38 surat cerai

520 20 0
                                    

         Di sinilah Thalita berada sekarang, apartemen mereka, lebih tepatnya apartemen Arion dan password kunci rumahnya masih sama seperti dulu yaitu tanggal lahir Thalita.

       Apartemen itu terlihat suram, mungkin Arion jarang pulang dan Mbok Nur hanya datang untuk bersih bersih kemudian pulang lagi ke rumahnya. Thalita menebak.

       Thalita masuk ke kamarnya, semua baju-bajunya masih tergantung dengan rapih, tidak ada yang berbeda dari terakhir dia meninggalkan kamar itu. Saat pergi Thalita hanya membawa kopernya yang dari puncak.

       Kemudian dia melangkah ke kamar Arion. Kamar yang dia rindukan. Tempat Arion pernah menganggapnya sebagai seorang istri.

      Thalita membuka lemari, menyentuh pakaian Arion. Mencium aroma laki-laki itu yang dia rindukan.

       Mata Thalita mulai menghangat. Thalita meletakkan amplop di atas tempat tidur Arion, tangannya mengusap air mata yang sudah mengalir saat mendengar handphone-nya berdering.

       "Lita, apa kau masih lama? Aku harus pergi sebentar ke rumah sakit," ucap Davina dari seberang.

       "Aku sudah mau pulang Vin. Kalau kau mau ke rumah sakit enggak papa nanti aku nyusul sama Renata,"jawab Thalita masih berdiri menatap tempat tidur.

        "Kau menangis? Suaramu serak Thalita."

      "Aku enggak menangis." Thalita tertawa kecil. "Aku datang hanya untuk meletakkan surat ini, aku enggak menangis Vina,"ucap Thalita berbohong.

       "Kalau kau ragu-ragu dengan keputusanmu jangan dilanjutkan, kau bisa ambil kembali surat itu sebelum Arion melihatnya," ujar Davina.

       Thalita mengeleng, tentu saja Davina tidak bisa melihatnya." Aku sudah

Brakkkkkk

        Thalita terkaget seperti ada sesuatu yang terjatuh di luar, dia melangkah dengan pelan menuju asal suara.

       "Halllo Lit, kau masih di situ kan?"

       Thalita semakin penasaran dan terus melangkah ke dapur, tidak ada orang. Kakinya melanjutkan Langkahnya ke depan tv. Foto lipat yang terpajang di atas meja hias jatuh.

       Thalita hendak mengambilnya namun terdengar seretan langkah dari belakang membuat Thalita langsung menoleh.

        "Mas Arion?"

       Tubuhnya mematung. Seorang laki-laki menatapnya dengan memakai masker wajah. Mata orang itu membesar menandakan kepuasan.

       Laki laki itu memainkan pisaunya dan menunjukkan pada handphone Thalita yang masih terdengar suara Davina.

       "Hallo! Litaa!!"

       Thalita membuka mulutnya dan memandang pintu luar yang terbuka, bodoh dia lupa mengunci pintu saat masuk dan hanya menutup saja.

         Thalita berusaha lari, tapi laki-laki itu dengan cepat menarik tubuh Thalita dan membungkam mulutnya. Thalita mencoba memberontak hingga handphone-nya jatuh. Laki-laki itu menginjak handphone Thalita dan menendangnya.

        "Tenanglah aku akan memberi kenikmatan untukmu." Laki-laki itu memukul belakang kepala Thalita, hingga perlahan Thalita menutup matanya.

**

Cheers

         Arion, Deva, Andre dan Ardi tidak lupa Fara mengangkat gelas mereka ke udara sambil menikmati suara dentum music.

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang