Hana menyantap sarapannya dengan tidak bersemangat. Pikirannya terus melayang mencari jalan keluar. Bagaimana tidak? Setelah di'labrak' Mauven kemarin dia segera menelpon Gea hanya untuk menanyakan merk mobil yang kemarin mereka serempet. Setelah mengetahuinya, Hana lalu melakukan searching di g*ogle mengenai harga mobil tersebut plus biaya perbaikan spionnya yang patah. Sedetik kemudian dia menangis meratapi nasibnya.
Zyan yang sedang menghabiskan sarapannya menatap aneh Hana yang tumben tidak bersemangat ketika makan. Biasanya kakaknya itu selalu menyantap makanan seperti kadal kelaparan. Dia enggan menegur karena tidak ingin terlibat perdebatan yang berujung war pagi-pagi.
Sari datang dari arah dapur dengan membawa se-pan kue cake keju. Dia meletakkannya di meja makan lalu mengambil pisau dan memotong-motongnya.
"Mama hampir aja lupa ada cake dari tante Venya, enak banget lho, tadi mama udah cicipin sedikit," ujarnya bersemangat masih memotong-motong kue.
Hana yang mendengar nama tante Venya pun 'tersadar' dan penasaran.
"Kok tante Venya bisa tahu mama tinggal disini?" Tanya Hana. Satu tangannya sudah melesat mengambil potongan kue.
"Lho, kakak belum tahu yah? Tante Venya udah pindah ke kompleks sini, kita tetanggaan lho, rumahnya...," Sari terlihat berpikir "Langgar satu rumah dari sini,"
Yang benar saja?!!
Hana menelan salivanya susah payah. "Tante Venya tinggal sendiri?" Tanyanya memastikan.
"Gak, dia pindah ke sini karena anaknya beli rumah di sini. Katanya dia gak mau anaknya tinggal sendirian,"
"Jadi, itu rumah milik dosennya Hana?," Tanya Zyan kemudian.
"Iya," Jawab Hans.
Terimakasih.
Hana melongo tidak percaya dengan pendengarannya. Ternyata karma belum berakhir untuknya. Ampuni hambaMu yang hina dina ini Tuhan.
****
Hana berjalan di sepanjang koridor fakultasnya menuju ruangan praktek dengan wajah kusut. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dari arah berlawanan, terlihat Mauven sudah berjalan ke arahnya dengan wajah datar enggan tersenyum. Secepat kilat Hana berbalik memutar arah dengan langkah cepat dan sedetik kemudian lari terbirit-birit.Mauven yang melihatnya menaruh satu tangannya yang terkepal di bibir tersenyum geli. Dia menggeleng pelan.
Di sisi lain, Hana sudah ngos-ngosan akibat aksi kaburnya tadi.
"Aduhh.. sialhh.. bangethh...! Pagih-pagihh.. ketemu singahh," Hana menyandarkan punggungnya di tembok satu tangannya memegang dadanya. Bagus. Sekarang dia haus.
Setelah membeli sebotol air mineral, Hana langsung bergegas menuju ruangan praktek. Dia melirik jam tangannya dan mengumpat kecil karena harus berlari lagi.
"Matilah akuuu!!!"
Di sisi lain, Mauven melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 08.00. Segera dia mengambil laptopnya dan bergegas menuju ruang praktek untuk mata kuliah Inventarisasi Hutan.
Di sepanjang koridor fakultas banyak sekali mahasiswi yang mencoba menyapanya dengan senyum yang diukir semanis mungkin dan hanya dibalas dengan anggukan kecil tanpa ekspresi dari Mauven.
Mauven masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan Laboratorium Pengelolaan Hutan.
"Selamat pagi," Sapanya begitu masuk dan di balas oleh sejumlah mahasiswa dan mahasiswi di dalam.
Mauven menaruh laptopnya di atas meja kayu mengkilap. Dia menatap satu persatu mahasiswanya lalu beralih ke laptopnya yang sudah menyala.
"Kelas C...Ketingnya siapa?" Tanya Mauven menatap mahasiswanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forester In Love (On Going)
RomanceFollow dulu sebelum membaca ya.. Bagaimana rasanya mencari masalah dengan orang yang memiliki peran besar dalam masa depanmu?