Thalita memakaikan patung dengan gaun berwarna cream untuk dipajang. Helaan nafas saat melihat harga yang tercantum. Arion pernah membelikan baju semahal ini. Bahkan lebih mahal.Terkadang membodohi diri sendiri itu mudah. Cukup merindukannya walau tak terbalaskan, cukup bertahan meskipun dia sudah tak lagi nyaman.
Setelah selesai menyusun pakaian. Thalita berdiri menunggu pelanggan. Gadis itu akan tersenyum pada orang yang melihat ke arah toko mereka. Pagi ini belum ramai pengunjung.
"Sepertinya kau tahu banyak tentang barang mahal? Maksudku sudah terbiasa. Gimana ya ngomongnya. Kau ngerti kan? Aku bukan mau meledek." Fara berhati-hati menyampaikan. Dia merasa puas dengan pekerjaan Thalita. Gadis itu tahu memperlakukan barang mahal.
"Kebetulan dulu ada seseorang yang memperkenalkan aku dengan kemewahan," ucap Thalita sambil tersenyum. Fara memang baik sebagai atasan dia mau mengajak bicara karyawannya saat toko sepi pengunjung.
“Biar kutebak. Pasti boyfriend-mu. Laki-laki memang harus memanjakan wanita," ucap Fara berdiri di samping Thalita.
Thalita terdiam. Dia bingung memposisikan Arion sebagai apa. Suami Atau orang asing yang tinggal bersama sementara waktu.
"Dia ganteng? Laki-laki itu pasti orang yang tinggi dan ganteng," tanya ucap Fara sedikit menggoda. Tentu saja pasangan Thalita punya kelebihan menonjol, karena gadis ini cantik dan ramah.
"Dia sangat baik tapi sedikit sombong. Dia berbeda dari pria manapun. Aku pikir dia batu es, susah ditebak dan arogan. Tapi, enggak. Dia tenang dan dingin.” Thalita menghela nafas. Arion memenuhi kebutuhannya. Kehidupannya berlebih, bahkan keluarganya dicukupi Arion. Laki-laki itu selalu menatapnya penuh perasaan. Tanpa sadar air mata Thalita menetes.
"Kadang dia bertingkah seperti anak kecil. Semua harus dituruti. Sombong." Thalita menyeka air matanya seraya tertawa geli. Seakan dia membicarakan miliknya.
Fara menatap Thalita, gadis terlihat pucat dengan senyum tipisnya. Ia jadi mengingat Arion. Ia jatuh cinta begitu dalam meskipun mereka tidak ada hubungan spesial. Terlalu sulit menembus Arion.
“Fara, kau mendengarku?”
"Sorry. Aku jadi teringat seseorang. Dia pria istimewa bagiku,” ucap Fara.
"Pacar?” Thalita tidak segan lagi bicara pada atasannya.
"No! Dia belum jadi pacarku. My Future husband. Akan kupastikan itu,” ujar Fara dengan wajah serius.
"Jangan dilepas kalau kau yakin dia yang terbaik. Menyesal datangnya terlambat." Thalita setengah berbisik.
"Curhat?" Fara tertawa.
"Sedikit." Thalita melihat pelanggan masuk ketoko mereka.
"Sebentar Fara."
"Selamat datang..." sapa Thalita dengan ramah dan sopan, lalu membawa pengunjung itu melihat koleksi baju yang sesuai umur wanita itu.
Fara tersenyum melihat Thalita. Ia beruntung mendapatkan karyawan seperti Thalita. Cekatan dan sangat ramah. Nilai tambahnya Fara nyaman bicara dengan Thalita.
"Kita makan apa ya, Lit? Perutku sudah keroncongan." Renata mengelus perutnya. Mereka mencari tempat makan di dalam gedung itu. Biasanya mereka bawa bekal untuk makan siang.
"Terserah. Aku ikut saja," sahut Thalita, "Oh ya. Davina enggak ada kabar Ree?"
"Aku juga enggak tahu. Dia sepertimu. Menghilang tanpa jejak." Mereka keluar dari lift. Lantai paling bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
RomanceArion Ortega laki laki pengusaha kaya raya pewaris tunggal Ortega Holding.Dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang wanita yang sedang berada dipantai, karena mencari. gadis itu membuatnya kecelakaan. Lima tahun kemudian dia menemukan g...