4. Dia si penerima

6 1 0
                                    

________________________________

Aku sulit tuk percaya
Bukan tak mau berusaha
Namun takut tak terjaga

___________________

  Seperti rencana mereka tempo hari, malam ini Violet sudah duduk di cafe tempat mereka janjian, menghadap kearah jendela sambil memperhatiakan mobil yang lalu lalang.

Sudah lima belas menit Marun terlambat dari jam yang mereka janjikan, baru kali ini Marun terlambat menemuinya, Violet masih sabar menunggu.

Beberapa kali juga pelayan cafe menanyakan pesanannya yang selalu dijawabnya nanti, lagipula kali ini yang mengajak kan Marun, rasanya tidak enak kalau ia memesan dulu.

Ting ting

Lonceng yang digntung dipintu cafe itu berbunyi, Violet mengalihkan pandangannya ternyata Marun yang datang sepertinya ia habis berlari terlihat dari nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Maaf aku telat," ucapnya setelah duduk dihadapan Violet.

"Gak papa kak, kenapa ngos-ngosan gitu? Kakak abis lari ya? " ujar Violet memperhatiakan, keringat yang sedikit bercucuran didahi Marun.

"Gak papa tadi aku ikut mobil dosen terus turun di pertigaan terus lari pas liat jam, takut kamu nunggu lama" terangnya. Violet tersenyum, ia senang karna Marun selalu perhatian dengannya.

"Nih lap dulu itu keringatnya. " menyerahkan saputangan dengan motif secangkir kopi , namun tidak juga diambil oleh Marun.

"Lapin dong," pintanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lapin dong," pintanya. Violet hanya menurut, melap keringat Marun dengan sapu tangan itu, setelah selesai disimpannya kembali ke dalam tasnya.

"Emm... Kamu kok belum pesen apa apa? " melihat meja yang masih kosong.

"Gak papa, nunggu kak Marun dulu, kan kakak yang traktir. " ujar Violet kembali tersenyum, Marun yang gemas melihatnya langsung mengacak pelan rambut Violet.

"Yaudah, mbak-mbak saya mau pesen," panggilnya, dan pelayan itu memberikan buku menu.

"Saya mau pesen yang ini satu sama yang ini deh," tunjuknya ke buku menu.

Marun menengadahkan pandangannya melihat ke arah Violet, Violet yang merasa diperhatikanpun ikut menoleh.

"Emm, aku pesen americano nya aja satu. " pintanya, pelayan itu mencatat.

"Udah itu aja mbak mas? " tanya nya memastikan.

"Iya. " jawab Violet yakin.

"Kenapa cuma pesen itu? Gak mau kue atau apa gitu? mumpung aku yang bayar. " ujar Marun setelah sang pelayan beranjak.

"Gak, itu aja cukup kok. "

Setelah itu hening

Sebenarnya dari tadi ada yang hendak Violet tanyakan, tapi ia merasa enggan. Apalagi momen Marun mau mengajakanya jalan seperti ini sangat jarang. Ia tidak mau merusak momen berharga ini.

DishonestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang