1

103 3 0
                                    

Matahari telah menyembunyikan cahayanya dibalik awan berwarna jingga akibat pantulan cahayanya. Bagi seorang wanita dengan tubuh tinggi nyaris sempurna itu bukanlah hal yang baik baginya. Tubuhnya sudah letih setelah berdiri cukup lama menunggu seseorang menjemputnya seperti biasa. Terlihat sekali dibalik hoodie hitam yang ia gunakan terpancar aura kemarahan yang siap untuk ia luapkan setelah sampai dirumah nanti.

Jemputan Soera sampai ditempat pukul delapan malam itu berarti ia sudah menunggu selama tiga jam dari waktu yang biasa ia tentukan. Sopir kali ini memiliki banyak alibi yang membuat Soera hanya bisa berpasrah diri pada kenyataan. Andai mobil kesayangannya tidak masuk bengkel sudah pasti ia melaju di jalanan sendiri.

"Apa nona masih marah pada saya?"

Soera hanya diam di bangku penumpang. Ia masih sangat jengkel dengan semua yang terjadi hari ini. Sepertinya memasang muka kelewat jutek tidak berhasil untuk orang tuanya. Kali ini ia memikirkan cara lain agar mendapat kebebasan yang lebih dibandingkan sekarang. Mungkin hanya ini yang bisa membuat mereka mengalah meskipun sedikit menyiksa diri.

Setelah sampai dirumah keadaannya masih sama dengan tampang wajah tertekuk bak buku lama yang sudah di remat-remat oleh sang pembacanya. Soera berjalan melalui setiap ruangan, menaiki tangga yang ada hingga sampai di kamarnya. Hanya ini tempat yang bisa ia andalkan sekarang.

"Soera sayang, ayo turun dan ikut makan malam"

Belum sempat Soera duduk di tepian kasurnya kini suara itu menyebalkan itu muncul dari balik pintu besar berwarna putih di depannya. Benar-benar hari yang sangat menyebalkan bagi Soera jika harus bertatap muka dengan wanita yang sok baik itu. Bahkan untuk kesekian kalinya mengapa harus wajahnya yang ia lihat pertama kali.

Soera membuka pintu dengan sangat terpaksa. Menatap sejenak wajah lembut wanita yang ada di depannya. Itu memang wajah terbaiknya hari ini tapi tetap saja Soera tidak perduli karna baginya wajah wanita itu tetap jelek meski sudah dipoles dengan bedak mahal.

"Pergilah"

Soera masih mengingat tentang ajaran dari ayah dan ibunya jika harus berkata sopan dengan orang yang lebih tua sekalipun mereka telah berbuat sangat jahat. Tapi sisi dingin Soera tidak bisa hilang begitu saja karna itu diturunkan dari sang kakak laki-lakinya yang sekarang ntah ada dimana.

"Apa mau eomma bawakan sesuatu untuk dimakan?"

Meski Soera sudah berusaha menampakkan sisi paling dingin pun wanita ini tidak akan mudah untuk beranjak dari tempatnya berdiri sekarang. Wanita yang selalu menganggap dirinya sebagai seorang ibu yang baik. Tentu itu adalah hal yang paling menjijikkan bagi Soera sampai kapanpun.

"Kau bukan eomma"

Setelah mengatakan kalimat pedas itu, Soera menutup pintunya dengan penuh kemarahan meninggalkan wanita yang mengaku sebagai ibunya itu sendirian dengan tatapan kekecewaan. Tapi tak apa bagi Soerin itu bukanlah hal yang mengejutkan karna sang gadis sematawayangnnya itu selalu bersikap sama setiap hari.

-

-

-

-

Matahari kembali menampakkan jejaknya setelah bulan dan bintang mengambil alih waktu malam tiba. Soera masih sangat nyenyak saat ini. Memeluk guling yang selalu menjadi temannya saat tidur. Ia masih belum menyadari bahwa cahaya indah diluar sana mengintip dari balik jendela.

Suara ketukan pintu yang sangat pelan menganggu mimpi indahnya pagi ini. Sungguh Soera ingin meneriaki seseorang yang ada di balik pintu itu. Tapi itu bukanlah hal yang mudah mengingat orang yang sedang berdiri di depan sana adalah orang yang paling menyayanginya dirumah ini.

FAKE LOVE || JEON JUNGKOOK || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang