tadi kata Fikri, badan lo masih berasa sakit? Sekarang gimana? Masih sakit gak? " Jawab kak Dhana sembari dirinya menanyai ku.
Rupanya, kak Fikri menceritakan kondisi ku pada mereka berdua sehingga membuat mereka mengetahui keadaan ku saat ini. Dirinya dan kak Abas saat ini sedang duduk di sisi ranjang ku yang kosong. Beruntungnya, ranjang ku cukup lebar sehingga mereka bertiga bisa duduk di sini tanpa membuat ku sesak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKA HATI (Completed)
Romance~~~(TAMAT)~~~ (Editing Version) Mencintaimu dalam diam, selama delapan tahun ini membuat ku sadar akan beberapa pilihan. Pertama, terus mencintaimu dan tetap menyakiti hati ku. Kedua, menyerah, lalu melepaskanmu dan mulai menikmati sisa hidup ku. At...