[5]. Penculikan

2.7K 63 0
                                    

"Awaass, Paaak!!" pekik Bumi.

Pak Airlangga ngerem mendadak, di depan sana, mendadak melintas seorang lelaki bertundung menyebrang jalan.

Sempat dia menolehkan wajah ke Bumi, yang langsung mendadak pucat pasi.

Bumi merasa jantungnya berdetak kencang, Airlangga meminggirkan mobil dan turun. Mencari si penyebrang jalan yang sudah menghilang entah kemana. Sementara tempat yang dituju penyebrang tadi hanyalah tanah kosong berpagar rapat.

Kemana dia pergi? Secepat itu menghilang? Pikirnya. Mendadak menoleh ke Bumi, terlihat wajahnya pucat pasi dan gemetaran. Berbalik dan berlari membuka pintu. Laku meraih kepala dan tubuh Bumi yang menatap kosong kedepan.

"Mi tenang, sudah tidak apa-apa," bisiknya.

Bumi masih syok walaupun sudah dipeluk dan diberi minum oleh dosennya.

Sepanjang jalan mereka terdiam. Bumi masih belum bisa melupakan sosok yang mereka tabrak. Sangat mirip dengan lelaki yang sering mendatanginya dalam mimpi.

Ada apa? Kenapa kini sosok itu hadir dalam dunia setengah nyata? Apa ada sesuatu yang ingin disampaikannya?

Tiba di hotel mereka menunggu di kamar yang sudah disewa untuk persiapan prameeting. Sebuah sofa dan meja yang nyaman. Bumi duduk menggelosor.

Airlangga keluar, lalu kembali 10 menit, menyodorkan sekeresek cemilan dan minuman, "Mi, kalau masih trauma istirahat di kamar saja ya, biar saya sama yang lain saja." titahnya.

"Enggak, Pak. Mimi tidak apa-apa," yakinnya.

"Ya, sudah. Minum susu coklatnya biar relaks lagi,"

Airlangga membuka laptop, menyiapkan berkas. Sepertinya pertemuan akan ngaret dari agenda yang sudah ditetapkan.

Jam 8 malam, ajudan menghubungi. Mereka segera menuju ruang meeting di lantai lima. Dari sana terlihat gemerlap pemandangan malam kota Bandung yang indah. Selain itu di selasar ada kolam renang yang luas.

Mereka menunggu hingga setengah jam. Masuk Hastomo diikuti asistannya, dia seorang pengusaha kain textile terbesar, yang memiliki andil paling besar menyumbang limbah B3. Kemudian Pak Broto seorang penting dari militer. Mereka mengambil kursi masing-masing.

Setelah menunggu sepuluh menit lagi, datanglah Bapak Besar didampingi assistannya. Semua mengangguk hormat.

Deg. Hati Bumi berdebar melihat wajah Bapak Besar untuk kedua kalinya. Ada rentetan peristiwa yang langsung bekelebat membuatnya merasa sesak. Tangannya gemetar ada rasa mencekam yang tidak biasa. Dia menunduk dalam-dalam.

Terasa tangan hangat dan erat memegang punggung tangannya. Bumi melirik. Tangan Airlangga. Seakan hendak memindahkan kekuatannya pada Bumi.

Refleks ditariknya tangan namun malah semakin mencengkram dan bergerak membalikan telapak tangan hingga bertangkupan.

Serr. Ada rasa yang tidak biasa. Namun mampu menghalau rasa ketakutan yang tadi menyergap. Rasa hangat dan kekuatan penuh percaya dirinya kembali. Pasrah, akhirnya dia mendiamkan lengan itu menggenggamnya.

Meeting dibuka oleh ajudan Bapak Besar.
Bumi mengangkat wajahnya. Terasa tatapan memindai membuat bulu kuduknya meremang. Bagi Bumi suasana mendadak mencekam.

Suara deheman Bossnya, memecah kekakuan dan kesunyian. Airlangga berdiri, opening dengan ucapan terimakasih, menyapa, menyebutkan nama serta kedudukan para tamu meeting.

Profiling komunikasinya sebelum pertemuan dan sesaat setelah pertemuan segera mampu menscreening profil masing-masing calon mitranya dalam DAS project Hijau kali ini.

Istri Rahasia Dosen TajirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang