Berkumpul di markas mereka sempat menghubungi Satya untuk bergabung. Masalah Raksa juga masalah mereka, begitu sebaliknya. Bukan hanya karna masalah hati Raksa, namun kecurigaan yang Devan selama ini tujukan pada Raksa harus terbukti.
"Gue kan yang paling deket kedua setelah Raksa, gimana kalo gue yang ngobrol sama Alin buat nyelesaiin masalah mereka baik-baik?"Anjur Satya mengawali pembicaraan setelah sepuluh menit lamanya mereka terus terdiam. Beberapa mengangguk setuju.
"Kalo gitu gue yang bakalan nyusup ke kost Raksa, nanti..."
🏁
Tengg.. tengg..
Berkerumunlah seluruh siswa-siswi SMA Dananta ke lapangan. Apel pagi ini akan istimewa karna kedatangan beberapa tentara yang akan melatih siswa-siswa terpilih untuk mencoba olahraga menembak di sekolah ini.
Diadakannya kegiatan seperti itu bukan hanya untuk main-main semata. Kegiatan yang diadakan tentara, berharap jika terdapat perang dunia atau sebagainya pemuda Indonesia tak berdiam diri.
"Selamat pagi semuanya, salam sejahtera bagi kita semua. Pagi ini, tentara angkatan darat mengadakan suatu kegiatan yang akan membuat kalian tangguh! Beberapa siswa yang telah terpilih secara matang akan dipanggil namanya nanti. Negara berharap jika kegiatan ini membuat jiwa raga kalian mempunyai semangat yang tinggi!"Urai pak Jalal selaku kepala sekolah SMA Dananta yang kini memimpin jalannya apel.
Tak luput pandangan Raksa dari sosok gadis yang terbaris tak jauh darinya hingga membuatnya masih bisa memandang jelas rupa gadis itu. Segala penyesalan Raksa rasakan sekarang setelah membentak pacarnya itu. Membenahi topinya, perlahan Raksa mulai memerintah beberapa lelaki untuk bertukar tempat dengannya.
Hingga kini posisinya tepat di samping gadis cantik yang terus mengeluh karna terik matahari selalu mengganggu nya.
"Maaf Lin,"Ucap Raksa yang membuat gadis itu menoleh kearahnya. Berputar malas bola matanya Alin ketika tahu pria jangkung itu berdiri tepat di samping nya.
"Fre, tukeran ya?"Pinta Alin pada Freya yang berdiri di samping nya. Melihat Raksa menggeleng Freya berpura-pura tuli agar masalahnya tak berlanjut. "Fre! lo denger gak sih?"
"Belrissa Alin Zelone!"Pekik seorang guru yang mendengar keributan itu. Guru—bernama Dela itu menarik perhatian seluruh murid. Mengkomat-kamit Alin saat bu Dela mulai mendekatinya. "Maju ke depan!"Tegasnya
Matanya yang menangkap sesosok Raksa dibarisan kelas sepuluh semakin menarik amarah Bu Dela. Ditariknya telinga Raksa juga Alin membuat keduanya merintih kesakitan, juga kekehan para murid lainnya yang melihatnya.
"Jodoh emang tu anak"Ujar Gavin sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, juga tangannya yang tak henti mengelus dada.
Ego yang mendengarnya memutar bola matanya malas. Karna ia juga termasuk dalam kategori seorang pria yang mengagumi Sesosok Belrissa Alin Zelone.
"Diem lo ah Vin! Kesel gue denger mulut lo ngomong"Ketus Ego
"Sumpah go, mereka tuh ya, kalo lo mau tau, tiap hari berduaan mulu go. Lo? Alahhh lewatt men! Saingan lo Garaksa cuy, Garaksa go. Lo bagaikan semut di di mata dia, Hahahaha"Gavin mengundang debat. Namun jika berdebat, ujung-ujungnya malah bukan kalah ucapan, wajahnya yang akan babak belur dikarenakan kalah dari Gavin. Lebih baik Ego diam ditempat nya.
"Astaghfirullah Garaksa, bapak tobat kayanya ngurusin kamu. Ini si anak kelas sepuluh mau ngikutin jejak kakak kelas kamu?"Keluh pak Jalal dengan mengelus dadanya. Sungguh kasus tentang Raksa ini di ruangannya sudah setebal buku cetak.
Tak menggubris perkataan pak Jalal, Raksa lebih khawatir pada pacarnya ini. Biarlah ia dikata bucin atau apapun itu. Namun posisi yang kini mereka hadap adalah matahari.
"Jangan dicontoh tuh si Raksa, kasusnya udah setebel buku cetak. Balik lagi tentang kebersihan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAKSA
Fiksi RemajaHidup didunia, apa artinya untuk kalian? Jika lelaki ini berbicara, ia akan mengadu bahwa kehidupan sudah merantainya di dalam neraka duniawi. Kebahagiaan, kesedihan, kebencian, dan kekecewaan itu selalu merantainya. Menjadikan dirinya seakan-akan m...