Chapter 29

10 1 0
                                    

"Apa!? Gaby ditangkap oleh seseorang dan dibawa ke kantor polisi?" pekik Pak Edward setelah mendengar kabar anak buahnya ditangkap seorang aparat negara saat melakukan aksi pencurian di toko emas.

"Benar, Tuan Bos. Saya dapat kabarnya dari penguasa di pasar Ibu Kota Sulawesi Selatan. Dia dibekuk oleh seseorang tak dikenal. Sepertinya dia dari kalangan aparat kepolisian," jawab Tony.

"Shit! Dasar si Gaby ceroboh!" Pak Edward mengumpat.

Pada saat perbincangan antara Tony dan Pak Edward semakin memanas, George datang bersama dua kawannya. Mereka membawakan sejumlah barang curian dari Kota Maros dan Parepare. Mulai dari perhiasan, uang, serta ponsel yang didapat di sebuah toko. Disusul oleh anak buah Pak Edward yang lain membawakan anak korban penculikan dan uang hasil merampok dari bank Kota Gowa.

Pak Edward menyeringai lebar mendapatkan hasil barang curian yang diinginkan. Dengan begini, dia bisa mewujudkan pembelian persenjataan yang lengkap dan merebut daerah di Timika. Selain itu, dengan anak buahnya yang makin banyak memudahkan mengalahkan para aparatur negara yang bekerja di sana. Jika bisa, pria itu akan menguasai berbagai pertambangan di seluruh kota di Irian Jaya.

Namun, ada satu hal yang mengganjalnya selama ini. Memang menantu dari adiknya sudah tiada bersama dengan ketua tim PKK. Tapi bagaimana jika dia harus berhadapan dengan para penyusup PKK beserta pasukannya yang masih berkeliaran. Para anak buah Pak Edward perlu membasmi mereka satu persatu sampai batu yang menghalangi jalannya tersingkirkan.

"Tetapi, bagaimana caranya membasmi agen rahasia yang berkeliaran di sini? Ketua tim PKK dan suami keponakanku sudah kubasmi. Tinggal antek-anteknya yang perlu kita singkirkan. Hm...." Pak Edward memikirkan rencana licik untuk membunuh Claudia, Renald, Cleo, dan Fany. "Mereka licik dan pintar sekali menyelinap. Di antara orang-orang yang berlalu lalang juga sulit dibedakan dengan yang lain."

"Tuan Bos!" Tony mengacungkan tangan. "Setahuku, para agen rahasia itu lebih sering ditugaskan di pelosok sejak berita penculikan anak terjadi di mana-mana. Bagaimana kalau kita membuat kekacauan di pusat kota?"

"Membuat kekacauan di pusat kota? Kayaknya seru juga." Pak Edward mengangguk ala orang bijaksana. "Oke, kita pancing agen rahasia keluar dari tempat persembunyiannya dan seperti biasa, kalian jalankan misinya."

"Tentu saja, Tuan Bos! Percayakan semuanya kepada kami," kata George.

"Jalankan rencananya besok! Hubungi supir truk kontainer dan siapkan mental kalian," titah Pak Edward menyeringai licik dan para anak buahnya membubarkan diri untuk persiapan membuat teror di pusat kota.

****

"Susu formula sudah, sayuran juga sudah." Angel memeriksa catatan kecil dan memberi tanda centang pada barang yang telah dibeli. "Hm.... Sekarang tinggal beli sereal oat untuk ibu."

Kedua orang pasukan yang mengawasi Angel mengambil alih catatan untuk memeriksa barang yang belum dibeli. Mereka menunjukkan tiga barang termasuk sereal oat sekaligus meminta wanita hamil itu menunggu di kasir. Angel mengikuti semua perintah dua orang pasukan itu tanpa menyadari akan ada bahaya berada di tempat yang sama. Sejumlah orang tak dikenal datang menyerbu ke supermarket. Mereka menculik anak-anak berusia belasan tahun dengan menodongkan pisau.

"Tolong! Tolong!" teriak seorang gadis kecil yang dibawa salah satu pembuat teror. Kedua orang tuanya pun tak kalah menjerit saat seorang lagi menodong agar tidak menyelamatkan mangsa mereka.

Angel panik dan clingak-clinguk ke setiap penjuru supermarket untuk memastikan suara jeritan orang minta tolong. Tentu saja dia tidak percaya atas teror yang terjadi. Saat diperiksa keluar juga sejumlah anak ikut terculik orang asing. Tanpa berbasa-basi lagi dia menelepon dan meminta pasukan yang dibawanya agar menolong semua orang. Wanita hamil itu berlari untuk menolong orang yang menjerit meminta tolong, tak peduli akan kehamilannya yang masih seumur jagung.

Mission Attack (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang