Part 7

32 3 2
                                    

Haloo....

Vote dulu dong😀...

Selamat membaca....

                       __________

Mauven yang baru keluar dari kamar mandi mengambil kemejanya yang sudah disiapkan ibunya di ranjang. Sebenarnya Mauven sangat bisa menyiapkan perlengkapannya sendiri, namun apalah daya Venya terus memaksa dan membuat Mauven menyerah. Jadinya setiap pagi, Venya-lah yang akan menyiapkan kemeja yang akan dikenakan anak sulungnya itu.

Mauven adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dia memiliki adik perempuan yang seumuran Hana. Namun, adiknya itu memilih menjadi seorang designer dan bersekolah di luar negeri.

Mauven yang hendak memakai kemejanya terhenti karena mengingat sesuatu. Dia melihat lengan kirinya yang digigiti mahasiswi paling terkurang ajar yang pernah dia temui.

Mauven tersenyum miring lalu mulai memakai kemejanya. Dia mengambil jam tangannya di meja nakas dan berjalan keluar kamar.

Jam menunjukkan pukul 06.00. Dia datang lebih pagi karena akan ada praktek keluar kampus hari ini. Karena lokasi praktek yag cukup jauh hingga luar kota.

"Lho pagi banget berangkatnya, Ven?" tanya Venya begitu melihat Mauven turun dari tangga. Lengan kemejanya dia lipat hingga sikunya.

"Hari ini ada praktek keluar kota," ujarnya begitu sampai di meja makan. Segera Venya menarik kursi untuk kemudian diduduki Muaven.

Setelah sarapan, Mauven berdiri sedang ibunya mengambil tasnya dan berjalan menentengnya keluar bersama Mauven. Sungguh, perhatian ibunya dirasa Mauven terlalu berlebihan namun dia tidak ingin ibunya itu sedih.

"Kamu gak jemput Hana? Keknya dia udah siap juga," Venya tersenyum.

"Mana ada, mungkin jam segini dia masih mimpi,"

Mauven mengambil tasnya dari Venya dan beralih mencium kening ibunya lalu berangkat dengan mobilnya yang sudah selesai diservis semenjak diserempet Hana.

****

Hana yang baru saja tiba di kampus mendadak berlari cepat ketika melihat teman-teman se-prodinya sudah berkumpul sembari berdoa sebelum jalan menuju lokasi praktek.

Dia memelankan langkahnya lalu bergabung bersama teman-temannya. Petty yang kebetulan melihat Hana langsung menegurnya.

"Nah... terlambat lo, ya?" ujar Petty menunjuk Hana.

"Psstt.. diam lo onta," bisik Hana lalu ikut berdoa seperti yang lainnya.

Selesai berdoa, mereka lalu di absen oleh seorang asisten dosen sedangkan Mauven sedang sibuk menelpon seseorang.

"Ada yang belum dipanggil namanya?" tanya asisten dosen yang diketahui namanya Stacey. Terkenal selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Banyak mahasiswi yang kurang menyukainya karena sering mencari kesempatan pada dosen-dosen lajang. Mauven salah satunya.

"Sudah semua," ujar Endo.

"Oke..," Stacey berjalan centil ke arah Mauven yang baru saja menutup sambungan teleponnya. "Saya sudah selesai mengabsen Pak, semuanya hadir," ujarnya sembari tersenyum menampilkan giginya yang berbehel.

"Iya. Makasih," ujar Mauven tanpa menoleh ke arah Stacey sedikit pun membuat wanita itu sedikit kesal.

Mauven berjalan mendekati mahasiswa-mahasiswanya yang sudah lengakp dengan pakaian praktek. Ada pun seorang teknisi laki-laki yang berumur 40-an yang akan membantu mempersiapkan alat-alat praktek dan memantau alat-alat praktek agar kembali dengan baik.

Forester In Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang