"Allah tak pernah menjanjikan langit selalu biru
Bunga pasti mekar
Mentari takkan selalu bersinar terang
Tapi Allah selalu menjanjikan disetiap kesulitan pasti ada kemudahan"
💐💓💓💐Dira Pov
"Bosen mi, Dira sudah tidak apa-apa kok beneran deh, jahitan juga sudah lama dibuka tambah sakit badan Dira jika tidak ada aktivitas, besok Dira mulai masuk boleh ya mi?" pintaku pada Umi. Hay kalian, akhirnya aku diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertaubat selama satu minggu aku koma dan rasanya itu entahlah aku seperti berada di dunia lain, ih jangan dibayangin ngeri dan aku sudah hampir satu minggu juga di rumah dengan Umi menjadi perawat, akhirnya Umi dan Abi datang walau Abi tidak bisa stay sebab banyak yang harus diuruskan tapi tiga hari sekali Abi terbang demi anak bungsunya.
"Kita lihat hasil dari Kak Zah nanti sore jika memang katanya kau tidak apa-apa maka Umi akan izinkan kamu ke sekolah" syarat Umi, memang aku tak lepas dari pantauan siapa lagi kalau bukan kak Zah dan yang paling bawel tentu si dia yang mengobrak-abrik perutku saat operasi yang kujalani kemarin diketuai oleh kak Fau tetap didampingi oleh sang istrinya enaknya kalau partner kerja suami sendiri mah bebas apalagi RS yang kemarin tempatku operasi itu di bawah pengawasan bang Fau secara ayahnya bang Fau pemilik RS tersebut eh malah aku Baper ya
"Astagfirullah Dira" batinku tersadar
Yang ditunggu akhirnya datang juga, rumahku sekejam seperti pasar sekian lama sepi, tawa tenggelam. Abi, umi, para lelaki tampan abang-abang dan kakak-kakak tak terlupa dua bocah lucu yang asyik menyantap es krim
"Kak Zah" kudekatkan dan kudusel tubuhku ke badan kak Zah salah satu trik jika ingin sesuatu
"Kalau sudah begini pasti ada maunya nih" ledek kak Zah sambil mengeratkan tubuhnya
"Jadi, gimana besok senin Dira bisakan beraktivitas seperti biasa?" tanyaku dengan nada manja
"Tentu boleh dong tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi" jawab kak Zah saat menunjukkan jarinya
"Ish kok pakek syarat sih, bau-baunya akan menyulitkan" jawab ku sambil mengembungkan pipi kanan kiri
"Sarapan tidak boleh telat, makan buah dan terus minum vitamin, tidak boleh bawa mobil sendiri Kak zah sudah meminta tolong kepada pak Ipul dan bi Inah untuk tinggal di rumah, sementara kita coba selama 1 bulan jika memang kamu sudah benar-benar pulih dan si brengsek tak mengganggu kamu, baru kamu akan bebas dari syarat ini" jelas kak Zah panjang lebar
"Apaan sih Kak, kok pakai sopir juga nggak enak ih malah ngerepotin mereka Dira bukan bocah" protes buku alihkan tubuhku pada Umi dan memeluknya yang berada tepat di sebelah abi
"Tidak apa-apa sayang daripada kamu dipindahkan sama Abi ke Padang" kata Umi selanjutnya, menambah mataku membulat dan masih berada diperlukan semakin kuat
"Baiklah" Jawabku pasrah, setelah peristiwa itu abi tidak banyak bicara mungkin karena kecewa atas apa yang telah terjadi padaku, kata Umi Abi sempat drop dan akhirnya Kak Zah harus menyuntikkan vitamin dan masang satu botol infus walau tak lama Abi mencoba untuk bangkit dari rasa bersalahnya tentu sebab Umi di sebelahnya
Kehidupanku kembali normal dan ini sudah hari keempat aku kembali ke profesi lama sebab profesiku jalan ke surga yang selalu aku rindukan, aku sudah ke sekolah tentu masih di bawah pengawasan pak Ipul yang kemana-mana harus ikut denganku walau aku bilang pulang saja tapi malah beliau kata tak boleh sebab kontraknya sehari bersama bu Dira daripad saya dimarahi oleh bu Zah jawabnya penuh dengan takut, pak Ipul dan bi Inah memang sudah lama ikut dengan kak Zah dan mereka suami istri jadi kami leluasa dengan mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Qodaruallah
Teen FictionDira gadis polos yang selalu jadi panutan bagi anak-anaknya Dirga seorang pria dengan mata teduh dan suara lembut ketika melafazkan ayat-ayat cinta dari-Nya Pandangan pertama yang sudah terlampau jauh masih terasa hingga membuat keduanya tak saling...