Malam telah menempati puncaknya kala Kris membuka pintu kamar Karrel -- putra semata wayangnya. Dia dapat melihat bocah lima tahun itu tengah bergelung di tempat tidur dengan selimut yang sudah terserak. Dengan langkah pelan Kris mendekat, mengamati Karrel lamat sebelum menarik tangan kiri putranya perlahan.
Jemari Kris mengusap perban yang membebat tangan mungil itu. Evelyn -- ibu Kris -- mengatakan bahwa Karrel mengiris telapak tangannya sendiri ketika mengikuti kegiatan Evelyn di dapur. Ibunya terlalu fokus memasak hingga tidak sadar kalau bocah itu terdiam karena menemukan hal baru yang membuatnya tertarik -- cairan merah yang keluar dari telapak tangannya.
Tidak apa, Kris tidak akan menyalahkan siapapun. Ibunya sudah berusaha keras membantu menjaga Karrel ketika dirinya bekerja. Dan Karrel, tentu Kris sepenuhnya paham bahwa anak itu tidak akan pernah mengerti bahwa yang dia lakukan itu adalah salah satu hal yang menyakitkan jika itu terjadi pada orang normal.
Meletakkan tangan Karrel dengan hati-hati seolah takut putranya kesakitan jika dia bertindak sedikit kasar -- walaupun dia sadar itu tidak akan pernah terjadi -- dan membenahi selimut bocah itu sebelum Kris mengusap rambut Karrel dan mengecup keningnya dalam waktu lama.
"Tidur nyenyak ya, jagoan daddy."
*
Hari minggu bukan hari libur bagi Kris. Cafe tempatnya bekerja tidak mengizinkan karyawannya libur di hari minggu, jadi karyawannya harus bergantian libur di hari lain. Minggu ini jatah libur Kris jatuh di hari rabu, hari ini. Itu sebabnya dia berencana untuk mengajak Karrel jalan-jalan siang ini.
Senyuman tipis sesekali terbit di bibir Kris, lelaki muda itu terus memperhatikan Karrel yang kini sedang menyuapkan makan kemulutnya. Dia makan dengan tenang hingga tiba-tiba satu suapan yang siap meluncur ke mulutnya jatuh kembali kedalam mangkuk. Mata Karrel menatap makanannya dalam, seolah terbit sebuah ide jahil di otaknya, si bocah justru dengan sengaja mulai menyendok dan menjatuhkan makanannya sendiri. Begitu berulang kali hingga dia semakin histeris dan mengacak-acak isi mangkuknya. Gerakan Karrel belum berhenti ketika tangan besar sang ayah memegang lembut pergelangan tangannya.
"Karrel, tidak boleh," perintah Kris pelan, tapi Karrel masih terus bergerak. "Karrel," kini Kris menggunakan nada lebih tegas. "Karrel lihat daddy," Kris menatap mata sang putra sekaligus mencoba menarik perhatian agar Karrel balik menatapnya.
"No!" ujar Kris ketika Karrel berhasil menatapnya. "Ti-dak bo-leh, ok?" lanjutnya yang dijawab anggukan oleh Karrel. Kris melepaskan genggamannya, sementara Karrel kembali memalingkan tatapannya, kini dia sibuk memainkan gelang rantai yang Kris pakai.
"Karrel? Sudah selesai makannya hmm?"
Tidak ada jawaban yang Karrel berikan selain mengangguk. Kris tersenyum lagi, "Kalau begitu ayo kita mandi," Kris masih berusaha bertatap mata dengan sang anak, dikecupnya pipi mulus Karrel. "Kita jalan-jalan ya?"
"Jalan-jalan?" Karrel bergumam.
Tangan Kris menangkup pipi Karrel, memaksa Karrel menatapnya, "Ya, ayo jalan-jalan."
Detik berikutnya, Karrel lagi-lagi berteriak histeris karena bahagia.
*
Kris pikir, putranya sudah melewati banyak kesulitan di usianya yang masih terlalu muda. Dan dirinya termasuk salah satu penyumbang kesulitan itu. Karrel tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Lucya pergi meninggalkan Kris dan Karrel beberapa hari setelah melahirkan Karrel. Entah sekarang dia ada dimana, bahkan saat dia masih berada di rumah sakit wanita itu juga tidak mau menyusui Karrel. Menciptakan drama memalukan di Rumah Sakit hari-hari itu. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah kehadiran Karrel memang dianggap aib bagi Lucya? Wanita itu mengandung Karrel sebelum dia resmi menikah, bahkan sebelum dia dan Kris lulus dari Senior High School. Keduanya telah melakukan kesalahan, gagal menahan hawa nafsu hingga Lucya hamil anak Kris. Meski keduanya berada di lingkup pergaulan dimana seks bebas merupakan hal wajar, namun keduanya masih memiliki keturunan darah timur yang memiliki perbedaan pandangan tentang hal itu. Awalnya, Kris berusaha mempertanggung jawabkan tindakannya dengan menikahi Lucya. Namun Lucya menolak, dia tidak ingin mengganti status pernikahan di usia muda. Dia tidak ingin menjadi seorang ibu. Dia justru ingin menggugurkan kandungannya yang jelas ditentang oleh Kris.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our GALAXY
FanfikceDrabble, Flashfiction, Ficlet, Vignette, Oneshot Main cast : KRIS Wu Yi Fan Beberapa cerita tentang Kris, si naga berharga yang terbang tinggi menuju Galaxynya