10-FIRST DAY

3 0 0
                                    

Berita tersebar, seperti api yang merambat dengan cepat. Tentu adanya pro dan kontra membuat masyarakat dan juga yang tergabung dalam komunitas geng motor berdebat panas di media sosial.

Beberapa mendukung langkah mereka dalam mempertegas apa yang dilakukan Harun, namun juga ada kubu yang menolak argumen itu dan menyerang balik dengan isu-isu panasnya tentang geng motor.

Pihak River menahan sekutunya agar tak menyerang terlebih dahulu dan menunggu. Itu yang diminta keluarga korban dan disampaikan oleh Rayan.

Hal itu seakan menjadi penjara tersendiri untuk orang yang tengah mengamuk kesana-kemari di markasnya. Yang lain hanya menonton, berinisiatif untuk menghentikan namun tidak berniat melakukannya.

"SIALANNN!"Umpatannya terdengar sangat keras. Zordan—ketua geng motor eagley itu menendang kurs yang sudah terguling hingga menabrak dinding. "Kenapa gak ada yang ngelirik sih?!"

"Tenang Dan! Lo emang bego tapi gak sebego itu buat tau alasan pada tutup mata. Kita lagi ngelawan anggota dewan!"Wakilnya masuk dengan pandangan menajam. Emosinya yang sudah ia tahan sejak berita itu tersebar hampir tak tertahan melihat Zordan mengamuk begitu. "Salah langkah sedikit, kita yang kena"

Ia tak mau kena ceramah sekarang. Zordan meraih kunci motornya diatas meja lalu pergi keluar markas dengan entah sengaja atau tidak menabrak pundak wakilnya—Ray dengan keras sampai mundur selangkah. Ray sudah siap melayangkan pukulannya, namun yang lain langsung maju menahan Ray.

"Udah bang! jangan berantem di situasi kaya begini!"Kata cowok berwajah manis yang ikut menahan Ray.

"Iya Ray, biarin aja dulu. Tuh anak pikirannya masih kalut"Tambah cowok lain.

Ray pun melepas paksa, lalu menahan lahan kosong diluar. "Gue gak suka sama caranya"

"Iya kita ngerti, Lo tenangin diri juga"
"Bener kata Deni, lo disini yang paling tau Zordan itu gimana anaknya"Yang lain menyahut, lumayan membuat Ray tenang.

🏁

Motor Liam baru saja terparkir di depan gedung bewarna putih dengan bendera kebanggaan nya terkibar diatas sana. Dibenahi rambutnya lalu berjalan memasuki markas. Didalam sana terdapat Wira yang duduk sembari mengesap kopi dan membaca beberapa topik yang ada di koran. Sangat fokus bahkan tak melirik sedikitpun ketika Liam mulai masuk ke ruangan.

"Vino, Mahmud, Leo, Bayu, sama Alan izin gak masuk hari ini. Vino sama Leo yang sepupuan lagi kondangan di Jakarta. Bayu, Alan, sama Mahmud lagi ada acara di sekolahnya. Nanti sore kalo udah selesai bakal kesini katanya. Sisanya, bakal kesini siang atau nanti sekitar jam 10"Wira mengucapkan tanpa menoleh sedikitpun dari berita tentang penyerangan itu.

Liam menghela nafas gusar. Tak hanya Zordan yang kalut, pikiran Liam juga ikut kalut. Entah harus bertindak seperti apa, ia belum ada rencana. Yang ia takuti ketika demo berlangsung, akan ada anggota nya yang menjadi imbas. Hilang diculik, terkena luka bakar, atau yang lebih parah kehilangan nyawanya.

"Gue 'kan udah bilang, gak perlu lapor sampe serinci itu"Katanya

"Tapi menurut gue perlu."Wira menaruh korannya, menyandarkan punggungnya, mata hazel itu menatap langit-langit kamar. "Gue perlu potong rambut gak?"

"Lo mau demo, bukan upacara bendera. Lagian ya Wir, lo jadi orang tuh harusnya rada terbuka dong sama orang lain. Liatin tuh anjing Leo sampe gak mau sama lo"Ucap Liam yang menunjuk foto anjing milik Leo dengan dagu nya.

Liam melirik, ia hampir tersedak ludah nya sendiri ketika mencoba menelan ludah saat melihat Wira sedang mengelap pisau kesayangannya. "Kaki, tangan, telinga? Atau kepala, mulut, sama si junior?"

GARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang