Chapter 1

34 4 2
                                    

Setelah aksi kejar-kejaran dengan segerombolan pembunuh bayaran, kedua pria dewasa itu berhasil menyelamatkan diri. Awalnya ketika mereka berhasil melawan dengan senjata seadanya yang tersembunyi di seragam ala pembunuh bayaran yang identitasnya terbongkar. Tak lama kemudian jumlah musuh yang menggagalkan misi mereka makin membludak. Karena jumlah lawan jauh lebih banyak dibanding mereka yang berdua, akhirnya mereka memilih kabur dari tempat terkutuk itu.

Pria yang memiliki paras tampan dan tatapan yang tajam menyandarkan diri di atas sofa sembari memegang dada yang sesak. Sedangkan pria yang terlihat bergaya slengean memilih menyalakan rokok sembari mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Saat ini kedua pria yang berprofesi sebagai agen rahasia sedang bersembunyi di sebuah klub malam. Suasananya terlihat ramai dengan dilalui orang-orang yang melepas penat dengan menari-nari di atas alunan musik DJ.

Kedua pria itu menghela nafas lega, dengan ramainya suasana klub malam membuatnya tidak bisa ditemukan oleh para pembunuh bayaran yang mengejarnya. Namun bisa saja mereka akan menemukan masalah baru yang harus segera diatasi jika ada tindakan kriminal dalam klub. Bisa berupa transaksi narkoba dalam berbagai jenis, pengeroyokan antar orang-orang mabuk di atas lantai dansa, hingga kasus prostitusi. Semua itu harus mereka tindak lanjuti berhubung mengamankan pelaku tindakan kriminal adalah tugas utama sebagai agen rahasia.

"Heh, kampret!" Pria yang tengah menyender di sofa melempar pundak temannya dengan tutup botol vodka. "Masih aja ngerokok sambil jelalatan! Bukannya kamu mantau situasi. Siapa tahu di tempat ini ada yang tidak beres atau pembunuh bayaran pada berhasil menemukan kita!"

Orang yang dilempari tutup botol vodka oleh pria itu tersedak dengan asap rokok yang dihisapnya. Lantas dia terbatuk-batuk dan menoleh ke arah orang yang melemparinya dan mendecak sebal. "Sinting! Baru kali ini selama jadi agen rahasia, aku sampai dikejar massa sebanyak tadi. Mana tadi nafsu banget mau ngebunuh kita. Berasa nostalgia saat-saat masa jadi bajingan sekolah," katanya sembari duduk di sofa.

"Masih inget aja kamu jadi siswa doyan tawuran! Bukannya insyaf jadi orang berguna dengan menjalankan tugas yang mulia ini. Seperti nangkap siswa onar di jalanan macam kamu dulu, Denis!"

"Ya, aku tahu! Kamu juga pernah jadi siswa pembuat onar bareng basis kita dulu." Pemuda yang dipanggil Denis itu tertunduk lemah.

Awal kisah bagaimana kedua sahabat itu pensiun dari dunia tawuran antar pelajar ke agen rahasia ketika masih sekolah STM delapan tahun lalu. Waktu itu akibat tawuran yang diakibatkan oleh basisnya, selama berminggu-minggu mereka diawasi oleh sejumlah polisi dan intel. Alhasil kegiatan basis pun terhenti untuk sementara waktu. Banyak siswa yang memilih pulang ke rumah daripada nongkrong di markas basis sekolah tersebut.

Tapi entah dapat hidayah dari mana, Denis jadi sering memperhatikan para intel yang mengawasi basisnya. Ia berpikir ingin sekali setelah lulus sekolah menjadi pemberantas kejahatan. Keinginannya itu disampaikan pada sahabat karibnya yang telah menemani selama SMP dan STM, siapa lagi jika bukan Alex.

"Lex, gue pernah berpikir, ngapain ya tiap hari kita tawuran dan sok jadi jagoan sekolah demi membela basis? Bukannya kita belajar yang bener, membela nama baik sekolah dengan mengukir segudang prestasi, ini malah jadi biang rusuh di jalanan dan nambah masalah di kota tercinta ini," bebelnya.

Alex yang tengah meminum segelas miras bersama teman-teman basis lainnya melongo mendengar penuturan sahabatnya. Benaknya bertanya-tanya, apakah sahabatnya ini sudah kebanyakan minum alkohol atau sedang ngigo? Dia kadang tidak memahami apa yang dipikirkan sahabatnya sejak dari SMP.

"Den, lo salah minum obat ya sampe ngomong ngaco begitu? Heh!? Lo tuh jagoan basis, nggak usah sok pengen jadi polisi atau intel lah! Kerjaan lo tiap kita nongkrong begini jadi provokator tawuran mulu!" omel Alex.

Mission Attack (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang