11-SECOND DAY : WARNING

2 0 0
                                    

Satya hampir tersedak air soda kalengnya mendengar Arvind sambil cengengesan menceritakan dan apa yang Raksa akui pada nya tadi. Satu markas meledakkan tawanya. Bahkan Alaska dan Mahesa mengaku menyesal pergi terlebih dulu dan tak melihat kejadiannya.

"Coba Sa coba, diulang ucapannya"Goda Devan yang duduk disebelahnya, rusuh. Raksa hanya melirik, tak acuh.

"Gue gengsi"Ulang Satya yang mencoba meniru gaya Raksa saat mengucapkannya. Walau tak dilihatnya, ia masih bisa membayangkan kolaborasi antara wajah robot dan merona itu.

Disana Raksa tertawa sedetik, lalu mencemooh Satya dengan pedas. "Sok lucu lo Sat"

Satya melemparkan helm dan ditangkap Raksa. Satu ruangan kembali tertawa pecah ketika Haden dan Arvind ikut-ikutan maju—menggoda Raksa. Bedanya kali ini Raksa ikut tertawa akibat ulah gila teman-temannya.

"Gue gengsi, gue gengsi lagi tak tapok lambe mu Sat"Ancam Raksa, serius. pasalnya Satya sendiri yang dari tadi gak selesai-selesai godain Raksa, kan makin malu.

Diujung sofa yang ditempati tiga orang termasuk Satya—dari sana cowok bego dari keluarga Bramanto itu mendengus. "Gue terus yang kena anjir! Heran gue punya temen kaya Raksa, Gengsian! HAHAHAHAHAHA"

Raksa langsung melepas sandal karetnya dan bersiap untuk melempar kearah Satya, namun anak itu sudah keburu berlarian kesana-kesini agar terhindar dari lemparan pertama Raksa. Benar saja, sandal itu tak melukai tubuh nya yang lembut nan bahenol ini. Beruntung ada si Kepat(Nama motor Satya) yang melindungi dirinya.

Tak kenal takut, Satya kembali mengejek Raksa hingga membuat Raksa terpancing dan mulai berlari untuk lemparan keduanya. Dibalik tubuh Galen yang sedang mengotak-atik motornya, Satya terus berteriak ketika Raksa mengucap sumpah-serumpah yang membuatnya ketakutan.

"Len lindungin gue anjir! Yang kemaren belum sembuh nih, yakali kena lagi?! Lo gih sekali-kali yang kena amukannya Raksa, yakali gue terus! Gue tuh bosen Len, bosen! Yakali hidup gue dipenuhi amukannya Raksa, gak banget eww"

"Seharusnya lo tau gue ada di pihak Raksa."

"ANJ*NG! ORANG WARAS KAYA GUE KENAPA TEMENAN SAMA KALIAN SIH?!"Satya lari sprint kearah Devan, ketika belum benar-benar sampai, Raksa sudah bersiap-siap dengan jurusnya dan tak! Sandal karet itu mengenai pelipisnya.

"Sabar mas, nasib namanya kalo udah gini"Kata Devan, menahan tawa.

"Parah sih Sat, eta mah kebalik atuh. Waras, waras, waras, gila"Haden menunjuk beberapa temannya dan mengakhirinya dengan menunjuk Satya yang duduk di lengan sofa—disamping Devan. "Waduh! Lah kok Lo beda sendiri Sat? Buang aja tuh buang! Cepetan sini lo Van, ketularan nanti"

"BOCAH BANGSAT!"

🏁

Dengan suasana yang berbeda, di markas kecil geng motor River secara lengkap anggotanya berkumpul, malam ini mereka akan berangkat menuju Bandung bersama beberapa anggota motor lainnya.

Sampai sana rencananya akan istirahat sebentar, menjelang siang mereka akan pergi ke tempat yang sudah ditentukan, lalu sekitar pukul 12 siang mereka akan berangkat ke Jakarta.

Rayyan masih duduk di kursinya, melakukan hal yang sama sejak para anggotanya mulai berdatangan. Hanya melamun, menjadikan suasana seakan benar-benar hening karenanya.

Raganya memang ada disini, akan tetapi pikirannya sudah entah kemana. Ini sudah terjadi sejak mereka menemukan jasad seorang yang notabenenya paling dekat dengan Rayyan tepat di depan pintu markas. Seorang yang biasanya selalu tersenyum itu tiba-tiba mengamuk hingga semua orang kena getahnya.

GARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang