Haloo....
Vote dulu dong😄....
Selamat membaca....
________
Ayu masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan gusar. Tidak bisa dipungkiri dia cemburu. Ayolah.. masa iya dia harus cemburu dengan mahasiswi berwajah biasa-biasa saja itu.
Pikirannya tidak bisa berhenti mengulang kejadian tadi saat dia masuk dan melihat Mauven terkekeh geli. Harus dia akui, mahasiswi tadi memiliki pengaruh bagi Mauven. Pasalnya, sudah hampir 7 tahun dia dan Mauven berteman, tidak pernah dia lihat Mauven tersenyum apalagi tertawa seperti itu jika bukan dengan orang yang benar-benar dekat dengannya. Mauven terkenal dengan wajahnya yang selalu datar.
Ayu menarik nafas, memilih pergi meninggalkan parkiran di fakultas itu. Mungkin dia akan mencari tahu siapa gadis itu.
Di sisi lain..
Mauven masuk kembali ke ruangannya. Dia menatap sekotak bekal makan siang beraroma menggiurkan. Dia menyangga tubuhnya dengan satu tangan di meja sedang tangan yang satunya dimasukkan ke dalam saku celana bahannya.
"Padahal tadi mau aku kasih ke dia, malah pergi," Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman mengingat ekspresi Hana ketika mengendus aroma makanan.
****
Setelah kejadian 'bekas cabe', Hana selalu merutuki dirinya. Astaga malu sekali, sudah begitu dengan pedenya dia mengambil selfie di Handphone dosennya itu. Masih sempat pula dia tersenyum di depan Mauven. Arrghh...Bahkan jika tidak sengaja bertemu Mauven di kampus, kalau tidak lari berarti menghindari kontak mata dengan dosennya itu. Dia masih malu.
Hari ini adalah hari sabtu. Sedikit melegakan bagi Hana karena dia tidak perlu berlarian dari Mauven demi menutupi rasa malunya.
Hana bersiap-siap akan lari sore di taman kompleks bersama Gea. Dia sudah menghubunginya tadi dan Gea akan menunggunya di taman. Sebenarnya Hana buka tipe-tipe pecinta olahraga. Dia bahkan sangat payah dalam hal olahraga dari dulu. Karena itu, percayalah ini pertama kalinya dia lari sore.
Sehabis memasang tali sepatu terakhirnya, Hana segera keluar dari kamar. Terlihat sangat bersemangat. Dia membuka pintu pagar, memilih berjalan kaki karena jarak dari rumahnya ke taman tidak jauh. Langkahnya dipelankan begitu hampir sampai pada rumah yang menurutnya paling keramat dari semua rumah di kompleks ini. Rumah Mauven.
Hana berjalan sembari berjinjit memperhatikan halaman rumah Mauven. Dia mengelus dada, "Aman," Ujarnya lalu mengambil langkah seribu sebelum tiba-tiba Mauven keluar dan melihatnya.
Begitu sampai di taman, Hana segera menghampiri Gea yang mengatakan akan menunggunya di air mancur yang ada di tengah-tengah taman.
Sore itu taman terlihat sangat ramai. Biasanya selalu ramai sih. Banyak yang datang untuk sekedar berfoto-foto ria, olahraga bersama hewan peliharaan bahkan ada yang piknik karena suasana taman yang sangat sejuk berkat pohon-pohon besar yang ada di sekitar taman maupun cemara yang di tanam di sekeliling taman sebagai pembatas dengan jalan.
Hana tersenyum begitu mendapati Gea sedang duduk santai sembari mengemil.
"Halo sayangkuh," Ujar Hana lalu ikut duduk di samping sahabatnya yang menatapnya jijik.
"Euw, tumben mau olahraga sore Lo, biasanya kalo gue ajak banyak banget alasannya," Ujar Gea mencibir. Hana menepuk paha Gea.
"Hush, gak boleh gitu. Gue mau ngasih tahu Lo sesuatu yang bakal buat Lo semakin mengasihani gue," Ujar Hana dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forester In Love (On Going)
RomanceFollow dulu sebelum membaca ya.. Bagaimana rasanya mencari masalah dengan orang yang memiliki peran besar dalam masa depanmu?