Pertemuan dengan Borte

187 16 0
                                    

Hanya sedikit yang diketahui dari masa kecil Temujin pada masa awal, dan menurut beberapa kisah, ayahnya, Yesugei, kurang menyayanginya. Yesugei pernah secara tidak sengaja meninggalkan Temujin ketika mereka pindah ke kamp lain. Beruntung Temujin ditemukan oleh orang-orang dari Klan Tayichiud, dan pemimpin mereka, Targutai, atau biasa disebut Fat Khan, membawanya masuk dalam ke rumah tangganya sendiri dan mengurusnya selama beberapa waktu.

Di kemudian hari, ketika Temujin sudah kuat dan menjadi tokoh besar, Targutai membual bahwa dia lah yang telah melatih Temujin dengan penuh perhatian, disiplin, dan kasih sayang layaknya seorang penggembala yang melatih keledai mudanya, miliknya yang paling berharga. Tidak diketahui secara pasti bagaimana detail peristiwanya, tetapi akhirnya Temujin kembali kepada keluarganya, entah karena Fat Khan memang mengembalikannya, atau keluarganya sendiri yang datang menjemput.

Kisah masa kecil Temujin lainnya yang diketahui adalah ketika Yesugei membawanya pergi untuk mencari istri. Menurut perhitungan kalender Mongol, waktu itu usia Temujin sembilan tahun, sementara dalam hitungan Barat delapan tahun. Ibu Temujin, Hoelun, berkata, “Aku akan meminta pamannya untuk mencarikan seorang gadis untuk dinikahkan dengannya.” Hoelun berkeinginan agar putranya menikahi seorang gadis dari kalangan keluarganya sendiri. Yesugei dan Temujin kemudian pergi berdua untuk mencari keluarga Hoelun di timur.

Namun di luar rencana ini, ada hal lain yang tidak diketahui oleh Hoelun, Yesugei ternyata memiliki motif tersembunyi untuk menyingkirkan Temujin. Yesugei sebelumnya telah melihat, bahwa antara Temujin dan Begter – kakak tiri Temujin, usianya setahun lebih tua, dia adalah anak laki-laki dari istri pertama Yesugei yang bernama Sochigel – telah terjadi persaingan meskipun mereka masih kecil. Dengan membawa Temujin pergi jauh pada usia dini, sang ayah mungkin berusaha mencegah terjadinya letupan yang akan terjadi di antara anak-anaknya di kemudian hari.

Dengan membawa seekor kuda lebih yang akan diberikan kepada orang tua calon pengantin, Yesugei perlu menemukan keluarga yang mau menerima Temujin dan mempekerjakannya selama beberapa tahun. Sebagai imbalannya, mereka nanti akan memberikan putrinya untuk dinikahi. Bagi Temujin, perjalanan ini mungkin merupakan perjalanan panjang pertamanya, meninggalkan tanah kelahirannya di sepanjang Sungai Onon. Perjalanan di padang rumput Mongolia bukanlah sesuatu yang mudah, mereka dapat dengan mudah tersesat. Selain itu mereka juga mesti menghadapi bahaya-bahaya lainnya seperti binatang buas, cuaca buruk, dan yang paling berbahaya, justru adalah orang-orang dari suku lain yang berniat buruk.

Belum sampai di wilayah timur yang jauh di mana keluarga Hoelun berada, di tengah jalan mereka berdua bertemu orang-orang dari suku Onggirat. Dei Secen, pemimpin mereka menanyakan hendak ke mana mereka, Yesugei menjelaskan, “Aku datang ke sini dalam rangka perjalanan untuk menemui orang-orang suku Olqunu’ut, di mana paman anakku berada, untuk meminta dicarikan gadis untuk dinikahi anakku.” Dei Secen berkata, “Anak laki-lakimu ini adalah anak yang memiliki api di matanya dan cahaya di wajahnya.” Dei Secen kemudian bercerita, bahwa malam sebelumnya dia telah bermimpi akan bertemu dengan Yesugei. Di dalam mimpi tersebut dia melihat berbagai pertanda yang baik.

Ketimbang membiarkan mereka pergi, Dei Secen malah meminta mereka untuk bermalam di tendanya. Di sana mereka memperkenalkan Borte, putrinya sendiri. Borte berusia setahun lebih tua dibanding Temujin. Dia memiliki sorot mata dan karakteristik wajah yang sama dengan Temujin. Di dalam dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol, Borte digambarkan sangat cantik meskipun usianya masih kecil. Melalui pertemuan ini ternyata Yesugei tidak perlu repot-repot membawa Temujin jauh-jauh ke keluarga Hoelun. Kedua anak ini tampak saling menyukai satu sama lain, dan baik Yesugei maupun Dei Secen sama-sama sepakat untuk menikahkan mereka kelak.

 Kedua anak ini tampak saling menyukai satu sama lain, dan baik Yesugei maupun Dei Secen sama-sama sepakat untuk menikahkan mereka kelak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama proses menuju waktu pernikahan, Temujin diharuskan untuk dapat hidup dan bekerja di bawah perlindungan calon mertuanya. Dalam proses ini kedua calon pengantin diharapkan dapat menjadi lebih dekat dan akrab. Dalam tradisi bangsa Mongol, seorang calon pengantin wanita biasanya sedikit lebih tua dibanding calon pengantin prianya, sebagaimana halnya dengan Borte dan Temujin. Alasannya adalah ketika calon pengantin wanita merasa sudah matang organ-organ seksualnya, maka dia lah yang pertama berinisiatif untuk mengajukan waktu pernikahan yang tepat.

Namun takdir tidak selalu bersesuaian dengan rencana, dalam perjalanan panjang sendirian menuju kampung halamannya setelah meninggalkan Temujin, Yesugei bertemu dengan orang-orang Tatar yang sedang mengadakan perjamuan makan. Merasa lapar dan haus, Yesugei berencana untuk bergabung dengan mereka sambil menyembunyikan identitasnya. Setelah bergabung, ternyata salah seorang dari suku Tatar mulai menyadari bahwa orang asing ini adalah orang yang sama dengan yang telah membunuh saudara mereka, Temujin Uge, pada pertempuran delapan tahun sebelumnya. Secara diam-diam, orang Tatar kemudian meracuni Yesugei.

Meskipun cukup sakit akibat racun itu, Yesugei berhasil meninggalkan orang-orang Tatar itu dan pulang ke kamp keluarganya. Sesampainya di sana Yesugei segera mengutus seseorang untuk mencari Temujin dan membawanya pulang karena dia tahu bahwa ajalnya telah dekat. Mendengar berita itu, Temujin bergegas pulang meninggalkan Borte begitu saja dengan keluarganya. Namun kisah di antara mereka belum akan berakhir, takdir akan mempertemukan mereka kembali suatu saat nanti.

MongolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang