01; Fist day school

147 20 6
                                    








Juli 2015

Hari Senin pagi yang cerah ini menjadi hari pertama para siswa masuk sekolah setelah libur tiga minggu lamanya. Jam menunjukkan pukul enam lebih lima puluh lima menit. Itu artinya lima menit lagi upacara akan segera dimulai. Tidak lama kemudian segerombolan siswa mulai berhamburan menuju lapangan upacara.

Dienga High School adalah salah satu sekolah kejuruan terbaik di kota ini. Salah satu sekolah yang menyandang predikat sekolah favorit dan tidak jarang mendapatkan penghargaan yang semakin membuat namanya harum.

Tidak mudah untuk bisa sekolah disini. Anak-anak yang bersekolah disini merupakan siwa pilihan dari seleksi yang ketat. Selain seleksi dan persaingan yang ketat, sekolah ini juga menerapkan peraturan yang sangat kuat dan tidak bisa dibantah bagaimana pun caranya.

Tapi berbeda dengan siswi  yang satu ini. Dia baru saja melewati gerbang sekolah dengan langkah kakinya yang terbilang santai. Bahkan bahunya saja sempat tertabrak siswa yang sedang berlari di belakangnya. Tapi dia tetap santai berjalan masuk ke area sekolah.

"Kak Dinda ayo bentar lagi upacara nya dimulai!"

"Udah sana duluan aja," balasnya pada orang lewat yang ia tidak kenal tadi.

Dia adalah Adinda Putri Azzahra. Siswi kelas 12 jurusan Pemasaran yang cukup aktif di sekolah. Dia biasa dipanggil dengan nama Dinda oleh orang-orang.

Karena langkahnya yang terlalu santai, Dinda jadi tidak bisa menyimpan tasnya terlebih dahulu di kelas sebelum mengikuti upacara. Mau tidak mau ia harus menyimpan tasnya di UKS. Setelah menyimpan tas, Dinda langsung mengambil posisi berdiri di baris paling belakang jajaran kelas 12, dan mengikuti kegiatan upacara dengan khidmat.


"Itu yang namanya Kak Adinda anak kelas 12 PS-2 itu?"

"Iya. Biasa aja, 'kan?"

"Iya ya. Tapi kok bisa bikin peraturan keramat sekolah diganti gitu aja karena dia?"

"Ada sesuatu kali?"

"Ap‒"

"Heh bukannya keliling malah ngobrol! Cepet cek anak-anak!"

"I-iya, Kak."


Adinda mengangkat sudut kiri bibirnya saat mendengar pembicaraan orang-orang di belakangnya. Ia pikir kabar tentang dirinya yang menaklukan peraturan keramat di sekolah tidak akan tersebar secepat ini.

Tapi apa itu tadi? Pujian? Sindiran? Atau ejekan?

Bagi mereka yang tidak mengenal Dinda, mungkin akan berpikir kalau Dinda adalah orang yang dingin dan apatis saat dilihat sekilas. Tapi beda cerita dengan mereka yang mengenal Dinda, karena perempuan itu punya banyak sisi yang tidak orang lain ketahui.

Sekitar tiga puluh menit sudah berlalu, acara upacara hari senin pun usai. Dinda segera mengambil tasnya yang ada di UKS. Dinda bisa merasakan ada beberapa pasang mata yang memerhatikan dirinya. Tentu saja dengan mulut-mulut usil mereka yang mempertanyakan kejadian tempo lalu saat sebelum liburan sekolah.

Tapi Dinda tidak mau ambil pusing. Dia segera melangkahkan kakinya menuju kelas PS-2. Rasanya Dinda tidak sabar ingin segera masuk ke kelas itu untuk bertemu teman-teman kelas barunya. Kabarnya kemarin ada pengaturan ulang untuk setiap kelas.

Saat Dinda baru sampai di ambang pintu kelas. Beberapa anak sudah berkumpul di depan kelas sambil tersenyum lebar ke arahnya. Dinda langsung tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah teman-temannya.


"Weh ini dia pahlawan kitaaaa."

"Adinda Putri Azzahra si pembawa perubahan!"

"Panutanku!"

Bros Before Loves [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang