Prolog: Istri Rahasia Dosen Tajir

22.5K 186 9
                                    

Diandra Bumi Pertiwi--mahasiswa tingkat 2 Ilmu Komunikasi--sedang berada di dalam kelas Pak Airlangga. Namun, tiba-tiba seberkas cahaya putih berkilauan menyambarnya dan melempar tubuh Bumi pada sebuah dimensi entah berada di mana.
Tempat tersebut terasa suwung. Tanpa ada siapa-siapa.

Dalam kebingungan dan keanehan tak berujung itu, Bumi mengira dia sedang bermimpi dan hanya mengerjapkan matanya. Kemudian secara tak sengaja dia menjejakkan kakinya ke arah sebelah kanan. Namun, kemudian tiba-tiba, sesuatu terjadi begitu saja. Wuuusss. Semua terasa bergerak dan berputar seperti pelangi dan  Bumi kembali terlempar pada suatu tempat yang lapang, indah dan luas. Ditumbuhi rerumputan yang hijau dan bunga bunga liar berwarna-warni. Sedangkan yang lebih menakjubkan adalah langitnya yang berwarna violet seperti warna kesukaannya.

Bumi tidak paham apa yang sudah terjadi padanya. Sebelumnya, dia merasa sedang duduk di dalam kelas memperhatikan dosennya dalam memberikan kuliah. Kini tiba-tiba dia sudah beberapa kali pindah ketempat yang tidak dikenalnya.

Jujur tempat yang dia lihat saat ini adalah tempat terindah dan ternyaman dalam dirinya. Apakah ini surga? batinnya.

Bumi berjalan mengelilingi taman luas yang sepi ini. Kemana ada manusia atau binatang? Sepi, hanya dia seorang sendiri. Lama kian lama rasa takut menghampirinya. Tempat apakah ini adakah bahaya mengancamnya? Ini sangat aneh, terlalu sepi.

Bumi bersikap waspada. Instingnya merasakan ada semacam bahaya mengancamnya. Berjalan hati hati memandang sekeliling tanpa disadari sebuah baru besar menyandung kakinya dan dia terjungkal. Lalu dalam sekejap berubahlah pemandangan indah ini berganti dengan pemandangan merah, merah membara.

Terdengar suara dentuman keras di antara langit dan bumi. Lalu, terlihatlah sebuah roket mendarat di tanah dan menyemburkan bongkahan api di mana-mana disambut teriakan histeris. Ya, dan berdesingan peluru disertai jeritan tangis penuh kepanikan.

Tanah yang dipijak Bumi bergetar dan dia sangat terkejut serta ketakutan ketika sebuah bazoka meledak tepat mengarah ke mukanya. Dia masih berharap itu semua adalah mimpi dan bangun secepatnya lalu semua itu menghilang begitu saja.

"Toloooong!!" Terdengar jeritan seorang anak remaja bermata  indah berlari menghampirinya. Namun, sebelum Bumi menolongnya, dia merasakan kegelapan. Semua gelap, benar-benar gelap. Apakah aku sudah mati? Pikir Bumi sebelum kehilangan kesadarannya dan benar-benar terlelap dalam gelap tidak tahu apa yang terjadi.

Sampai kemudian, sebuah suara suara yang lembut berkharisma, kembali membangunkannya. "Bangunlah, Bumi." Mata Bumi terbuka. Dia mengerjap-erjap silau.

Di depannya berdiri sesosok lelaki yang berwajah teduh, mengenakan jubah berhodie, terlingkupi cahaya menyilaukan. Ingatan Bumi membayangkan sosok Sang Mesiah dalam penggambaran kaumnya yang pernah dilihat di dunianya.

"Anda siapa?" tanya Bumi, keheranan. "Kau belum ingat siapa dirimu, Bumi?" Sesosok lelaki berkharisma itu balik bertanya.

"Apa kau pun lupa apa tugasmu, Bumi?" sambungnya."Tugas? Tugas apa? Siapa Anda Tuan? Jangan membuat saya bingung? " tanyanya penasaran.

"Kau sendiri yang akan menjawabnya Bumi. Siapa dirimu sebenarnya dan apa tugasmu. Jangan kau lupa itu. Jika sudah ingat, segeralah laksanakan tugasmu. Aku akan pergi."

Tanpa memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab lagi, sesosok lelaki berkharisma itu lenyap dalam berkas cahaya yang membesar lalu memudar.

Arrrggghhh.

Bumi merasa tubuhnya terlempar dalam lorong pelangi yang berputar dan menyedotnya dalam pusaran arus waktu. Suara berisik membuat Bumi membuka matanya, dan dia menemukan dirinya terbangun di dalam kamarnya. Lalu suara tiktok jam dinding terdengar sangat jelas di telinga.

****

"Mimpi itu lagi? Sebenarnya itu mimpi apa? Benarkah mimpi,tapi rasanya seperti nyata. Dan aku mengalami bukan hanya ketika tertidur. Bahkan di dalam kelas dan kantin pun mengalami beberapa kali. Sangat berbahaya jika aku mengalami ketika sedang bekerja atau berbelanja." Bumi bertanya-tanya. Kepalanya terasa sakit.

Benar. Hanya mimpi. Mimpi yang sangat mengganggunya berulang-ulang. Bumi bangkit dan bersiap. Seiring panggilan WhatsApp dari dosennya sesaat setelah dia memakai seragamnya.

[Iya, baik, Pak. Saya otewe,] Ia menjawab sambil menyambar tas.

Airlangga, dosen yang ia juluki "Dosen Killer" itu sudah tak sabar menunggunya.

[Saya tidak mau tahu. Hari ini presentase di depan Bapak, jangan sampai terlambat!] pesannya.

"Buset, nih, dosen hobi banget marah-marah, sih." Bumi sampai menjauhkan ponsel dari telinganya dan merutuki setelah menutup mix dengan jari, tentunya



Istri Rahasia Dosen TajirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang