Chapter 16

7 2 1
                                    

Sampai kedatangan Samuel dan Angel menghentikan gema tawa orang yang ada di kamar. Claudia dan Alex memalingkan wajah ke tempat lain juga menggelengkan kepala. Obrolan tadi seolah dianggap biasa saja jika tidak ada Angel di sana. Mungkin bila perlu, Samuel pun dapat tahu pada apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

"Wah, kayaknya seru ya obrolan kalian!" seru Samuel yang menggendong bayi perempuannya.

"Tenang kok, Mas. Kami hanya bilang soal pekerjaan dan temanku ini curhat tentang keluarganya. Benar begitu kan, Lex?" Claudia memandang Alex meminta persetujuannya.

Entah mengapa Alex merasa kikuk saat masalah keluarganya kembali diungkit. "Te-tentu, Pak Sersan. Kami hanya membicarakan itu saja," jawabnya sambil memandang sepasang suami istri itu dengan senyuman.

Mereka pada ngomongin apa ya sampai tertawa terbahak-bahak? Hm.... Aku khawatir kalau Alex dan Mbak Claudia itu menyembunyikan sesuatu yang pastinya tidak diketahui oleh Pak Sersan, batin Angel.

"Ha, ha, ha, ha! Iya saya sangat tahu apa yang kalian bicarakan setiap bertemu. Pasti tentang pekerjaan dan keluarga. Ya, dua hal yang tidak bisa kalian pisahkan," ujar Samuel sudah diberitahu sebelum Alex memberitahu istrinya akan datang ke rumah. "Sayang, aku taruh Ghea dulu di keranjang bayi dulu, ya!" Lalu meminta izin pada Claudia.

Claudia mengangguk sambil tersenyum pada suaminya. Samuel menaruh anaknya pada keranjang bayi yang terletak di pojok ruangan. Selanjutnya kembali menghadap pada istri dan tamunya yang sejak dari tadi terdiam. Mereka sibuk dengan lamunannya yang pasti tidak bisa ditebak oleh pria itu. Sampai akhirnya Samuel memecahkan keheningan lantaran bosan dengan semua kecanggungan dalam ruangan ini.

"Oh iya, Lex! Terima kasih ya untuk buah tangannya. Tadi saya dan Nona Angel sudah mencoba. Ayam gorengnya enak sekali," katanya.

Claudia memandang Alex, ia jadi ingat pembicaraan di restoran bersama agen rahasia lain dan terkikik geli. "Itu pasti beli dari Pak Sholeh, kan?"

"Ehem!" Alex berusaha mengontrol suaranya. "Bukan, itu buatanku."

"Ha, ha, ha. Aku lupa. Kamu kan apa saja bisa. Nggak mungkinlah sampai beli sama Pak Sholeh." Claudia terkekeh geli, dia memang sengaja menjahili pemuda itu bahkan di hadapan Angel.

"Oh iya, saya sampai lupa menawarkan kalian makan di sini." Samuel menepuk jidatnya. "Mari kita ke ruang makan! Istri saya membuatkan makan. Kita bisa makan bareng-bareng mumpung Ghea masih tidur. Biasanya kami tidak sempat makan saat Ghea bangun."

"Dari tadi kek nawarinnya, Mas! Kebiasaan kamu suka lupa," tegur Claudia sambil turun dari ranjang tidur.

Sudah biasa setiap kali berkunjung ke rumah ala pejabat pemerintahan, Alex selalu melihat tuan rumahnya bertengkar karena masalah sepele. Jika bukan karena salah Samuel yang pelupa, Claudia sendiri yang kadang suka cerewet. Jadi ia menggidikkan bahu sambil mengikuti pasutri itu keluar dari kamar. Sedangkan gadis yang diajaknya menjenguk si pemilik rumah juga tak lupa diajak sebelum pulang dari sana.

****

"Kalian terlihat sangat akrab. Aku tidak menyangka kalau kenalan kamu orang militeran," kata Angel setelah sampai di apartemen.

Tidak ada tanggapan apa-apa dari Alex, pria itu memilih merebahkan diri di sofa. Ada perasaan bingung antara ingin kembali bergabung dengan tim PKK atau tidak. Di satu sisi dia masih tidak terima atas kepergian Denis. Tapi di sisi lain dia juga selalu terlibat dalam kasus yang ditangani agen rahasia. Dan semua itu terbuktikan dengan pembicaraan empat mata dengan Claudia saat menjenguk ke rumahnya.

"Lebih baik kamu turuti saja apa yang pernah Denis pesankan padamu sebelum meninggal. Dengan begitu akan ada banyak orang yang selalu melindungimu di saat situasi berbahaya." Mungkin itu sepenggal kata yang diucapkan Claudia agar Alex mempertimbangkan keputusannya.

Mission Attack (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang