Part 9

11 1 0
                                    

Haihai..

Vote dulu dong😄..

Selamat membaca..

                        ____________

"Maaf aku lupa membawa tasku, tertinggal di toilet tadi, tapi sudah aku ambil," Ayu berjalan dengan anggun sembari menenteng snellinya. Dia tersenyum terlampau manis ke arah Mauven.

Hana menoleh dan tersenyum. Kotak bekal di belakangnya di remas kuat. Entah kenapa dia merasa sangat kecil. Ada apa ini? Dia melihat Mauven mengangguk kecil.

"Lho.. kamu yang kemarin di ruangan Mauven, eh, maksudnya pak Mauven," Ayu tersenyum melirik Mauven sebentar lalu kembali menatap Hana dengan senyum yang tak lepas.

Hana mengangguk ragu. Dia melirik Mauven yang kembali serius dengan HPnya.

Ayu menyodorkan tangannya, "Aku Ayu, pacar pak Mauven."

Senyum di sudut bibir Hana seolah lenyap begitu saja. Dia melirik Mauven yang berjalan melewatinya sembari menerima panggilan di handphonenya yang bagi Hana seolah terlihat mengiyakan ucapan wanita cantik di depannya.

"Hana. Saya cuma mahasiswi pak Mauven saja," entah kenapa dia harus berkata seperti itu. Hana sungguh tidak tahu alasannya.

Ayu melepaskan salamannya dengan cepat. Dia melirik Mauven yang sudah membuka pintu mobil di seberang jalan.

"Astaga.. dia sudah menungguku," Ayu tersenyum sumringah. Senyum yang menunjukkan bahwa dia adalah wanita paling bahagia di dunia ini.

"Kami akan makan siang berdua." Ayu tersenyum menatap Hana yang hanya mengerjap beberapa kali.

"I-ya.." Seulas senyum tipis terbit dari bibir Hana bersamaan dengan Ayu yang berjalan melewatinya. Menghampiri Mauven yang sudah terlebih dahulu masuk mobil.

****

Ayu tersenyum senang di samping Mauven yang masih serius menyetir. Keberadaan dia di sana bukan tanpa alasan.

Sebagai tenaga kesehatan, Ayu dan beberapa rekan medisnya melakukan kunjungan rutin setiap tahun ke desa-desa dalam rangka ulang tahun rumah sakit.

Kunjungan tersebut berupa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan dan konsultasi kesehatan serta pembagian obat-obatan maupun vitamin secara gratis.

Kebetulan, Ayu mendapat tugas melakukan kunjungan di lokasi yang sama dengan Mauven. Sempat mengirimi pesan juga agar bisa sekalian bertemu pria pujaan hatinya. Inilah yang menjadi alasan baginya hingga tidak berhenti tersenyum senang. Walaupun pikiran dan perasaannya sedikit terganggu dengan apa yang dia lihat di depan kantor tadi.

"Mahasiswi kamu.. lucu juga, ya?" tanya Ayu setelah lama hening. Memancing.

Benar saja. Mauven menoleh ke arahnya sebentar lalu kembali fokus ke jalanan. Dahinya berkerut.

"Maksud kamu?"

"Cewek yang tadi."

Mauven melirik Ayu sebentar. Mengedipkan matanya beberapa kali seolah teringat sesuatu.

Hana. Nama itu melintas begitu saja di pikirannya. Gadis itu tadi memanggilnya entah untuk apa. Mauven menggaruk kepalanya pelan. Meringis mengingat dia langsung saja pergi karena mendapat panggilan penting.

Langsung saja dia merogoh ponselnya di saku bagian depan celananya. Membuka layar kunci ponselnya sembari sesekali melirik ke arah jalanan.

Mengetik pesan dengan cepat lalu tiba-tiba gerakan jemarinya terhenti ketika hendak mencari nama kontak. Astaga.. dia baru ingat. Mauven menghela nafas sedikit mendengus.

Forester In Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang