Chapter 30

9 1 0
                                    

"Lapor, Pak! Ada kasus penculikan remaja di supermarket Kota Makassar." Seseorang yang berpakaian ala pengemis jalanan datang memberitahu.

"Apa!? Bagaimana bisa?" Aslan terkejut.

Selama di dalam tempat persembunyian, ketua tim PKK terkejut tatkala rekan sesama agen rahasia menginformasikan berita terbaru. Dia bingung harus berbuat apa ketika dalam keadaan menyamar. Pria itu melarikan diri bersama Alex ketika dicelakakan anak buah Pak Edward. Ketika terdengar desas desus kematian dirinya beserta Alex, dia harus memalsukannya. Hal ini untuk mengantisipasi akan situasi berbahaya jika berterus terang. Suasana pun berubah tegang untuk beberapa saat.

Lalu seorang pria baru saja kembali dengan mengenakan pakaian serba hitam dan masker wajah datang menghampiri. Dia berdiri menghadap pada Aslan dan pasukan yang tersisa kini menyamar menjadi seorang pengemis. Sebenarnya ia tidak tahu apa-apa tentang kejadian pemculikan setelah pulang dari pusat kota. Pria yang memiliki paras tampan dari balik masker yang dikenakan telah mengadakan pertemuan rahasia dengan agen rahasia lain.

Pria berpakaian serba hitam membukakan masker yang menghalangi sebagian wajahnya. "Ada apa ini? Kenapa mukanya pada tegang begini? Apa karena penyamaran kita terbongkar?" tanyanya.

"Kamu habis dari pusat kota, 'kan? Mengapa kamu tidak tahu apa-apa tentang kasus penculikan di supermarket? Jangan-jangan ini ulah Pak Edward beserta antek-anteknya," duga Aslan.

"Apa!?" Pria itu tak kalah menunjukkan ekspresi terkejut.

"Dan tadi juga saya melihat istri Anda ikut diseret bersama dengan gadis lain di kota ini," tambah si pengemis menatap pria itu.

"Sialan!" Pria itu menendang kursi yang ada di sebelahnya.

Aslan dan pasukan yang menyamar jadi pengemis melonjak kaget ketika pria berpakaian serba hitam memperkeruh suasana. Lantas sang ketua tim mengajaknya agar duduk dengan tenang. Jika menyangkut masalah istri dan keluarganya, pasti pria itu tidak bisa berpikir jernih. Emosi jadi mengendalikan sepenuhnya diri pria tersebut.

"Kamu tenang dulu, Alex! Kita harus bicarakan ini baik-baik. Jangan pake emosi!" Aslan memintanya agar tenang.

"Bagaimana aku bisa tenang kalau istriku sampai diculik oleh bangsat itu? Biar saja nyawaku yang terancam oleh para penjahat, tapi aku tidak mau kalau sampai keluarga juga istriku yang menanggung akibatnya. Padahal kita sudah mengirimkan dua pasukan untuk melindungi mereka," ujar pria berpakaian hitam bernama Alex.

"Terus bagaimana dengan Selvia dan anakku? Apa dia ikut diculik juga? Dan kini bagaimana kondisi pasukan yang telah dikirim untuk melindungi istri kami?" Giliran Aslan yang panik akan keadaan keluarganya.

"Istri beserta anak-anak Pak Aslan sedang tidak ada di tempat kejadian. Hanya istri Pak Alex dan gadis kota yang ada di sana. Pasukan yang Bapak kirim sudah meregang nyawa duluan sebelum sampai ke rumah sakit. Di sana juga saya tidak bisa melawan penculik lantaran lebih banyak jumlah pelaku dibandingkan saya yang sendirian. Belum lagi membawa sajam dan pisau. Oleh karena itu saya lebih mengantar pasukan kiriman Bapak ke rumah sakit," jawab pasukan yang menyamar jadi pengemis.

Alex merauh wajahnya kesal, lama-lama ia jadi ingin keluar dari tempat persembunyian. Semua perilaku Pak Edward benar-benar keterlaluan, bahkan sampai menculik istrinya bersama korban penculikan yang lain. Entah dimana keberadaan Angel sekarang, dia berharap wanita cantik itu baik-baik saja. Jika saja pria dan anak buahnya berani menyakiti istrinya, dia tidak akan pernah segan menghajar musuh hingga tak mampu untuk sekedar meminta ampun.

Mission Attack (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang