05 - batu caves

408 28 2
                                    

Batu caves, Malaysia.

        Thalita duduk di batuan memandang patung Murugan yang tinggi tidak jauh di depannya. Burung burung merpati berterbangan di sekeliling. Hanya bisa memandang tapi tidak bisa meraih satu pun merpati yang ada di depan itu. Bibir Thalita gemetar. Dia iri melihat burung merpati yang bisa terbang bebas. Freedom. Kapan kebebasan seperti dulu bisa dinikmati lagi. Thalita mengenang masa lalu, sebelum dia bertemu dengan Arion.

        "Kalian enggak capek berdiri terus ?” tanya Thalita pada kedua laki-laki berwarna hitam itu. Entahlah dari mana Arion mendapatkan Bodyguard sehitam mereka. Kemana Thalita pergi mereka selalu mengikuti.

       "You tak payah pikir pasal kami. Kita orang punya tugas buat jaga you,” ucap laki-laki berkumis. Mereka berdua orang India dari logatnya Thalita bisa tebak.

        "Terserahlah. Kalian pasti tahu tempat jualan minuman. Saya haus," kata Thalita. Di sekeliling hanya terlihat tenda penjual manisan dan sovenir khas India. Ia tidak melihat penjual minuman.

Satu laki-laki mengangguk dan pergi mencari minuman.Thalita melirik laki- laki satunya yang masih berdiri tegap di sampingnya. Sepertinya ini adalah kesempatan emas untuknya.

       "Di bayar berapa biar mau jadi penjaga?” tanya Thalita. Laki-laki itu diam tidak menjawab.

        "Sebenarnya saya diculik. Kau bisa bantuiin ? Saya akan kasih berapa uang yang kau pinta.Tolong biariin saya pergi,” mohon Thalita pasang wajah sedih.

       "You tak payah bohong. I tahu you itu istri encik Arion. Penculik macem mana yang kasih you jalan-jalan macem ini." Bodyguard itu bersuara. Thalita mendengus kesal. Puluhan orang yang dia temui, tidak ada satu pun yang percaya dia diculik.

       "Kau tunggu sini saya mau ke toilet." Thalita hendak pergi. Matanya melihat sebelah kanan ada bangunan bertulis toilet di dindingnya.

       "Enggak usah khawatir saya enggak lari. Kau tunggu kawan kau datang di sini!"ucap Thalita saat pengawal itu ingin mengikutinya.

       "Tak ape. Saya ikut puan saja."

       "Tak ape... Tak ape! Saya yang ape ape,” gerutu Thalita. Untunglah bahasa Indonesia dan Malaysia mirip hingga dia tidak terlalu kewalahan berkomunikasi.

       "Saya tunggu kat luar,” ucap pengawal.

       "Astagaa..." Thalita pergi ke toilet dengan kesal. Pengawal itu berdiri di depan bangunan.

       "Huekk!! Rasanya Thalita ingin mengeluarkan semua isi perutnya. Aroma toilet sangat menyengat, ia keluar dengan cepat dari toilet, tangannya merogoh tas mencari tisu. Tidak ada.

       "Tisu.Tisuuuuu..!"teriak Thalita.

         Kepalanya pening karena bau kare yang sangat menyengat. Matanya remang-remang. Dia  searching di google pariwasata di Malaysia dan  dapetnya Batu caves. Pariwisata yang menonjolkan kebudayan India. Ia sangat membenci kare, makanan tradisional India.

       "Tisuuuu! Elap..Kertas putih."teriak Thalita geram karna pengawalnya tidak bergerak.

       "Okay...You tunggu sini. Jangan kemana-mana ..."ucap pengawal. Kemudian balik lagi melihat Thalita.

"Kalau puan lari saya kena tanggung tau dekat encik Arion.” Thalita mengangguk. Tangannya mengibas-ngibas seperti mengusir nyamuk. Tanda mengerti.

       Lama Thalita terduduk di depan bangunan. Matanya melihat bus yang akan berjalan. Kepala otaknya bekerja terlalu cepat. Kakinya sudah berlari kencang mengejar bus itu.

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang