11

1K 55 2
                                    

" eh? Muka lo kenapa Fik? " tanya kak Abas kaget saat aku dan kak Fikri mengajak dirinya beserta kak Dhana untuk bertemu berempat.

Sayangnya kak Rian sudah kembali ke Jakarta beberapa hari yang lalu untuk mengurus bisnisnya bolak - balik ke Belanda. sehingga dirinya tak bisa ikut berkumpul dengan kami semua saat ini.

" abis berantem. " sahut kak Fikri singkat.

" hah? Sejak kapan lo suka berantem? " tanya kak Dhana kali ini tetap dengan rasa bingungnya yang sama dengan kak Abas.

Pasalnya, di antara mereka berlima, kak Fikri adalah orang yang paling berkepala dingin dan tak gampang terpancing emosi. Sehingga melihat wajah kak Fikri lebam seperti ini adalah hal baru bagi dirinya dan kak Abas.

" gue berantem sama Aji kemaren. " ujar kak Fikri berhasil membuat ke dua sahabatnya ini terkejut.

" lo? Ketemu Aji? Kok bisa? " tanya kak Abas bingung.

" berantem sama Aji? Kok? Sejak kapan elo suka berantem? " tanya kak Dhana sama bingungnya dengan kak Abas.

Aku dan kak Fikri pun menceritakan semuanya secara bergantian dan membuat kak Abas dan kak Dhana marah karena hal ini.

" intinya, kak Aji bilang kalo gue... "

" elo di bilang apa Ta? " tanya kak Dhana penasaran.

" dia bilang apa? " tanya kak Abas tajam.

" dia bilang, gue cewek gak bener. Cewek nakal. Dia bilang dia liat kalo aku di jemput sama om - om. Dan dia bilang kayak gitu semua. " jelas ku semakin lama semakin perlahan. Pasalnya, aku benar - benar malu harus menceritakan ini pada mereka berdua.

Kak Fikri pun membantu ku untuk menceritakan apa yang di ucapkan kak Aji kemarin hingga dirinya menceritakan perkelahian yang terjadi di antara mereka berdua.

" Aji ngomong gitu ke elo Ta? " tanya kak Dhana dan membuat ku mengangguk.

" iya. " sahut ku singkat.

" gue emang sahabatan sama Aji lama. Tapi gak gini caranya. Dia nyakitin lo banget ngomong gitu Ta. " ujar kak Abas tak terima.

" itu dia. Makanya kak Fikri langsung mukul kak Aji dan berantem gara - gara kak Aji ngomong gitu ke gue. Kak Fikri marah banget sama kak Aji karna kak Aji ngomong gitu. " jelas ku seraya menggenggam tangan kak Fikri di bawah meja.

" jelas aja lah! Gue juga gak terima elo di bilang gitu sama Aji. " sahut kak Abas marah.

" itu anak pengen gue gebuk apa ya. Kenapa jadi percaya gosip murahan gitu sih tanpa nanya. Jelas - jelas dia bisa tanya sama kita semua. Atau kalau enggak, dia kan tau sama papa. Kenapa masih mikir cetek gitu sih! " kali ini kak Dhana yang menambahkan ucapan kak Abas barusan. Aku dapat merasakan jika diri mereka berdua sama - sama marah besar terhadap sahabat mereka yang satu itu.

" itu lah. Makanya gue bisa berantem sama Aji. Dia boleh ngehina atau ngomongin gue yang enggak - enggak. Gue gak perduli. Tapi ngomong gitu ke Merta, di tempat umum pula. Gue gak bisa terima. " jelas kak Fikri tajam.

Bahkan dapat ku rasakan rahangnya kembali mengeras. Membuat ku segera mengelus rahangnya sebentar. Dan ulah ku ini berhasil membuat rahangnya sedikit mengendur sembari memandang ku dalam diam.

" udah kak. " ujar ku pada kak Fikri.

" dia kenapa bisa sebego itu sih! Jelas - jelas itu bokap elo yang jemput. Kenapa masih percaya kalo di jemput om - om! " ujar kak Dhana kesal dengan sahabatnya itu.

" beneran pengen gue hajar tu anak. Gila kali ngomong gitu ke cewek. Kasar amat. " kali ini kak Abas yang mengeluarkan unek - uneknya. Rasa ketidaksukaan sangat tersirat dari ucapan mereka berdua kali ini.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang