•○ Funwalk dan Patah hati ○•

8 1 1
                                    

"Banyak hal yang gak bisa dipaksakan , terutama masalah hati"
-Evalia Calista.

°
°
°

"Lo gak bisa suka sama Azel , Gi" ucap Gio merutuki dirinya sendiri di kaca cermin.

"Lo bukan apa-apa kalo dibandingin sama Azel , modal tampang gabisa bikin anak orang bahagia" lanjut Gio sambil memukul kaca cermin kamarnya.

"Berat banget buat suka sama lo Zel" gumam Gio sambil mendudukkan dirinya di ujung kasur.

Laki-laki itu sekilas melirik handphone nya yang sudah terbuka di bagian galeri , dengan wajah candid Azel yang sering Gio ambil diam-diam saat sedang mengerjakan project mereka.

Gio tersenyum singkat lalu mulai mengutak-atik album foto di galeri handphone nya tersebut . Sudah puluhan bahkan mungkin seratus lebih foto candid Azel yang ia kumpulkan di album tersebut.

Laki-laki itu menghentikan kegiatannya begitu ia mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya.

"Siapa sih malam-malam gini?" ucapnya sambil berjalan keluar kamar menuju pintu depan dan membukakan pintu tersebut.

"Gi" lirih Elzan.

Tanpa bertanya , Gio sudah tau alasan sahabatnya tersebut kabur kerumahnya.

"Masalah bokap lo lagi?" tanya Gio yang hanya dijawab anggukkan lemah dari Elzan.

Gio langsung merangkul Elzan masuk ke dalam rumah dan kamarnya , keduanya langsung merebahkan diri di kasur tidur Gio.

"Gue nginep disini dulu ya , Gi"

"Yoi , lagian besok tanggal merah , gak perlu bangun pagi banget yekan" canda Gio berusaha membuat Elzan tertawa , namun nihil , laki-laki di sampingnya tersebut hanya melamun menatap jendela kamar Gio yang secara jelas dapat melihat rumah Elzan di sebrang sana.

"Lo selalu bisa cerita ke gue Zan , anytime bro" ucap Gio sambil menepuk lengan Elzan.

"Makasih Gi" jawab Elzan masih dengan pandangan ke arah rumahnya.

Pikiran laki-laki itu kini terpacu ke momen-momen awalnya di rumah tersebut. Tidak ada pertikaian bahkan tidak ada kejadian yang membuat Elzan selalu kabur ke rumah Gio untuk berlindung.

Tanpa di sadari , mata Elzan kini sudah meneteskan tetes air mata yang kini mengalir ke samping.

Rumah yang seharusnya menjadi tempat Elzan beristirahat atau menenangkan diri , menjadi tempat yang sangat amat dihindarinya.

Perlahan-lahan momen bahagia di rumah tersebut mulai terkubur oleh segala keributan dan kegaduhan yang pelakunya bukan dan tak lain , ayah Elzan sendiri.

Kerasnya didikan dan tuntutan sukses dari ayahnya tersebutlah yang membuat Elzan semakin lama semakin tertekan , beruntungnya Elzan memiliki Gio yang selalu mendukungnya kapanpun dan dimanapun.

Tak lama setelah menangis dalam diam , Elzan mulai terlelap dan masuk ke alam mimpinya.

"Yeu malah tidur nih anak"

"Yeu malah tidur nih anak"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Domino's "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang