Kematian Jochi

59 7 0
                                    

Ekspedisi penaklukan Mongol ke Asia Tengah berhenti di kota Multan (sekarang berada di pusat Pakistan) pada musim panas 1222, atau Tahun Kuda. Setelah turun dari pegunungan Afghanistan ke dataran Sungai Indus pada awal tahun itu, Genghis Khan sempat mempertimbangkan untuk menaklukkan seluruh India Utara, kemudian melintas ke sekitar selatan Himalaya, dan menuju utara melintasi wilayah Sung di Tiongkok.

Rencana perjalanan seperti itu sangat cocok dengan kebiasaan orang Mongol yang tidak pernah mengambil rute yang sama pada saat mereka berangkat, ketika pulang mereka biasanya mengambil rute yang lain. Namun, kondisi geografis dan iklim menghentikan rencana tersebut. Segera setelah bangsa Mongol meninggalkan daerah pegunungan yang kering dan dingin, baik para prajurit maupun kuda-kuda menjadi lemah dan sakit.  

Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, busur Mongol yang bisanya dapat beradaptasi sangat baik dengan udara dingin maupun panas yang ekstrim sebagaimana di kampung halaman mereka, kali ini, di tengah udara yang lembab, busur-busur itu menjadi kehilangan keakuratannya. Bagaimanapun, busur adalah senjata utama prajurit Mongol yang ditakuti oleh musuh. Tanpa busur, kekuatan tempur prajurit Mongol akan jauh berkurang.

Menghadapi rintangan-rintangan seperti ini, Genghis Khan akhirnya memutuskan untuk kembali ke daerah pegunungan pada bulan Februari. Dalam usahanya untuk kembali, banyak tawanan perang yang mati karena mereka diberi tugas untuk membersihkan jalan-jalan yang dipenuhi oleh salju. Meski demikian, Genghis Khan berhasil membawa pasukannya kembali ke medan yang lebih nyaman dan lebih dingin.

Untuk ekspedisi penaklukkan ke India, Genghis Khan meninggalkan dua tumen pasukan, sekitar dua puluh ribu orang. Tapi karena udara panas yang paling tidak tertahankan bagi orang-orang Mongol, dan juga penyakit yang menimbulkan banyak korban jiwa, dengan tertatih-tatih pasukan itu kembali ke Afghanistan, yang mana kondisi geografisnya lebih ramah dan sehat bagi mereka.

Terlepas dari gagalnya invasi ke India, namun secara keseluruhan ekspedisi yang dimulai dari sejak tahun 1219 itu, tujuan utamanya telah tercapai, yakni menaklukkan Kesultanan Khwarizmia dan menjadikan Asia Tengah dan sebagian besar Timur Tengah di bawah kendali Kekaisaran Mongol. Sebelum meninggalkan tanah yang baru ditaklukkannya, Genghis Khan menyelenggarakan sebuah pesta perayaan, yang disebut-sebut sebagai pesta perburuan terbesar dalam sejarah.

Pada bulan-bulan persiapan selama musim dingin 1222-1223, pasukan Mongol menancapkan tiang-tiang di tepian area yang luas. Dari tiang ke tiang, mereka membentangkan benang panjang yang terbuat dari bulu kuda. Pada benang tersebut kemudian digantungkan potongan-potongan kain, sehingga ketika angin berhembus, kain-kain itu akan berkibaran dan membuat para hewan ketakutan. Para hewan yang ketakutan akan menghindar dan lari ke bagian tengah area yang luas.

Pada waktu yang telah ditentukan, pasukan-pasukan Mongol lainnya akan datang ke area tersebut dari berbagai arah. Puluhan ribu tentara akan mengambil bagian dalam fase perburuan berikutnya, yang mana berlangsung selama beberapa bulan. Mereka menangkap bermacam-macam hewan mulai dari hewan-hewan kecil seperti kelinci dan burung, hingga kawanan hewan besar seperti rusa, kijang, dan keledai liar.

Perburuan itu merupakan bagian dari perayaan atas keberhasilan penaklukkan, tetapi tampaknya itu juga sekaligus merupakan upaya untuk mendamaikan hubungan yang buruk di antara putra-putra Genghis Khan, menurunkan ketegangan pasukan setelah berperang, dan mengakhiri ekspedisi penaklukkan ke Asia Tengah.

Masih merasa sakit hati karena luka-luka yang ditimbulkan oleh saudara-saudaranya, dan juga tampaknya merasa diasingkan oleh ayahnya, Jochi mengaku sakit dan menolak hadir dalam perayaan tersebut, bahkan ketika dia dipanggil atas perintah langsung dari Genghis Khan.

Hubungan antara ayah dan putranya ini hampir meledak menjadi konflik bersenjata ketika Genghis Khan mendengar berita bahwa Jochi yang mengaku sakit malah mengadakan pesta perburuan tandingan di tempat lain yang diselenggarakan bersama pasukannya.

Ayah dan anak itu tidak pernah bertemu lagi. Alih-alih kembali ke Mongolia, Jochi tetap tinggal di wilayah yang baru ditaklukkan. Tidak lama kemudian dia akan mati di sana, meninggalkan banyak misteri seputar kematiannya, sebagaimana juga kelahirannya.

Pada saat Jochi mati, Genghis Khan masih hidup, sehingga memicu munculnya desas-desus, bahwa Jochi mungkin dibunuh oleh ayahnya sendiri, untuk memastikan perdamaian politik di antara putra-putranya dan untuk keberlangsungan Kekaisaran Mongol. Tetapi seperti halnya begitu banyak bagian sejarah Mongol lainnya, desas-desus tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Makam Jochi kini berada di Karagandy, Kazakhstan, sebuah bangunan yang telah dipugar secara besar-besaran, dibangun kembali menggunakan bata dan kubah berwarna pirus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makam Jochi kini berada di Karagandy, Kazakhstan, sebuah bangunan yang telah dipugar secara besar-besaran, dibangun kembali menggunakan bata dan kubah berwarna pirus. Bagian pintu masuknya didesain dengan ceruk yang melengkung, di dalamnya terdapat dua buah kuburan. Dikatakan, kuburan yang besar adalah kuburan Jochi, sementara yang kecil adalah istrinya.

Legenda Kazakhstan mengatakan, bahwa tidak ada seorang pun petugas kekaisaran yang berani memberi tahu Genghis Khan bahwa putranya sudah mati. Akhirnya, seorang musisi terkenal mengirimkan berita sedih itu dalam bentuk sebuah lagu yang sangat indah, sehingga utusan yang menyampaikan berita tersebut dapat lolos dari amarah Genghis Khan.

MongolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang