Setelah membumihanguskan suku Tangut, khan suku itu menghadap Genghis Khan. Namun Genghis Khan enggan menemuinya. Semenjak itu, sejarah menyatakan Genghis Khan tidak pernah terlihat lagi. Misteri yang tidak pernah terjawab hingga sekarang.
Setelah merasa puas melakukan penjarahan, pasukan besar Mongol pergi melanjutkan ekspedisi penaklukkan ke kota-kota Dinasti Tangut lainnya. Meskipun kondisi kesehatan Genghis Khan tidak pernah pulih lagi setelah dia jatuh dari kuda, namun dia tetap melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya mereka tiba di kota Dörmegei, sama seperti sebelumnya, kota ini dapat dengan mudah dapat ditaklukkan dan dihancurkan.
Burkhan, khan suku Tangut, mendengar berita deru laju pasukan Mongol yang tidak terbendung, akhirnya menyatakan menyerah dan bersedia untuk mendatangi Genghis Khan sebagai bukti ketertundukannya. Ketika hendak menemui Genghis Khan, dia membawa berbagai macam hadiah seperti berbagai perhiasan dari emas dan perak, masing-masing sembilan; sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan; kuda-kuda dan unta-unta, masing-masing sembilan; dan berbagai macam hadiah lainnya yang disusun sesuai dengan jenis dan warnanya, masing-masing berjumlah sembilan.
Genghis Khan tidak bersedia menemui Burkhan, pintu tendanya tertutup rapat. Oleh karena itu Burkhan mempersembahkan hadiah-hadiahnya di luar tenda. Saat itu Genghis Khan tiba-tiba merasa muak kepadanya, dan memasuki hari ketiga, Genghis Khan memberi perintah agar Burkhan mengganti namanya menjadi Sidurkhu. Entah karena sekadar kebetulan, “Burkhan” dalam bahasa Mongol artinya adalah Tuhan, persis seperti penamaan gunung suci orang Mongol, Burkhan Khaldun.
Meski Genghis Khan enggan menemuinya, namun Burkhan yang kini telah berganti nama menjadi Sidurkhu terus mengunjungi tenda Genghis Khan. Akhirnya Genghis Khan memberi perintah kepada bawahannya agar Burkhan dieksekusi mati. Genghis Khan kemudian memberi perintah untuk melakukan pembantaian besar-besaran kepada rakyat Tangut.
Dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol menuliskannya dengan, “Memusnahkan ibu-ibu dan ayah-ayah orang-orang Tangut hingga keturunan dari keturunan mereka…. Karena orang-orang Tangut tidak dapat menjaga janjinya.” Ketika peristiwa itu berlangsung, sambil menyantap makanan, Genghis Khan mengaku kepada bawahannya, bahwa sakit yang dideritanya masih belum juga sembuh.
Enam bulan kemudian dan hanya beberapa hari sebelum kemenangan final atas Tangut, Genghis Khan meninggal. Dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol menyatakan dengan jelas bahwa dia mati pada saat akhir musim panas. Tetapi meskipun teks tersebut menggambarkan dengan sangat detail setiap urutan peristiwa ketika Genghis Khan terjatuh dari kudanya dan menderita sakit dalam karenanya, namun terkait bagaimana proses dia mati, sumber sejarah tersebut tiba-tiba bungkam.
Di dalamnya ia hanya mengatakan, “Setelah menghancurkan orang-orang Tangut, Genghis Khan kembali dan pada Tahun Babi (1227) naik ke Surga. Setelah dia naik ke Surga, sebagian besar wilayah orang Tangut diberikan kepada Yesui Qatun (istri ketiga Genghis Khan).”
Ada banyak versi tentang misteri kematian Genghis Khan, salah satu sumber mengatakan, bahkan ketika khan orang Tangut datang menemui Genghis Khan untuk memberinya hadiah, dan dia enggan menemuinya, dan pintu tenda tertutup rapat, di sana sebenarnya Genghis Khan telah mati. Kematiannya sengaja disembunyikan.
Bagaimanapun, kematian seorang pria yang sangat dipuja oleh bangsanya, dan juga sebagai penakluk dunia, mau tidak mau menghadirkan kegemparan pada masanya. Seolah tidak dapat menerima jika Genghis Khan mati dengan cara yang biasa-biasa saja, maka rumor-rumor liar mulai beredar.
Salah satunya mengatakan bahwa dia mati karena epidemi tifus yang telah menghancurkan tentara Mongol. Namun rumor ini tertolak, karena sejak Agustus tahun 1227 epidemi tersebut sudah berhenti, dan dengan adanya jeda waktu sampai waktu kematian Genghis Khan, maka otomatis rumor tersebut tidak dapat diterima.
Lalu muncul pula versi-versi lainnya, yaitu dia mati karena penyakit malaria; para shaman menyatakan penyebabnya adalah karena dia kena sihir; dan sementara itu Giovanni Da Pian Del Carpini, utusan Paus Innosensius IV, yang pernah ditugaskan untuk menemui bangsa Mongol pada tahun 1245 hingga 1247, menyatakan bahwa Genghis Khan tewas karena tersambar petir, membuat sebuah ekstrapolasi yang tidak beralasan karena dia tahu bangsa Mongol memang takut terhadap petir.
Sementara itu orang-orang Tangut, barangkali karena dendam bangsanya pernah dihancurkan oleh Genghis Khan, mengarang sebuah cerita, mengatakan bahwa mereka memiliki kulit kepala Khan Mongol Agung tersebut.
Mereka menyatakan bahwa Genghis Khan mati karena terkena panah beracun pada bagian kakinya. Ini adalah sebuah cerita yang sengaja dipelintir dari sebuah kejadian nyata. Genghis Khan memang pernah terluka karena panah pada saat kampanye perang melawan Dinasti Jurchen Jin di China Utara pada tahun 1212.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mongol
Non-FictionBangsa Mongol adalah salah satu bangsa yang pernah menjadi penguasa Dunia. Kekuasaan yang membentang dari Semenanjung korea di timur hingga Kota Moscow di barat menjadi bukti kebesaran Kekaisaran Mongol. Pada Artikel kali ini saya akan membahas seja...