8

931 51 0
                                    

" lho Fik? Ta? Udah pulang? Mama kira kalian pulang tengah malam. Ini baru jam sebelas lho. Katanya mau malam mingguan. " ujar mama saat membukakan pintu untuk kami berdua.

" iya ma. Capek. Jadi langsung pulang aja. " sahut ku sembari langsung masuk ke rumah di ikuti kak Fikri di belakang ku.

" iya nih ma. Kasian Merta, dari tadi udah nguap mulu. Jadi abis makan kami langsung pulang deh ma. " jawab kak Fikri sembari berderai tawa

" nginep di sini aja Fik. Udah malem. Kamu gak usah pulang. " ajak papa yang sedang menonton tv saat kami berdua masuk ke ruang tamu di ikuti mama yang berjalan di belakang aku dan kak Fikri.

" enggak deh pa. Masa nginep di sini. Lagian Fikri sama Merta belum muhrim. " tolak kak Fikri dengan halus sembari duduk di samping papa.

" ganti baju dulu sana. Habis itu ke sini. Gue mau ngomong sama mama sama papa. Sekalian ada elo. Baru gue pulang. " ujar kak Fikri menyuruh ku untuk berganti baju dan kembali mendatanginya setelah itu.

" mau ngomong apa memangnya Fik? " tanya mama yang kini duduk di samping papa penasaran dengan apa yang ingin di katakan kak Fikri.

" nanti dulu ma. Nunggu Merta aja sekalian. " jawab Fikri dan berhasil membuat ke dua orang tua ku penasaran dengan apa yang ingin di katakan nya.

*****

" tuh si Merta nya udah ada. " ucap mama tersenyum saat aku keluar dari kamar ku.

" erngg gini ma, pa. " ucap kak Fikri bingung harus memulai dari mana.

" ada apa Fikri? " tanya mama dan papa penasaran. Dan membuat kak Fikri terdiam cukup lama.

" maaf ma, pa. Tapi Fikri mau minta izin sama mama sama papa. " ujar Fikri buka suara begitu aku duduk di samping dirinya.

" minta izin apa? Kok serius banget Fik? " tanya papa bingung.

Pasalnya, biasanya jika kak Fikri ingin mengajak ku melakukan sesuatu, dirinya tak pernah seserius ini meminta izin pada papa dan mama ku.

" aku mau minta izin mau ngelamar Merta pa, ma. Aku mau minta izin jadi pendamping Merta. Jadi imam nya Merta dan ngambil tanggung jawab papa dan mama buat jagain dan bahagiain Merta. Aku mau ngajak Merta serius dan melangkah ke jenjang yang lebih jauh lagi ma, pa. " ujar kak Fikri panjang lebar sembari meminta izin pada ke dua orang tua ku.

" maksud mu? Kamu mau ngajak Merta nikah Fik? " tanya papa serius.

" kok mendadak sih Fik? Ada apa? " tanya mama tak kalah serius. Apalagi ucapan kak Fikri ini di anggap mama sangat mendadak dan tergesa - gesa.

" iya pa. Fikri mau ngelamar Merta buat jadi istri Fikri. Tempat Fikri pulang, tempat Fikri naruh semua pusat bahagia dan hidupnya Fikri. " sahut kak Fikri mantap dan membuat ku tertunduk haru dengan keseriusannya yang di tampilkannya saat ini.

" Fikri gak mendadak juga sih ma. Fikri udah suka sama Merta semenjak delapan tahun yang lalu. Saat Merta masih suka sama Aji. Dan sekarang, setelah Merta mau belajar lupain Aji dan nyari orang yang serius sama dia, makanya Fikri maju dan ngajak dia serius. " tambah kak Fikri menjelaskan semuanya di hadapan ke dua orang tua ku.

" Fikri tau kan, Merta dulu lama sama Aji. Fikri juga temannya Aji kan. Fikri memang bisa terima kalau Merta masih suka ingat - ingat Aji nanti? " tanya mama pelan. Apalagi ke dua orang tua ku mengingat dengan jelas bagaimana kerasnya aku menunggu dan menyukai kak Aji secara sepihak selama ini.

" Fikri tau ma. Fikri tau betul gimana Merta selama ini. Tapi Merta sudah bilang ke Fikri kalau dia mau melepas Aji. Dia juga bilang mau buka hati sama orang yang memang sayang sama dia. Makanya Fikri memberanikan diri buat ngajak Merta serius dan pergi ke jenjang selanjutnya. " jawab kak Fikri mantap tanpa keragu - raguan. Keseriusannya ini tanpa sadar membuat papa dan mama tersenyum senang.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang