2

1.5K 72 0
                                    

" Hai kak Aji. Apa kabar? " ujar ku pelan begitu dirinya duduk di hadapan ku yang tengah duduk bersama dengan kak Fikri dan kak Dhana.

Sedangkan dirinya duduk di hadapan kami bertiga bersama dengan kak Abas yang memandang kak Aji dengan sedikit rasa khawatir karena pertemuannya dengan ku setelah empat tahun lamanya.

" Ngapain lo di sini? Masih punya muka lo ketemu gue? " sembur kak Aji pada ku dengan nada tak suka yang sangat terasa oleh ku.

" Ji. " tegur kak Dhana dan kak Abas yang terkejut secara bersamaan, karena tak menyangka respon seperti ini yang akan keluar dari mulut sahabatnya itu. Sedangkan tangan kak Fikri langsung mengenggam tangan ku di bawah meja begitu mendengar bagaimana dinginnya respon sahabatnya itu.

" Lo lupa? Elo udah bikin masa kuliah gue kayak neraka tau gak. Lo udah bikin gue dapet gosip yang enggak – enggak. Bahkan sampai gue lulus itu gosip gak hilang. Dan sekarang elo berani nampakin muka elo di hadapan gue?! Gak punya malu lo? " tanya kak Aji sarkas pada ku dan membuat genggaman kak Fikri di tangan ku semakin mengencang.

" Sorry kak. Gue ke sini mau ketemu elo cuma mau minta maaf aja. Gue gak tau kalau elo sebenci ini sama gue. Gue bener - bener gak tau kalau gosip yang tersebar dulu ternyata bikin elo gak nyaman. " sahut ku pelan nyaris berbisik dan tertunduk malu. Pasalnya beberapa pasang mata sedang mengarah ke arah kami berlima yang tengah duduk di salah satu cafe yang ada di kota ini.

" Maaf lo bilang?! Gampang banget lo minta maaf! Gue gak butuh maaf lo. Lo udah rusak masa kuliah gue dan itu gak akan balik lagi. Jadi jangan harap gue mau kenal sama elo lagi. Lebih baik, elo pergi sekarang. Gue gak mau liat muka lo lagi. Gue ke sini mau nemuin sahabat – sahabat gue. Bukan orang yang ngancurin hidup gue. Lebih baik lo pergi dari hadapan gue sekarang. " ucapnya panjang lebar sambil menggebrak meja dan membuat ku terpekik tertahan. Bahkan ulahnya ini membuat kak Abas langsung menahan bahunya untuk tak melakukan hal - hal yang di inginkan.

" Ji. Jaga kelakuan mu. " tegur kak Abas keras pada kak Aji.

Air mata ku pun mulai merebak keluar karena terkejut dan sedih akibat ucapan dan ulahnya kak Aji ini. Dan satu hal yang aku tau, datang ke sini untuk bertemu dengannya adalah kesalahan yang sangat besar dan menyakitkan hati ku.

" Sabar dong Ji. Merta kan cewek. Jangan kasar sama cewek Ji. " tegur kak Dhana yang mengelus punggung ku yang tertunduk tak berani memandang mereka semua karena dirinya tau aku syok akibat ulah kak Aji ini.

" Buat apa sih elo semua bawa dia ke sini?! Gue mau ketemu elo semua karena elo sahabat gue. Bukannya seneng ketemu temen lama malah makan hati ketemu ini perempuan! " umpat kak Aji di hadapan ku dan membuat tubuh ku sedikit bergetar karena terkejut.

" Ji! " tegur kak Fikri yang buka suara karena merasakan tangan ku yang semakin bergetar karena ketakutan atas ulah kak Aji barusan.

Dapat ku dengar nada suara kak Fikri yang dingin dan marah. Aku tau, dirinya saat ini sedang dalam kondisi hati yang tak baik. Bahkan genggaman tangan kak Fikri tetap menguat. Membuat ku mencoba mengelus tangannya yang menggengam tangan ku untuk menurunkan emosinya.

Aku tau emosi tak akan bisa di balas dengan emosi jika dalam keadaan seperti ini. Aku pun memilih untuk mengalah dan meninggalkan mereka berempat.

" Ergh, ya udah kalau gitu. Gue pamit aja ya. Suasananya udah gak baik lagi kayaknya. Lebih baik gue pulang duluan aja ya. " ucap ku pelan entah pada siapa saat ini. Aku mulai memahami situasi saat ini yang sudah sangat panas.

" Bagus deh lo pergi. Gak usah nampakin muka lo sekalian di depan gue. Gue muak liat lo. " ujar kak Aji kasar dan membuat ku menghela nafas sembari menutup ke dua mata ku guna menetralkan hati ku yang semakin sakit mendengar ucapannya.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang