19

19.7K 1K 136
                                    

Sesuai janji,  aku up hari ini.
Part ini mungkin agak ngebosenin bagi kalian karena apa yg kalian tunggu ga ada di part ini.  Trs bagi kalian yg hobby ngehujat Geo,  disini ga ada celah bagi kalian buat ngehujat.  Sepeti biasa, kalo votment di part ini melebihi part sebelumnya, dua hari lagi aku up.

Happy reading

***
Tiga tahun kemudian

Seorang wanita memasuki rumahnya dengan wajah lelah, sesekali wanita itu akan memukul - mukul pundaknya berharap rasa pegal yang dirasakannya dapat hilang saat ia melakukan itu. Saat sampai diruang tamu, wanita itu tersenyum melihat mamanya yang sudah menunggunya. Entah kemana perginya rasa lelah yang dirasakannya saat melihat wanita paruh baya yang kini tengah membelakanginya sambil menonton TV.

Dengan langkah hati - hati, wanita itu mendekati mamanya, lalu tanpa mengatakan apa - apa langsung memeluk leher wanita paruh baya itu, membuat mamanya kaget dan langsung menatap ke belakang menatapnya.

"Saras, kau membuat mama terkejut." Ucap sang mama sambil memukul kecil tangan Saras.

Saras hanya tersenyum lalu duduk di samping mamanya. "Maaf, lagi pula apa yang mama tonton sampai - sampai tidak menyadari jika putri mama yang cantik ini sudah datang?" Saras menekuk wajahnya pura - pura merajuk.

"Wajah para aktor tampan di TV itu yang membuat mama lupa jika sedang menunggumu." Ucap Vania bercanda.

Saras semakin menekuk wajahnya, membuat mamanya tersenyum geli melihat senyum anak perempuannya. Vania mengelus pipi Saras yang semakin hari terlihat semakin tirus. "Apa kau tidak makan dengan teratur? Kenapa wajahmu setirus ini? Berat badanmu juga terlihat berkurang." Tanya Vania, sedikit tidak senang melihat keadaan Saras.

"Apa terlihat jelas? Dua bulan ini aku memang makan kurang teratur, banyak klien yang harus aku urus."

Vania langsung menatap Saras tidak suka. "Bukankah mama sudah bilang , lebih baik kau diam saja di rumah,  walau mama tidak bekerja uang mama tidak akan habis untuk
Menghidupimu."

"Tapi aku juga ingin mandiri, lagi pula aku menikmati pekerjaanku jadi mama tidak perlu khawatir."

"Tapi tetap saja mama tidak suka melihat putri mama kurus seperti ini. Apa pegawaimu tidak bekerja dengan benar hingga kau harus turun tangan dan pulang selarut ini?"

"Bukan begitu, malah mereka sudah bekerja sangat keras, aku hanya senang jika ikut turun langsung. Bukankah dengan begitu aku bisa semakin dekat dengan pegawaiku yang lain?"

Vania menghela nafas pasrah lalu menyenggol Saras, tidak lupa wanita paruh baya itu juga memberikan tatapan pura - puta kesal pada Saras. "Kau selalu berhasil membuat mamamu ini tidak dapat menjawab perkataanmu."

Saras tertawa mendengar ucapan mamanya, "Bukankah mama juga seperti itu, jadi jangan salahkan putrimu ini jika memiliki begitu banyak kesamaan dengan mama." Saras merangkul mamanya,  sambil tersenyum. "Ayo kita makan, aku sudah sangat lapar.  Aku sengaja ingin makan di rumah bersama mama.  Sofia pasti memasak banyak makanan enak." Ajak Saras.

Vania yang memang sudah menunggu kedatangan putrinya itu langsung menuruti permintaan Saras. Mereka langsung menuju meja makan, di sana Sofia sudah menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Vania memang selalu mengajak pelayan dan sopirnya untuk makan bersama di meja makan yang sama dengan dirinya dan Saras.  Menurut Vania, mereka adalah keluarga. Di dalam rumah itu juga dihuni oleh tiga orang saja, yaitu Vania, Saras, dan Sofia  sedangkan sopirnya bersama keluarganya.  Vania tidak terlalu suka mempekerjakan begitu banyak orang karena menurutnya Sofia sudah cukup cekatan untuk mengerjakan pekerjaannya,  karena rumahnya tidak terlalu besar dan luas.

Vania sendiri memang sudah tidak bekerja lagi, tetapi wanita paruh baya itu memeliki beberapa villa di Bali dan Lombok.  Vania juga memiliki beberapa rumah kontrakan, itulah yang menjadi sumber kekayaannya selama ini. Walau tidak sekaya pengusaha lainnya, tetapi selama ini kehidupan mereka sangat berkecukupan,  bahkan sesekali Vania akan mengajak Saras dan Sofia berlibur keluar negri untuk menghilangkan stres.

***

Saat ini Saras tengah sibuk memeriksa beberapa laporan yang diberikan oleh asistennya tentang permintaan beberapa kliennya yang menggunakan jasa event organizer miliknya. Saras memang memutuskan untuk membuka jasa event organizer acara ulang tahun anak setelah hampir selama dua tahun menganggur.

Pertamanya mamanya tidak setuju dan menentang keras keinginannya, tetapi setelah Saras menjelaskan dan mengatakan ingin belajar mandiri akhirnya Vania mengizinkan dan memberikan modal awal untuk Saras. Saras tentu saja senang, dan untunglah kerja kerasnya selama setahun ini tidak sia - sia. Jasa event organizer miliknya sudah cukup berkembang selama setahun ini, Saras sangat berterima kasih pada mamanya karena mau membantunya untuk merintis usahanya.

Pertamanya Saras sudah hendak menyerah karena selama tiga bulan tidak ada yang menggunakan jasanya, tetapi Vania menyemangatinya dan mengenalkan Saras pada teman - temannya. Dari sanalah untuk pertama kalinya jasanya dipakai untuk menghandle salah satu pesta ulang tahun cucu teman mamanya. Seakan jalannya dipermudah, setelahnya banyak teman - teman mamanya menggunakan jasa event organizernya untuk merayakan ulang tahun anak atau cucunya.

Drrtt

Saras melirik ponselnya sejenak, lalu saat mengetahui yang menghubunginya adalah mamanya dengan segara wanita itu mengangkatnya. "Halo, mamaku yang cantik. Ada apa gerangan sampai - sampai mama harus menghubungiku? Jangan bilang mama merindukanku?" Jawab Saras sambil bercanda.

Wanita disebrang sana mendengus mendengar perkataan putrinya. "Mama hanya ingin mengingatkanmu untuk makan siang.  Jangan sampai melupakan makan siangmu. Tubuhmu sudah kurus, jadi jangan menambah kekurusanmu dengan tidak makan secara teratur."

"Tentu saja aku akan makan siang, saat ini aku sudah berada di kafe dan ingin memesan makanan."

"Jangan berbohong, mama tau kau masih sibuk dengan kertas - kertas yang entah apa itu."

Saras membulatkan matanya, "Bagaimana bisa mama tau?  Mama tidak memasang cctv di ruanganku bukan?"

"Mama memiliki banyak mata - mata di sekitarmu,  jadi kau jangan macam -macam pada mamamu ini."

Saras langsung menatap asistennya yang kini pura - pura tidak mendengar pembicaraannya dengan mamanya. Saras menghela nafas. "Iya mama Sayang.  Aku akan segera makan siang sesuai keinginan mama."

"Jangan membohongi mama, kalau kau tidak mau mama datang ke tempatmu dan menyeretmu untuk makan siang."

"Iya mama." Ucap Saras sebelum mematikan sambungan ponselnya.

Wanita itu menatap Diana asisten sekaligus temannya dengan tatapan menyelidik,  sedangkan Diana hanya tersenyum sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya memamerkan gigi putihnya.  "Mamamu terus menerorku,  jadi aku tidak memiliki pilihan lain selain memberi tahunya jika putrinya sedang sibuk bekerja."

"Haruskah aku memecatmu?" tanya Saras menampilkan wajah sok marahnya.

Diana membukatkan matanya. "Kau bercanda?  Kau mau memecatku? Kau harus berfikir berulang kali jika melakukan itu.  Kapan lagi kau bisa memiliki asisten sekaligus teman yang cantik, perhatian, dan baik sepertiku."

"Sepertinya kau harus mengurangi kadar kepercaya dirianmu Diana."

Diana mendengus. "Sudahlah, lupakan masalah itu,  ayo kita makan. Perutku sudah lapar, dan harus cepat diberi asupan karena jika tidak semua pekerjaan ini akan kacau." Ucap Diana lalu langsung menari Saras keluar dari ruangannya.

Saras menggeleng melihat tingkah Diana, tetapi Saras tidak memungkiri jika apa yang dikatakan wanita yang lebih muda darinya benar adanya. Diana adalah wanita yang sangat perhatian, tidak jarang Diana membelikannya makanan jika Saras menolak untuk ikut makan siang bersamanya.

Diam - diam Saras selalu bersyukur karena dikelilingi orang - orang baik. Entah itu mamanya,  Sofia,  Saras, dan para pegawainya yang lain.

Tbc

Comeback To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang