Gema adzan maghrib menghentikan kegiatan mereka kini. Terus berteriak tanpa direspon sama sekali benar-benar membuat mereka emosi.
Tak berpindah tempat dan terus berada disana merupakan yang mereka lakukan sekarang. Berwudhu lewat air mineral yang di alirkan anggota non muslim dari botol plastik, umat muslim rasakan sekarang.
Bersujud lah mereka pada Tuhan Yang Maha Esa dilindungi anggota non muslim mengitari. Bang Karyo sebagai imam sholat Maghrib tersebut memimpin ratusan orang di belakangnya. Berbagai surah Al-Qur'an ia bacakan untuk melengkapi sholat mereka.
Tak bisa di alihkan lagi bahwa para polisi itu tetap setia menodongkan senjata api di balik tameng mereka. Sedih rasanya.
Harapan yang mereka bawa sebagai bekal harus hilang karna yang mereka teriaki tak kunjung keluar dari gedung putih itu. Setakut itukah mereka pada kawanan geng motor ini.
Bahkan cerita dari Zordan juga Raksa semakin membuat mereka marah pada pemerintahan. Segala kekacauan terjadi disini. Dari bom asap hingga ban yang di bakar menambah riuhnya suasana.
Selesai melaksanakan sholat Maghrib, Raksa berdiri di depan gerbang istana merdeka. Tangannya tergenggam erat. Ditendanglah gerbang itu hingga membuatnya goyang. Tak peduli puluhan senjata api mulai mengarah kepadanya.
"OTAK LO DIMANA BEGO!"Sorak Raksa tepat di depan para polisi itu dengan menunjuk kepala bagian atas telinga dengan jari telunjuknya. "NYEMBUNYIIN TERSANGKA LO?!"
"TERAKHIR KALI KITA PERINGATKAN! MUNDUR!"Tegas anggota polisi yang berdiri tepat di depan Raksa dengan toa nya. Menahannya hanya membuang-buang waktu Raksa yang berharga saja. Di tariknya helm yang terpasang kuat di kepala polisi itu hingga seorang berhasil ia seret keluar dari benteng nya.
"Lo tau apa?! Kita seharian cuma teriak-teriak tanpa ngelakuin perlawanan. Gue emang pergi tadi. Tapi lo kira gue gak tau kalo lo, sama sekutu lo itu mukulin temen gue?! Anjing."Debat Raksa dengan terus menerus memberikan serangan pukulan pada polisi didepannya.
Seorang polisi datang sudah bersiap memukulkan tongkatnya ke kepala Raksa. Sialnya Arvind melihat hal itu. Ditangkapnya tongkat itu membuat anggota polisi dihadapannya melotot kearahnya.
"Lo kira yang ngelawan kalian cuma dia?"BUGH!
"NGGAK!"Tegas Arvind sembari memukulkan tongkat itu ke kepala polisi didepannya hingga polisi itu mulai mundur..
Beramai-ramai siswa STM yang ikut serta siang tadi berlari membelah ratusan orang yang menghalangi mereka. Dilemparkan nya batu-batu yang sudah mereka siapkan untuk demo ini.
Berlindung dengan tameng merupakan yang polisi itu lakukan sekarang. Puluhan bendera merah putih yang mereka bawa mulai basah, ketika watercanon itu mulai keluar, menyapa mata mereka.
"KAMI PERINTAH KAN SEKALI LAGI MUNDUR!"Tak runtuh karna water canon yang menghujam mereka. Mengikuti yang siswa STM itu lakukan merupakan kegiatan mereka saat ini.
Raksa menunduk. Sebagai panglima perang berarti ia memimpin jalannya perang ini. Namun semuanya sirna ketika melihat puluhan mobil polisi datang, menangkap teman-temannya satu persatu.
"RAKSA LARI!"Teriak Satya yang mulai digeret masuk kedalam mobil tawanan. Tak berwaspada sebuah tongkat polisi memukul tengkuknya, membuat ia bertekuk lutut. Borgol mulai di pasangkan ke pergelangan tangannya.
Puluhan orang melotot tak percaya ketika melihat Raksa tertangkap. Baru saja Devan ingin berlari kearah Raksa, tangan Arvind menghentikan nya. Bukan tak mau menyelamatkan Raksa, namun pasti Raksa juga ingin mereka tetap selamat.
Keadaan malam itu riuh. Para anggota geng motor berlarian ke motornya untuk melarikan diri. Sedangkan yang tertangkap, ya hanya bisa diam di mobil tawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAKSA
Teen FictionHidup didunia, apa artinya untuk kalian? Jika lelaki ini berbicara, ia akan mengadu bahwa kehidupan sudah merantainya di dalam neraka duniawi. Kebahagiaan, kesedihan, kebencian, dan kekecewaan itu selalu merantainya. Menjadikan dirinya seakan-akan m...