Part 8

10 1 0
                                    

Halooo...

Vote dulu, yah...

Selamat membaca...

                      ____________



Hana meneguk air mineral yang diberikan Mauven tadi. Astaga, dia masih tidak berani melirik dosennya itu apalagi mengajak bicara. Apalagi sekarang tiba-tiba ingatannya seketika kembali pada kejadian 'bekas cabe' dan insiden Jigo sampai gigitan berbisa di lengan Mauven.

Huh... Hana menutup matanya mengingat kejadian itu. Sekarang dia malah ditemukan mabuk bus dan muntah di jalan. Ekor matanya melirik Mauven yang serius menyetir. Setelah muntah tadi, sekarang keadaannya cukup baik, hanya lapar saja.

"Sudah lebih baik?" tanya Mauven tanpa menoleh.

Hana mengerjap, " I-ya Pak," ujarnya sembari menggaruk celah hidungnya.

"Terimakasih," ujarnya pelan. Andai Mauven tahu jika sekarang Hana ingin menjepit mulutnya dengan kaca jendela mobil. Kalau tidak salah lihat, seulas senyum terbit dari bibir Mauven.

"Makanya, kalau dibilangin itu nurut. Akibatnya muntah, kan?" Mauven melirik Hana sebentar lalu kembali ke jalanan di depan. Wajahnya berubah datar. Diomelin gak, Lo?

"Saya gak bisa jamin kamu baik-baik aja kalau gak sama saya, Hana," kali ini kedua mata mereka bertemu.

Hana berani bersumpah jika sekarang dia ingin berteriak. Entah karena omongan Mauven barusan atau karena tatapan Mauven sekarang.Tidak. Ini karena keduanya. Alhasil dia hanya bisa menggigit bibir bagian dalamnya.

Buru-buru dia mengalihkan pandangannya dan bermain dengan kuku-kuku tangannya. "Tadi saya lupa minum ant*mo pak, makanya muntah,"

"Ant*monya kenapa gak dibawa?"

"Lupa .. tadi buru-buru,"

Terdengar helaan nafas dari Mauven. "Kamu makan bekal saya saja, sarapan kamu udah keluar semua tadi," ujarnya membuat Hana menoleh.

Mauven menatapnya serius. "Ambil di tas saya," tunjuk Mauven ke arah jok belakang. Benar saja ada tasnya di sana.

"Itukan untuk makan siang pak Mauven, nanti---,"

"Gampang. Gak usah mikirin saya, kamu dulu," ujarnya lembut. Tolong ingatkan Hana untuk bernafas.

Seolah tahu mahasiswi 'bandelnya' ini malu, Mauven kemudian menepi. Dia mengambil tasnya dari jok belakang lalu mengeluarkan sesuatu dari sana dan memberikannya pada Hana.

Hana menerima sekotak bekal milik Mauven. Dia menatap Mauven dan sedikit tersentak karena Mauven masih menatapnya tajam seolah menunggu dia makan.

Hana membuka kotak bekal itu lalu terkesima dengan isinya. Benar-benar vegetarian tulen.

Hana mengambil sendok di samping bekal itu lalu mulai menyuapi dirinya sementara Mauven kembali melajukan mobilnya pelan setelah melihat Hana sudah mulai makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana mengambil sendok di samping bekal itu lalu mulai menyuapi dirinya sementara Mauven kembali melajukan mobilnya pelan setelah melihat Hana sudah mulai makan.

Forester In Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang