Sosok kurus di hadapan Kris -- yang jika Kris tidak salah ingat lebih kurus dari terakhir kali dia lihat -- menggeliat meronta di atas ranjang, berteriak ketakutan. Tangan Jiafeng berdarah di bagian bekas infusan, tiang dan kantong infusenya sendiri sudah tergeletak tak karuan di lantai. Perban melilit mata dan kepala Jiafeng, ada penyangga di lehernya, tangan Jiafeng berada di dekat kepala seolah berusaha melindungi kepalanya. Jiafeng berusaha terus beringsut ke tepi ranjang, tapi dia terlihat sangat kesulitan bergerak. Kris mengamati lebih jauh dan dia merasa dadanya dihantam batu dengan keras ketika menyadari bahwa perban melilit kaki kiri Jiafeng, sebatas lutut...daerah bawah lutut...
Mereka mengamputasi kaki kirinya? pertanyaan itu bahkan membuat Kris merasa sesak meski dia hanya melontarkannya dalam hati.
Jika ada yang melihat ekspresi Kris saat ini, mungkin itu akan menjadi pertama kalinya mereka melihat Kris mengeluarkan ekspresi selain ekspresi marah. Kris jarang sekali bereskpresi, wajah datarnya begitu tenang seperti lautan, hanya sesekali akan terlihat kesal seperti gelombang air pasang. Namun kali ini lelaki itu bereskpresi, untuk beberapa saat wajahnya menunjukkan raut terkejut dan khawatir di saat bersamaan.
Kris terus mengamati Jiafeng yang kini mulai terengah namun tetap meronta. Ada dorongan dalam dirinya yang membuat dia ingin menenangkan Jiafeng, maka Kris mendekat perlahan ke ranjang.
"Jiafeng," bisiknya.
Di luar dugaan, Jiafeng justru memekik, tangannya menghalau tubuh Kris asal. Kris merasakan kemarahan mulai timbul dalam dirinya. Dalam hatinya muncul pertanyaan tentang apa yang orang-orang itu lakukan hingga Jiafeng seperti ini? Kris benci mengakuinya, namun yang dia tahu, Jiafeng cukup kuat, pembawaannya cukup berpengaruh, aura yang muncul dari tubuhnya tidak main-main untuk mengintimidasi orang lain. Jiafeng mewarisi darah yang sama dengannya, itu sebabnya dia yakin tentang itu, tapi sekarang...
Amarah Kris semakin tersulut karena penolakan yang Jiafeng berikan. Dia kembali mencoba menyentuh Jiafeng namun kali ini Jiafeng menepis tangannya keras.
"Berhenti Li Jiafeng!" teriak Kris.
Tidak mempan.
Kris menampar Jiafeng dan Jiafeng berteriak semakin keras. Tapi kemudian Jiafeng semakin tersengal karena kehabisan nafas.
"Gege...Yulun...Gege...Kris ge...tolong."
Gumaman tak beraturan itu membuat Kris kembali terdiam.
Apa ini?
Apa Jiafeng mengingat kejadian malam itu?
Apa hanya dirinya dan Yulun yang sempat Jiafeng nantikan?
Kini Jiafeng mulai menangis, isakannya membuat dia semakin sulit bernafas. Melihat Jiafeng seperti ini membuat Kris sadar bahwa dia salah. Adiknya itu kemungkinan memang mengalami trauma dan dia justru memukulnya. Memejamkan mata dan menarik nafas untuk meredakan emosi, Kris membutuhkan beberapa detik hingga dia kembali mendekat. Dahinya berkerut ketika melihat ada sedikit noda merah yang merembes dari baju di sisi perut sebelah kiri Jiafeng. Jemari Kris menekan tombol darurat di dinding, kemudian perlahan menghampiri Jiafeng yang kini terlihat sedikit lemas.
Bibir lelaki itu masih menggumamkan nama Kris dan Yulun bergantian. Dengan gerakan lembut Kris membawa tubuh Jiafeng dalam dekapannya. Itu masih menimbulkan pemberontakan dari Jiafeng, namun kini Kris memutuskan untuk mendekap Jiafeng erat tidak peduli bahwa sentakan Jiafeng bisa membuat jahitan di dadanya kembali terbuka. Kris berbisik tepat di telinga Jiafeng.
"Ini aku," bisik Kris. "Ini Kris ge."
Jiafeng merespon, masih dalam kondisi tubuh gemetar dia mengangkat kepalanya, jika matanya berfungsi pasti kini dia terlihat seolah mencari keberadaan pemilik suara yang baru menyapa gendang telinganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/66033220-288-k833180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our GALAXY
FanfictionDrabble, Flashfiction, Ficlet, Vignette, Oneshot Main cast : KRIS Wu Yi Fan Beberapa cerita tentang Kris, si naga berharga yang terbang tinggi menuju Galaxynya