🌸Cemas

46 4 5
                                    

Author minta maaf jika ada yang typo, selamat membaca🌸
______________________________________

Raka tersenyum puas, topi putih yang ia berikan kepada ara sangat cocok untuk gadis itu, sangat serasi menambah karisma ara

"Makasih, udah sono, habis ini dimulai tuh" Raka tersenyum senang, seolah telah di beri semangat , kini semangatnya telah menggebu gebu, entahlah pria itu ingin membuktikan kehebatannya di depan ara

"Yaudah gue tinggal" Pamit Raka kemudian pergi,

ara memperhatikan punggung Raka yang mulai menjauh dan mendekati tim sekolahnya

Sesaat kemudian Suara gong menggema diiringi sorakan demi sorakan dari barisan penonton pertanda bahwa pertandingan dimulai, diawali dari acara saling berjabat tangan dan perebutan bola

Prittt
Suara peluit nyaring menggelegar bersamaan dengan Raka yang mulai menendang bola ke agung, ara melihat Raka yang terlihat sangat keren, kali ini ara mengakui bahwa di balik sifat menyebalkan pria itu dia juga punya bakat dan keren terbukti ia sangat lihai tidak membiarkan tim lawan merebut bola, samar samar senyum ara mengembang hatinya sedikit berdesir

Kringgg kringgg

Gadis bertopi putih itu maraih smartphone nya yang bergetar, tercantum nama agatta disana

"Hallo beb"

"Apalo"

"Hehe maap deh beb"

"Kemana aja lo sampe ninggalin gue sendiri"

"Hallo ara"

Sapa seseorang di sisi lain pasti tiara

"Kita lagi di tribun tadi tiara kebelet
Aye aye huhu "

Suara ricuh dari penonton terdengar di telfon agatta

Ara menggeleng kemudian memencet tombol merah mengakhiri pembicaraannya dengan agatta , mata gadis itu fokus kembali kepada raka, dan sesekali padangan mereka bertemu walau tidak lama

"Ara" Sapa seorang pria dewasa dengan postur badan yang tinggi, pak agung guru olahraga nya

"Bapak" Sapa ara ramah kemudian mengalami pria jakun tersebut

"Kamu kok disini" Tanya pak agung sembari ikut duduk di sebelah gadis itu
Ara tersenyum kikuk

"Nungguin raka pak" Jawab ara sambil cengengesan

Pak agung sedikit arek dengan perkataan ara, yang dia tahu ara dan raka selalu saja tidak pernah akur, kedua alis pak guru tersebut saling menaut dan membuat kulit di dahinya berkerut

"Kok bisa? Kalian pacaran?" Tanya pak agung memastikan

Ara terkekeh
"Nggak mungkin lah pak, bapak tahu kan raka itu resenya minta ampun" Jawab ara gamblang dan lawan bicaranya mengangguk paham

"Tapi_" Pak agung menguntungkan ucapanya dan berfikir sejenak

"Tapi apa pak" Tanya ara penasaran

"Kalau dilihat lihat kalian itu cocok loh" Pak agung tersenyum jail

" Yallah pak nauzubilla" Ara memutar bola mata malas membuat pak agung terkekeh

"Gak boleh gitu ra, ntar beneran suka, dulu saya sama istri saya juga awalnya gitu beretengkar, benci ehh ternyata jodoh" Ucapan pak agung membuat ara sedikit jengah, cari yang lain deh pak masak raka , ara menggeleng cepat

"Yeee itu sih cerita pak agung, ini kan cerita ara_"

Brukkk

Suara gebrakan itu mengalihkan perhatian ara dan juga guru itu , pandangan mereka sama sama melihat ke arah lapangan diiringi dengan jeritan para penonton

Dengan sigap ara berdiri matanya menatap pria yang tersungkur jatuh, hatinya sangat was was

"Rakaaa" Teriak gadis bertopi putih tersebut, matanya menatap pria yang baru saja ia bicarakan tengah tersungkur dengan sedikit merintih kesakitan, ia tak tahu yang pasti apa penyebabnya karena ia sedari tadi tidak memperhatikan nya

Ara menggigit bibir bawahnya cemas, tiba tiba terbesit perasaan kasihan kepada pria itu, pertandingan masih berlanjut dan pria itu mencoba untuk berdiri matanya melirik ke gadis bertopi putih yang kini berdiri cemas menatapnya, pandangan mereka sempat beradu , raka tersenyum

Ara menggeleng, kemudian mengepalkan tangannya mencoba memberikan semangat sekaligus kekuatan , meski dapat dilihat dengan jelas gadis itu sangat cemas

Raka tersenyum kembali, hatinya sedikit berdetak tak karuan , ia sangat nyaman jika menatap gadis itu, apalagi setelah gadis itu memberikan semangat untuk nya membuat raka lebih semangat, pertandingan pun dilanjut , kali ini ara tidak akan mengalihkan pandangannya dari raka, kecemasan di dalam hatinya masih belum hilang, ia takut terjadi apa apa dengan raka

5 menit telah berlalu kini bola tengah dikuasai oleh raka, ara dapat melihat luka memar di lutut pria tersebut, rasanya pasti sangat sakit, tidak di pungkiri kembali bahwa ara sangat kagum dengan raka, pria itu sangat kuat

Musuh lawan kini mengincar raka yang tengah mengusai bola, pria itu di kepung oleh lawan dan sejurus kemudian raka lolos dari kepungan tersebut

Diam diam seseorang geram melihat nya masih lihai dengan bolanya padahal ia sudah berhasil membuatnya terbanting keras
"Gue nggak akan ngebiarin lo kali ini raka" Gumam pria yang juga berada dalam pertandingan

Raka masih menguasai permainan, seorang pria yang sama tinggi nya dengan raka kini berlari mendekatinya berusaha mengambil alih permainan

"Ka oper bolanya ke gue" Bara teman setim dengannya berteriak, raka menatap pria yang baru saja meneriaki nya

Brruukk

Mata ara terbelalak, kecemasanya bertambah saat pria yang baru saja terjatuh kini terjatuh lagi, gadis itu tahu persis saat seorang pria berbaju kuning dengan angka 5 itu berbuat curang dengan raka

Raka meringis, kali ini ia benar benar kesakitan,

"AAAAUU" Rintih raka kesakitan, kakinya benar benar sakit sepertinya ia keseleo,

Semua penonton teriak histeris tidak Terima dengan kecurangan pemain dengan nomor lima, brama nama itu tertera di baju kuning pria yang baru saja mencelakahi raka

Entah dari mana beraninya gadis bertopi putih itu, gadis itu mengambil seribu langkah dan memasuki area pertandingan, kini semua mata tertuju pada gadis itu, rambutnya menari kesana kesini karena gerakan larinya

"ARAA" Ucap Raka tak percaya melihat perempuan itu berlari mendekatinya,

Ara tak melihatkan keadaan sekitar, tujuannya kini adalah menolong Raka yang masih merintih kesakitan sembari melihat dirinya yang kini hampir sampai

"Araaa awasssss" Raka berteriak, saat menyadari sebuah bola melesat menuju gadis itu

Brak

Ara terpental keras ke sisi lapangan, kepalanya terbentur keras terkena aspal, kepalanya nyeri, pandangannya kabur, samar samar ia melihat benyangan menghampirinya, kepalanya sangat sakit, ia sangat lelah, nafasnya sedikit tercengat, sepertinya ia butuh istirahat sebentar

Hollaaa,

Makasih ya teman teman yang udah baca terus, dukung terus ya

Nanti besok pagi insyallah update uwuu kan

Instagram penulis : Rezahid406

#ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang