Alasanku Mencintaimu 26

109 4 0
                                    

Kak adji, aku tak bisa berhenti untuk terus memikirkannya, tak bisa untuk terus mencintainya. Aku memang tidak berhak untuk cemburu padanya, karna aku bukan siapa-siapa kak adji. Aku yakin akan terbiasa dengan keadaan seperti ini, memang diawal akan sulit untuk menerimanya.

Air mata ku terus menetes, entah kenapa Ini tak bisa berhenti, aku sudah mengurung diri di kamar sepulang aku sekolah. Aku tak tau ini sudah jam berapa, sepertinya sudah malam, sebenarnya aku ingin berhenti menangis tapi, aku tak bisa. Aku terlalu rapuh untuk menerima kenyataan ini. Aku berusaha bangkit menuju meja belajarku yang dekat jendela, meskipun susah untuk berjalan, aku berusaha sekuat mungkin. Kulihat, dari jendela kamarku ada begitu banyak bintang di langit sana. tapi setiap kali aku melihat bintang pasti aku selalu teringat kak adji. Aku tersenyum, aku mencoba seolah tak terjadi apa-apa.

"kak, makasih ya udah hadir di langit ika, makasih untuk mencoba menghibur ika. Mungkin waktu di sekolah kakak gak peduli sama ika, tapi, saat malam, saat kakak ada di langit. Ika yakin, kakak hadir untuk melihat riska. Ika gak butuh apa-apa dari kakak, ngeliat kakak aja ika udah seneng  kak, apalagi kalau kakak senyum, ika bahagia banget. Ika cuman pengen terus berada di dekat kakak, walaupun kakak gak pernah sadar akan itu."

Aku seperti orang yang tidak waras, karna aku sedang berbicara dengan bintang bintang di langit. Aku tau ini aneh, tapi ini adalah cara ku untuk berbicara dengan kak adji walaupun dengan wujud yang lain. Ini bisa membuatku sedikit tenang, dan melupakan sedikit masalahku. Aku lelah jika harus menangis seperti ini terus, tapi aku bisa apa lagi selain menangis?  Diana dan wirda selalu bicara 'udah napa, lupain aja si adji mah memang cowok dia dong apa?'. Mungkin itu gampang menurut mereka, tapi menurutku itu sangatlah sulit, sulit bagiku untuk melupakan orang yang sudah terlanjur ku cintai. Tiba-tiba handphone ku berbunyi, kulihat ada nama Diana di layar, aku mengusap air mata dan berusaha tenang.

"hallo... " ucapku pelan.

"hallo ka, besok jadi gak maen ke rumah si wirda? "

"hhhmmm insyaallah ya di" ucapku dengan suara serak.

"ya ampun ka, itu suara lu kenapa? Lu abis nangis ya? Pasti nangisin si adji lagi?"

"eng.. Ngak di, aku gak nangis kok"

"gausah boong ka, gua tau, udah lah jangan di nangisin lagi, dia memang pernah nangisin elu apa?" aduh, aku paling MALES kalau udah denger Diana ceramah.

"iya di...  Aku gak bakal nangis lagi deh"

"lu ngomong kayak Gitu sama gua udah puluhan kali, tapi ah sudahlah gua males buat nyeramahin elu, udah kering bibir gua" tuh kan, sudah kubilang aku paling males kalo udah di ceramahin Diana.

"heheheh iya deh di janji aku gak bakal nangis lagi"

"terserah lah, udah ya bye" ucap terakhir Diana dan langsung mengakhiri sambungan nya.

Sahabat ku yang satu itu memang yang paling cerewet, tpi di sisi lain dia juga peduli kok dengan yang ada di sekitarnya. Handphone ku kembali berbunyi, haduh ini pasti dari wirda dan dia akan mencermahiku. Kulihat, ada nama adji bintang samudera hah? Itulah kak adji. Dia menelpon ku? Apakah aku bermimpi? Tapi ini kenyataan loh. Akhirnya dengan penuh keberanian aku angkat panggilan dari kak adji itu.

"hallo riska" haduh,suaranya membuatku makin galau.

"ha.. Hallo kak, ada apa kak?" ucapku dengan gugup.

"Gini, lu udah belom tugas fisika yang waktu itu"

"tugas fisika? Yang mana kak? "

"yang waktu hari senen itu, yg banyaknya nauzubillah"

"hehehe udah kak"

"udah, yaudah sekarang gua kerumah lu ya mau minjem bukunya"

"kerumah? , yaudah kerumah aja kak" ucapku dengan senang, dan kak adji pun menutup Telefonnya.

Aaaaaaa apa ini? Aku sangat senang sekali, kak adji mau ke rumah? Ahahahah aku jadi gak galau lagi. oh iya aku harus mandi, karna dari sepulang aku belum mandi heheh. Selesai mandi, aku langsung berpakaian rapih, dan keluar dari kamar ku, kulihat daffa sedang menonton tv dengan santainya.

"lah,  baru keluar, Dari tadi ngapain aja di kamar ampe mama gedor-gedor gak keluar kamu" ucap mama.

"heheheh maaf ma,  maklum, banyak tugas jadi, gak mau di ganggu deh" ucapku dengan tawa.

"kak, ada orang tuh kayaknya di depan, temen kak riska ya? "ucap daffa dengan keras dan membuat mama melotot padaku.

" cuma mau minjem buku doang kok ma, abis itu pulang lagi kok" rengekku pada mama, dan mama hanya bisa memejamkan mata dan itu berarti iya.

Aku pun keluar menemui kak adji tidak lupa aku membawa buku fisika nya. Akhirnya bisa ketemu kak adji, padahal kan tadi udah nangis karna dia ya. Udah lah gapapa ya yang penting seneng.

"Udah lama kak disini? "tanyaku.

"enggak kok gak terlalu lama"  jawab kak adji.

"masuk dulu kak"

"enggak ah, gua gak mau langsung pergi lagi"

"oh yaudah deh, nih kak bukunya" ucapku sambil memberi buku pada kak adji.

"iya,  makasih ya, sebenernya sih ini bukan buat gua" ucap kak adji.

"lah,  buat siapa emang? " tanyaku.

"buat cewek gua,  kasian dia belom ngerjain dan lagi gua juga gak ngerjain tugas itu, yaudah gua pergi ke rumah cewek gua dulu ya mau ngasih ini buku. Bye" 

Seketika bumi terasa terbelah dua dan ada pedang yang menusuk hatiku, kak adji kesini untuk meminjam buku ku dan memberinya pada citra. Dan dia bilang 'kasian dia belom ngerjain', apakah dia memikirkan perasaan ku? Aku tadi senang karna dia kesini.  Tapi kini aku, aku sedih karna ini lah alasan kak adji datang kerumah. Aku masuk lagi kerumah dengan perasaan yg tak menentu, langkahku tak menentu sampai aku menabrak pintu.

"sakitnya tuh disini di dalam hatiku......  " terdengar suara daffa yang meledekku, sepertinya dia melihat kejadian tadi lewat jendela. Tapi aku tak peduli, aku berlari ke kamar dan mengunci diri lagi dikamar.

Alasanku Mencintaimu (lanjutan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang