10

1.1K 51 3
                                    

" kak. " ujar ku sembari mengelus pipinya yang sedikit bengkak karena sudut bibirnya terluka dengan air mata yang membanjiri wajah ku.

" stt. Kenapa nangis? " tanya kak Fikri menarik ku ke dalam pelukannya dan mengelus punggung ku berkali - kali.

" jangan nangis dong cantik. " ucapnya lagi tetap mencoba menenangkan ku.

" maaf. Harusnya aku gak usah nemuin kak Aji kalau begini caranya. " ucap ku terbatas - bata.

" gak papa. Bagus kamu nemuin dia kan. Dia harus tau kalau kamu punya kakak sekarang. " ucap kak Fikri mencoba untuk tersenyum dengan sedikit seringai kesakitan di wajahnya.

" tapi kakak luka begini kan karna aku nemuin kak Aji. Aku gak suka liat kakak begini. " ujar ku menguraikan pelukan kami berdua dan mulai meneliti wajahnya yang lebam - lebam.

" wajarlah anak laki kan suka berantem sayang. Lagian cuma luka kecil kok cantik. Jangan nangis lagi ya? " ucapnya mencoba menghentikan tangis ku seraya menghapus air mata ku dengan jari jemarinya.

Tanpa bisa ku cegah, kak Fikri mulai mendekati tubuh ku dan mengikis jarak di antara kami berdua. Ulah nya ini membuat ku menutup ke dua mata ku dan menunggu apa yang akan terjadi.

Dan yang ku rasakan, kak Fikri mulai mengecup ke dua mata ku secara bergantian dengan lembut dan penuh perasaan sayang. Membuat ku tanpa sadar menggenggam kemejanya dengan kuat.

*****

" apa yang dia bilang tadi, Ta? Sampai bikin kamu langsung nangis tadi. " tanya kak Fikri perlahan dan sedikit hati - hati setelah dirinya melihat aku tenang dan bisa di ajak bicara.

" tadi... " ucap ku tertahan.

Aku bingung mengatakannya bagaimana. Aku takut dengan aku mengatakan apa yang di ucapkan kak Aji tadi, membuat kak Fikri percaya dan justru akan menjauhi ku seperti kak Aji menjauhi ku.

" bingung ya mau jelasin gimana? Kalau belum bisa, nanti aja. " ujar kak Fikri memahami jika aku merasa berat mengatakan yang sejujurnya pada dirinya. Tapi aku kembali berfikir, dirinya harus secepatnya tau. Aku tak mau kak Fikri harus mendengar semua ini dari orang lain dan bukan dari bibir ku sendiri.

" enggak kak. Aku harus kasih tau kakak sekarang. " ucap ku lagi menggelengkan kepala sembari menguatkan diri ku untuk menceritakan semuanya.

" ya udah. Kalau mau cerita, kakak tunggu. " sahut dirinya mengalah.

" ka Aji bilang... "

" bilang apa? " tanya kak Fikri karna aku terdiam cukup lama dan tak menyelesaikan ucapan ku barusan.

" kak Aji bilang, aku perempuan nakal. Aku simpanan om - om. " ucap ku pelan dan tertunduk tak berani memandang pria di hadapan ku ini. Aku sudah siap jika dirinya akan marah atau benci pada ku saat dirinya mendengar apa yang ku ceritakan ini.

" damn it! Gimana bisa dia ngomong kasar gitu ke kamu? " tanya kak Fikri marah. Bahkan sampai ku lihat dirinya mencengkram stir mobil dengan kuat.

" gak tau. Kak Aji tiba - tiba ngomong gitu. Padahal, aku bingung kenapa tiba - tiba dia ngomong gitu. " sahut ku pelan.

" tapi, aku pernah dengar anak - anak bisik - bisik kalo aku pernah di jemput sama pria paruh baya. Mungkin dari itu aku di gosipin kayak apa yang kak Aji bilang. " jelas ku lagi sembari memikirkan kemungkinan itu.

" siapa yang jemput kamu memang? " tanya kak Fikri memandang ku dengan penasaran.

" papa. " sahut ku pelan.

" hhh. Susah emang kalo kamu gak ada temen akrab selain kami berempat. Jadi mereka gak tau siapa orang tua kamu. Tapi Aji kan tau sama papa. Kenapa dia masih nyangka kamu di jemput om - om? " tanya kak Fikri tak mengerti sambil menghela nafas lelah.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang