4

1K 56 0
                                    

" Minggu depan ada reuni kampus kan. Lo semua dateng? " tanya ku pada mereka berempat begitu aku pulang kantor dan mereka memaksa untuk makan malam bersama dengan istri kak Abas yang memang sudah ku kenal dengan baik. Sayangnya istri kak Dhana kali ini tak bisa ikut karena masih menjaga baby mereka yang baru berumur sembilan bulan.

" Dateng dong gue. Kapan lagi bawa istri gue ke reuni kan. Mana anak gue lagi aktif - aktif nya kan. Jelas gue dateng dong. " ujar kak Dhana mulai menyombongkan diri dan membuat kami tertawa sembari geleng - geleng kepala. Aku pun hanya memutar ke dua bola mata ku malas.

" Lo gimana kak? " tanya ku pada kak Abas yang masih sibuk makan.

" Dateng kok. Tapi gak tau nih Fitri bisa ikut apa enggak. Hamil gede gini malah khawatir gue. " jawab kak Abas sembari menyebutkan nama istrinya.

Apalagi kak Fitri memang sedang hamil besar dan baru memasuki bulan ke delapan. Wajar rasanya jika kak Abas agak khawatir pada istrinya ini.

" Kamu dateng Ta? Kemungkinan Aji dateng kan ke reuni itu? " tanya kak Fitri pada ku.

Dirinya dan istri kak Dhana juga sudah tau bagaimana keadaan ku dan salah satu sahabat suami mereka. Sehingga mereka tak canggung lagi bertanya pada ku.

" Enggak kayaknya deh kak. "

" Enggak dateng, karna Aji dateng Ta? " tanya kak Abas paham dan membuat ku menganggukkan kepala.

" Iya. " jawab ku singkat.

" Pergi aja. Sama gue perginya. Gimana? Mau gak? " tanya kak Fikri yang duduk di samping ku dengan tiba - tiba dan langsung membuat ku menoleh ke arah dirinya.

" Hah? "

" Iya. Gue males pergi sendiri. Gimana? Kalo lo tetep gak pergi, mending gue juga gak pergi Ta. Males kalo sendiri. Mending gue santai ke rumah elo. " sahutnya dan membuat ku mau tak mau mengiyakan ucapannya.

" Iya Ta, sama Fikri aja kamu. Kasian tuh dia gak ada yang nemenin pergi ke reuni. " ujar kak Fitri mencoba mempengaruhi ku dengan ucapannya.

" Iya deh. " akhirnya aku menyetujui dan membuat kak Fikri mengusap kepala ku beberapa kali.

" Gitu dong. Kan biar gue punya pasangan nanti pas reuni. " ucap kak Fikri senang sembari tersenyum lebar.

*****

" Eh iya, lusa Rian dateng kan. " celetuk kak Dhana tiba - tiba dan mengejutkan kami semua.

Pasalnya kami semua tak ada yang tau kabar tersebut. Apalagi kak Rian sama sekali tak ada memberitahu apa - apa pada kami semua. Bahkan di grup khusus kami berlima pun dirinya tak ada mengabari.

" Kata siapa kak? " tanya ku.

" Tadi gue telpon - telponan sama Rian pas mau ke sini. Dia bilang ntar lusa sampe sini. " sahut kak Dhana memberi tahu ku.

" Tuh anak satu kebiasaan, gak ada ngomong - ngomong. Tiba - tiba udah nongol aja. " ucap kak Abas setengah kesal pada salah satu sahabat lamanya itu.

" Muka lo gitu banget. Seneng banget. Kangen ya sama Rian? " tanya kak Fikri pada ku sembari mencubit pipi ku pelan, begitu dirinya memperhatikan raut wajah ku yang sumringah saat mendengar kak Rian akan pulang.

" He. Iya. Kangen banget. Terakhir ketemu kan dua tahun lalu. Pas dia baru balik dari Belanda. Itu juga bentar banget. " sahut ku tertawa. Apalah daya, kerjaan kak Rian sebagai pengusaha membuatnya sangat sibuk dan keluar masuk sebuah negara. Sehingga aku memang sangat jarang bertemu dengan dirinya.

*****

" Kak Rian!!! " Seru ku sembari memeluk erat pria jangkung yang berada di hadapan ku saat ini.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang