Happy reading🎎
Perlahan langkah kedua gadis itu membawa tubuh mereka untuk mendekati meja berhuni tiga pria yang cukup populer di Dananta. Walau hanya bermodal nekad sihh.
"Ga-gavin, aku mau ngomong"Setelah mengumpulkan nyali akhirnya kalimat itu terucap. Gavin yang tak mau basa-basi langsung berdiri dari kursinya dan menarik tangan Dasha pergi.
"Lo yakin Sa?"Tanya Arvind menegaskan. Bukannya menjawab yang ditanya malah menatap nyalang Alin tanpa mengalihkan pandangannya kemana pun.
"Ada cewek nih Vind, kalo gue congkel matanya gimana ya? Pasti makin cantik. Tapi tenang Lin, sekarang juga cantik kok, sayang aja ahli bohong"Desis Raksa
"Lo kira segampang itu?"Tampik Alin. "Dan, omongan itu dijaga!"
Mendengar keributan semua orang terdiam saat tau siapa yang tengah beradu mulut. Karna biasanya, jika Raksa sudah terlibat suatu masalah, lelaki itu tak akan mengampuni lawannya walaupun dia yang salah. Egois.
Raksa berdiri dari kursinya, memandang Alin dari bawah hingga atas seakan tengah mengoreksi secara teliti. "Lo ngeremehin gue?"
Kicep gue!
"KAK RAKSA!"Pekik Yara menarik mundur Alin. "Udah kak, Alin gak sengaja ngomong gitu. Dia lagi banyak pikiran! Maafin ya kak"
Raksa hanya diam, membiarkan Alin melangkah pergi bersama Yara.
Raksa tidak akan se-marah ini pada Alin jika Alin berucap terus terang, tidak menyembunyikan apapun. Namun yang gadis itu lakukan hanyalah melantur dan mengarang cerita! Raksa tak suka kebohongan.
"Mau nyusul yang lain?"Tawar Arvind. Raksa merespon dengan berjalan terlebih dulu meninggalkan barang-barangnya.
🏁
"Alin apaan sih lo nyari mati ya? Lo gak inget kejadian tahun lalu? Cewek yang ngoceh di depan kak Raksa langsung mati ditempat! Lidahnya dipotong dan kak Raksa ngehancurin mukanya! Heran deh gue kenapa dia gak dipenjara" Cerocos Yara sepanjang jalan. Alin tahu, kenapa sahabatnya ini malah mengungkit kejadian itu, membuat ia gemetar saja.
"Diem Ra! Gue takut"Dari intonasi bicaranya saja sudah berbelit-belit. Yara menggelengkan kepalanya. Padahal 'kan jelas sekali Alin yang mencari masalah pada Raksa.
"Lo sih, nyari gara-gara"Sampainya di lorong kelas, keduanya mendaratkan bokong ke bangku panjang yang berada di depan kelas. "Tapi Lin, gue liat tadi Raksa beneran marah banget. Masalah waktu itu, bukan karena lo kan? Tapi- Ini bukan artinya gue gak percaya sama lo, Lin. Tapi—"
"Gue paham, Ra. Semua juga pasti pengen tau. Tapi gue juga gak punya apa-apa buat dikasih tau. Garaksa cuma mau jawaban yang sesuai sama ekspetasinya, dan dia akan terus nyangkal semua jawaban yang gue kasih"
Situasi ini sangat sulit bagi keduanya. Di satu sisi Garaksa hancur, karena rekannya dibunuh dan pelakunya di bebaskan karena tidak terbukti bersalah. Dan di sisi lain ada Alin yang terus dipaksa mengungkapkan kebenaran tabu.
Hubungan mereka benar-benar retak.
🏁
Ketika dalam perjalanan menuju kos Raksa, Satya melihat Alin yang berdiri di halte bus— menunggu bus selanjutnya tiba. Tak pikir panjang, Satya segera meminggirkan mobilnya.
Alin yang mendapati sebuah mobil berhenti di depannya tentu kebingungan, gadis itu pun menelisik ke dalam namun tak terlihat apapun hingga Satya menurunkan kaca jendelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAKSA
Teen FictionHidup didunia, apa artinya untuk kalian? Jika lelaki ini berbicara, ia akan mengadu bahwa kehidupan sudah merantainya di dalam neraka duniawi. Kebahagiaan, kesedihan, kebencian, dan kekecewaan itu selalu merantainya. Menjadikan dirinya seakan-akan m...