[9]. The Mansion

2.5K 64 0
                                    

Mansion

Bumi malas membuka matanya, terada sangat nyaman, tangannya menyusur mengenai sesuatu yang empuk nan halus. Ia membuka matanya mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang sangat mewah dan luas bernuansa putih di dominasi warna gold.

'Astaga di mana ini? Apa aku diculik kembali?' 'Jika iya, sial benar nasibku. Diculik hingga dua kali.' Apa yang mereka inginkan dia hanya gadis desa yang tidak paham apa-apa. Ia berusaha mengingat-ngingat apa yang terjadi. Tak lama tangannya menepuk jidatnya.

'Ya Lord, efek kebanyakan terkurung membuatku lemot. Duh, juice buah dan sayur organikku, gue butuh kaliaaan ....'

Setelah beberapa saat kesadarannya muncul, baru ia mengingat semua rentetan kejadian. Diculik, ditemukan Pak Er, noda merah, dibopong, tembakan maut di tengah pertempuran, para penjahat yang entahlah genk atau mafia, ia tak paham. Semuanya berseliweran bagai film diputar kembali. Samar rona merah bersemi di pipinya yang putih dan halus, mengingat kejadian demi kejadian.

Di rabanya bagian intim, takut peristiwa bocor itu terulang kembali. Cepat berdiri dan diperiksanya seprai, putih tanpa noda. 'Hh, syukurlah. Aman.'

Sendirian, mengenakan baju tidur satin putih rasanya tak pantas. Khawatir tembus lagi, pikirannya hanya satu, memeriksa lemari putih yang berdiri megah menghabiskan sebagian dinding kamar. Tidak ada handle, atau lubang kunci. Diraba-rabanya dengan penasaran. 'Gimana ini, bukanya?

Tiba-tiba dari arah luar terdengar ketukan.

"Permisi, Nona apa sudah bangun?" Terdengar suara asing seorang perempuan.

"Siapa?" tanyanya.

"Saya pelayan di mansion ini. Jika Nona sudah bangun, saya hendak mengantar makanan dan pakaian untuk Nona." Terdengar jawaban dari luar.

"Masuklah."

Segera Bumi memperbaiki sikapnya, pura-pura duduk anggun di pinggir ranjang King Size.
Seorang pelayan berpakaian rapi mendorong meja besi.

Sebuah nampan berisi pakaian di sodorkan ke hadapannya.

"Selamat pagi Nona Diandra-- mohon maaf telah mengganggu tidur Nona. Perkenalkan saya Misel pelayan Tuan Airlangga, di sini untuk melayani Nona. Ini pakaian untuk Nona. Dan ini perlengkapan mandi untuk Nona. Pesan Tuan Airlangga, setelah mandi Nona ditunggu Tuan untuk Dinner."

"Di--diner?"

"Iya, Nona. Tuan sudah meminta kami mempersiapkan segalanya. Mohon Nona mempermudah tugas kami." Misel menjelaskan panjang lebar.

'Dinner, apa ini seperti yang sering dilihatnya di film-film romansa horang kayah?'

Masih penasaran dengan cara membuka pintu lemari, Ia bersiasat.

"Saya mau lihat apa isi lemari itu? Soalnya pakaian saya tidak ada."

"Baik, Nona. Tunggu sebentar." Dengan sopan Misa menekan pengunci dibagian samping lalu mendorong daun lemari. Lemari bergerak dengan mudah. Terperangah Bumi melihatnya. Ternyata begitu mudah. Caranya didorong setelah dibuka dulu penguncinya. 'Ah, noraknya kau Mi! Segitu aja kagak tahu. Dasar kampungan, kau Mi, mi!'

Tanpa sadar ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Di dalam lemari hanya tergantung pakaian tidur bermacam-macam. Juga beberapa segitiga dan cup bra yang cantik tertata rapi di bawah. Ada banyak beragam jenis, warna lingerie dan piyama, yang kontan membuat wajah Bumi sampai merona menahan malu.

"Maaf, Nona. Pakaian Nona belum kami siapkan, rencananya besok pagi akan segera dikirim oleh designer terbaik kami."

"I--itu ... milik siapa?" terbata menunjuk isi lemari.

Istri Rahasia Dosen TajirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang