23

30.8K 1.4K 572
                                    

Geo tengah berada di pesta ulang tahun pernikahan salah satu rekan bisnisnya bersama Lora yang mendampinginya saat ponselnya tiba - tiba bergetar. Pertamanya Geo mengabaikan, tetapi getaran ponselnya tidak kunjung berhenti. Pada akhirnya, Geo meminta izin untuk mengangkat ponselnya sejenak.

"Halo."

"....."

Geo tertegun saat mendengar suara lembut wanita yang menghubunginya. Geo tidak mungkin salah mengenali, ini suara Saras, istrinya.

"...."

Geo menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya. "Iya, saya sendiri."

"....."

"Tunggu, apa maksud anda? Apa anda tidak memiliki sopan santun? anda mengantar anak saya tanpa memberitahunya pada saya terlebih dahulu? Jika sampai terjadi sesuatu pada anak saya, saya tidak akan tinggal diam."

"...."

Geo mengumpat saat tiba - tiba sambungan ponselnya terputus secara sepihak. Dengan segera laki - laki itu pergi dari pesta itu. Lora yang melihat tentu saja kebingungan, tetapi saat Geo menjelaskan wanita itu tidak dapat berkomentar apa - apa. Wajah Geo terlihat tegang, dan jujur itu membuat Lora sedikit takut.

Saat sudah sampai dirumahnya Geo langsung menuju kamar Exel. Geo dapat bernafas lega saat melihatnya Exel sudah tertidur dengar lalap. Tidak ingin menganggu tidur nyenyak anaknya, Geo langsung keluar. Di luar kamar, ternyata Lora sudah menunggu. Laku - laki itu menatap Lora dengan dingin.

"Kita berbicara di kamar." Ucap Geo sambil melalui Lora begitu saja.

Sesampainya di kamar, Geo langsung melepaskan dasi yang digunakannya dengan kasar. Laki - laki itu menatap Lora.terlihat jelas jika saat ini Geo tengah menahan amarahnya. "Kau tidak ingin menjelaskan apa - apa?"

Lora menunduk, tidak berani menatap Geo. Baru beberapa hari yang lalu hubungan mereka membaik tapi hari ini Lora sudah mengacaukannya kembali. Jika sudah begini akan sangat sulit untuk mengembalikan mood Geo agar kembali membaik, pasalnya ini tentang Exel, Gei tidak pernah main - main dengan apapun yang berhubungan dengan putranya itu.

"Maaf."

Geo mendengus. "Apa jika terjadi sesuatu yang buruk pada Exel, kata itu juga yang ingin kau ucapkan?"

"Aku benar - benar lupa Geo."

"Lupa? Demi Tuhan Lora, dia anakmu. Dan bisa - bisanya kau melupakan anakmu?"

Lora memutar bola matanya. Ikut jengkel pada Geo yang selalu berlebihan jika menyangkut Exel. "Bisa kita tidak membahas ini? Lagi pula tidak terjadi hal yang buruk pada Exel."

Geo mengeraskan rahangnya mendengar jawaban Lora. "Ini bukan masalah sepele Lora! Apa kau tidak ingat berapa kali Exel hampir celaka karenamu?"

"Jadi sekarang secara tidak langsung kau mengatakan jika semua hal buruk yang menimpa Exel adalah salahku? Ini tidak adil Geo, hidupku tidak harus hanya untuk mengurus Exel, aku punya kegiatan lain selai itu!" Ucap Lora mengeluarkan semua kekesalannya.

Geo memejamkan matanya, merendam emosi yang siap meledak kapan saja. Pada akhirnya Geo memilih keluar dari kamarnya, meninggalkan Lora yang terus meneriaki namanya.

***

Saras mengikuti langkah mamanya yang menyeret dirinya untuk ikut bertemu dengan teman lamanya. Sejujurnya Saras hari ini sangat malas keluar dari kamarnya, tetapi mamanya terus memaksanya untuk ikut, yang membuat mau tidak mau Saras harus menurutinya. Belum lagi dengan ucapan mamanya yang mengatakan jika salah satu temannya ingin menggunakan jasa event organizernya untuk merayakan pesta ulang tahun cucunya membuat Saras memiliki sedikit semangat untuk menemani mamanya.

Dan di sinilah kini Saras duduk. Menyimak pembicaraan mamanya yang menceritakan tentang teman lamanya. Sejujurnya Saras tidak terlalu mengerti atau tertarik dengan apa yang di bahas mamanya tetapi untuk menghormari wanita yang sangat disayanginya itu Saras Saras hanya akan mengangguk atau menjawab seadanya jika jika ditanya. Karena tidak terlalu nyaman pada akhirnya Saras meminta ijin untuk ke toilet.

Saat sampai di toilet Saras hanya menatap dirinya dipantulan cermin, lalu sedikit membenarkan riasannya. Saat sudah selesai ia kembali ke meja yang ditempatinya. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat seorang bocah yang kini sudah duduk di tempat yang tadi di dudukinya. Tetapi bukan itu yang membuatnya kaget, Exel lagi - lagi ia bertemu dengan bocah laki - laki itu. Tidak sampai di sana, Saras kembali dibuat kaget saat Exep membalikan badannya lalu langsung meneriaki dirinya saat menyadari keberadaan Saras.

"Tante Saras." Teriak Exel sambil berlari menuju Saras. Tidak lupa, bocah itu juga merentangkan tangannya sebagai pertanda ingin di peluk oleh Saras.

Saras secara spontan langsung berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Exel lalu membalas pelukan Exel. Ada rasa nyaman tersendiri saat Saras mendekap tubuh kecil itu, seakan - akan memelul Exel adalah hal yang ingin dilakukannya sedari dulu. Saras melepaskan pelukan Exel, lalu mengusap pipi Exel, Exel benar - benar tampan dan Saras sangat betah menatap wajah polos bocah laki - laki itu.

"Exel kenal dengan anak nenek?" Tanya Vania pada Exel.

Exel mengangguk antusias, lalu menceritakan bagaimana awalnya mereka bertemu. Sesekali Saras akan tertawa dan menanggapi ucapan Exel. Hari ini Saras melihat, sisi lain dari diri Exel. Bocah itu bisa sangat cerewet dalam waktu - waktu tertentu, padahal dipertemuan mereka sebelumnya Exel sangat pendiam. Tetapi tanpa sepengetahuan mereka, seorang wanita paruh baya sedari tadi hanya terpaku melihat interaksi keduanya. Sangat jelas jika wanita paruh baya itu terkejut sekaligus ketakutan, terbukti dengan tangannya yang berada dibawah meja gemetar tidak terkendalikan.

***

Geo menatap ponselnya dengan pikiran yang tidak tenang. Ingin rasanya Geo menghubungi wanita yang sudah mengantar Exel pulang beberapa hari yang lalu. Harus Geo akui jika beberapa hari ini wanita itu terus saja menghantui pikirannya. Suara wanita itu terdengar tidak asing, dan Geo sangat mengenal suara wanita itu. Akhirnya dengan pertimbangan yang cukup bulat, Geo memberanikan diri untuk menghubungi wanita itu.

Panggilan pertama tidak diangkat, begitupula dengan panggilan kedua, ketiga dan seterusnya. Geo akhirnya menyerah, mencoba untuk mengenyahkan segala pikiran yang menghantuinnya. Mungkin Geo terlalu merindukan Saras hingga berfikir terlalu jauh. Geo memejamkan matanya, lalu dengan berlahan tangannya terulur meraih foto Saras yang terbingkai rapi dan terletak di meja kerjanya. Matanya mulai memareh saat melihat senyum lembut wanita itu. Tidak ada yang tau seberapa rindunya ia pada Saras. Orang - orang menyimpulkan jika Geo sudah dapat menerima kepergian Saras, tetapi itu Salah. Geo belum sepenuhnya dapat menerima kenyataan itu. Dilubuk hatinya yang paling dalam, Geo selalu meyakinkan jika Sarasnya belumlah pergi, walau kecil kemungkinan tetapi Geo masih selalu berharap jika kemungkinan itu benar adanya.

Kembali terbayang wajah Saras yang tersenyum, lalu bayangan Saras saat merawat Exel dengan penuh kasih sayang. "Di manapun kau berada, percayalah aku masih Setia menunggumu Saras." Bisiknya.

Geo lalu kembali meletakan bingkai foto itu di tempatnya. Tetapa, matanya tidak pernah lepas dari benda itu. Bayangan demi bayangan masa lalu mereka kembali berputar. Walau hanya sedikit kenangan manis yang dimilikinya saat bersama Saras. Mau tidak mau Geo harus menahan rasa sesak di dadanya, menyadari betapa brengseknya ia dulu. Jika saja ia tidak memaksakan keinginannya dan bisa bertahan bersama Saras, mungkin saat ini ia masih bisa melihat senyum lembut wanita itu. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, yang bisa Geo lakukan saat ini adalah menjaga Exel dengan dengan baik karena hanya Exel lah satu - satunya yang tersisa dari diri Saras.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Comeback To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang