10 - Hujan lebat

333 19 0
                                    

Thalita keluar dengan tergesa-gesa.
Pakaiannya sudah rapih. Rambutnya sudah ditata. Memakai makeup yang tidak terlalu tebal. Pagi ini ia akan interview.

      "Non! Sarapan dulu," teriak Mbok Nur.

Thalita terhenti dan tersenyum pada wanita paruh baya itu, "Nggak sempat Mbok. Doaiin ya, semoga interviewnya lancar."

      "Iya...Mbok doain." Mbok Nur melihat Thalita hingga tak terlihat.

      "Punya suami kaya raya. Buat apa susah-susah cari kerja. Non Thalita ada-ada saja?" gumam Mbok Nur. Dia kembali ke belakang menyelesaikan pekerjaannya.

        Thalita sudah memesan grab car. Walaupun Arion sudah menyediakan mobil dan supir pribadi, Thalita tidak pernah menggunakannya.

       Hari ini dia interview di boutique terkenal, Lady's boutique. Tempat bekerja Renata yang baru. Jika diterima mereka akan satu tempat kerja lagi. Tidak ada yang melamar kecuali, Thalita. Gadis itu langsung masuk ke ruang yang ditunjukkan Renata. Dia menyukai pekerjaan ini. Berada di sekeliling wangi pakaian baru.

      "Saya terima kamu kerja di sini. Renata bilang kamu cekatan dan rajin kerja. Kamu bisa mulai kerja besok," ucap  Fara. Dia tersenyum lembut pada Thalita.

      "Saya diterima Bu? Tapi, saya belum di interview. Ibu juga belum liat berkas saya." Thalita menyodorkan berkasnya.

      "Nggak usah. Saya tahu kamu sudah pernah bekerja di bidang ini," ucap Fara sambil tersenyum.

      "Jadi saya diterima Bu?"

      "Iya.."

       Thalita tercengang. Tanpa diinterview dia langsung diterima kerja. Beruntung punya backing orang dalam.

Ingatkan Thalita untuk membelikan Renata ice cream, saat gaji pertama.

      "Panggil saya Fara saja. Kita seumuran kayanya," sambung Fara.

      "Enggak sopan masa saya panggil atasan nama saja," tolak Thalita dengan sopan.

      "Manggil ibu keliatan tua. Panggil nama saja." Matanya kembali melihat laptop. Dia sedang memeriksa laporan keuangan penjualan.

       "Baik kalau begitu."

         Faradita gadis yang mandiri. Keluarganya kaya raya membuatnya bebas terbang kemana saja. Akibat hobi shopping dan jalan-jalan. Sekarang dia membuka boutique dan mengolahnya sendiri.

       Thalita terdiam di depan Fara. Dia mengagumi gadis itu. Masih muda sudah jadi pengusahan. Sudah cantik, baik lagi.

      "Kamu boleh pergi. Besok baru mulai kerja," ucap Fara yang melihat Thalita masih berdiam diri.

     "Iya...Baik Bu...Eh..Fara.Terima kasih sudah  menerima saya."

         Fara mengangguk. Thalita keluar dari ruangan Fara. Berkas yang dia bawa sama sekali tidak dibuka. Sekarang dia sudah punya pekerjaan.

         Thalita hanya sampai sekolah menengah atas. Dia tidak melanjutkan kuliah. Kemampuan keluarganya hanya sampai disitu. Semua guru menyayangkan dia tidak melanjutkan ketingkat lebih tinggi padahal otaknya bisa diadu.

**

         Konsentrasi Arion terganggu. Dia menatap layar laptop dengan mata hampa.Tangannya memicit-micit keningnya.

Thalita

          Arion membuka tirai di belakang meja kerjanya. Langit tak berawan. Rintik-rintik hujan saling menyahut. Hatinya tidak berhenti memikirkan Thalita. Gadis itu seorang diri di rumah sebesar itu. Apakah dia takut saat hujan lebat sekarang ini?

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang