08 - Bimbang

305 18 0
                                    

       






Bab 8 Bimbang.

        Apartmen South Moritz begitu mewah. Pada malam hari pemandangan dari balkon sangat indah dihiasi lampu berwarna-warni. Thalita berdiri di tepi jendela apartment itu melihat panorama Jakarta. Matanya kosong menatap pemandangan di luar jendela. Tangannya gemetar, menahan perasaannya.

       Hampir sebulan Thalita tinggal di sini. Seakan baru semalam berlaku. Dia tidak bisa meninggalkan Arion, karena waktu mereka belum habis, setahun. Perjanjian mereka.

     Harusnya dia senang Arion jarang pulang. Laki-laki itu kembali ke rumah orang-tuanya. Arion belum memperkenalkan Thalita pada orangtuanya. Ya, pernikahan mereka masih dirahasiakan oleh media bahkan keluarga Arion juga tidak tahu. Tapi, ia tidak perduli itu. Karena pernikahan mereka hanya sementara.

    Entahlah kenapa. Thalita merasa kesepian tanpa Arion malam ini. Wajahnya kelihatan murung dan tidak ceria. Dia, menampik dirinya mulai tertarik pada suaminya. Dia hanya merasa kesepian tanpa teman.

     Sesekali Arion akan pulang menemaninya. Mereka masih seperti dulu berdebat. Kebiasaan yang membuat mereka semakin dekat. Hal sepele juga bisa menjadi alasan mereka berdebat. Mereka tidur satu kamar, tapi suaminya itu tidak pernah menyentuhnya seperti perjanjian Arion.

Tok! Tok! Tok!

      "Non Thalita. Makan malamnya mau mbok panasin?" suara lembut itu berasal dari wanita berumur. Dia biasa dipanggil Mbok Nur.

      "Mbok, Thalita kan udah bilang jangan panggil non. Thalita aja Mbok,"ucap Thalita yang sudah berulang kali menegur.

      "Aduh Non, mbok segan sama den Arion," balas Mbok Nur dengan wajah tidak enak hati.

      "Enggak pa-pa Mbok. Dia juga jarang dateng," suara Thalita lembut. Dia kembali melihat keluar jendela. Entah, kelopak matanya memanas mengucap itu.

     "Jangan sedih Non. Ehh...Thalita. Pasti si Aden akan tinggal di rumah istrinya selamanya nanti," hibur Mbok Nur.

Istri? Iya, Istri. Arion suaminya.
Thalita tersenyum pada wanita berumur itu. Dia senang kehadiran Mbok Nur bisa dijadikan teman bicara. Bayangkan saja Arion mengurung dirinya seperti seorang tahanan. Tidak bisa keluar dari rumah ini. Bahkan laki-laki itu tidak mengajaknya keluar untuk makan malam, seperti dulu yang dipakai Arion padanya.

      "Seorang istri harus patuh pada suami. Sudah hukumnya. Nanti kalau sudah waktunya semua akan indah pada waktunya,” timpal Mbok Nur.

      "Iyah Mbok. Thalita enggak pa-pa."

      "Jangan sedih ya. Mbok panasin makanannya dulu. Thalita kan belum makan dari siang."

     "Enggak usah Mbok. Thalita enggak lapar." Thalita menggeleng.

     Mbok Nur tersenyum penuh arti. Dia suka memberikan kabar tidak terduga yang membuat majikannya tersenyum.

     "Thalita." Panggil mbok Nur. " Si Aden pesan, katanya  malam ini dia makan malam di sini."

       Thalita menoleh pada Mbok Nur. Senyumnya merekah. Entahlah, kadang dia bingung setiap mendengar Arion datang dia kegirangan. Matanya berbinar menatap Mbok Nur, suka dengan pesan itu.

        Dia tidak mencintai Arion. Thalita menegaskan dalam hati. Tapi gerakannya tidak sesuai isi hatinya. Ia berjalan ke dapur sambil tersenyum. Mbok Nur memperhatikan Thalita.

       "Mbok ayam rica-rica tadi dipanasin yah." Thalita membuka kulkas mengambil plastik berisi brokoli.

      "Den Arion suka banget makan sayur brokoli," kata Mbok Nur melihat Thalita memotong brokoli. 

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang