15; Fight

26 10 0
                                    







Dinda dan Agni terlihat kelelahan setelah dari pagi melakukan olah tubuh dengan para anggota ekskul seni peran. Ya. Ini hari Sabtu. Saatnya semua murid refreshing dengan ekskulnya masing-masing.

Di tangan mereka berdua sudah ada minuman dingin yang sudah dibeli sebelum duduk di depan kelas. Sebentar lagi jam makan siang, setidaknya mereka harus mengembalikan tenaga yang sudah terkuras.

Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu mendekat ke arah mereka. Dinda maupun Agni tidak tertarik untuk melihat siapa yang datang. Tapi ketika seseorang itu berucap, atensi mereka berdua langsung teralihkan.

"Lagi istirahat?" Ternyata itu Ilyas. Laki-laki itu ikut duduk di lantai di depan Dinda dan Agni.

Mereka berdua hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Ilyas. Tiba-tiba Ilyas membuka ritsleting tas ranselnya. Dia mengeluarkan coklat batangan ukuran besar.

"Buat lo," ucapnya sambil memberikan coklat itu pada Agni.

"Eh?"

Refleks tangan Agni menerima coklat itu meskipun ia juga bingung mengapa Ilyas memberinya coklat. Mata Dinda juga ikut melihat coklat itu.

"Buat gue?" tanya Agni.

Ilyas mengangguk. "Iya."

"Buat gue mana?" tanya Dinda.

"Minta sono ke Fakhri," jawab Ilyas sambil berdiri.

Dinda mengerucutkan bibirnya sebal. "Lagian masa lo beli cuma satu sih?"

"Buat gue satu tau. Buy one get one!" kilah Ilyas sambil memeletkan lidahnya pada Dinda.

"Idih sejak kapan lo makan coklat? Perasaan lo pernah bilang ngga suka coklat," ujar Dinda. Wajahnya masih terlihat sebal dengan Ilyas.

"K-kapan gue bilang gitu? Sok tau lo!" sanggah Ilyas. Terlihat sekali kalau ia gugup.

Dinda yang masih sebal hanya menirukan ucapan Ilyas dengan wajah mengejek. Sedangkan Agni tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih pada Ilyas.

Dinda masih ingat dulu saat MOS, Ilyas menolak coklat yang sedang dimakan oleh Dinda. Laki-laki itu bilang tidak terlalu suka makanan manis.

Setelah Ilyas pergi, Agni meletakkan coklat itu di samping ponselnya yang tergeletak bebas. Tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di layar ponsel Agni.

Kak Rival

Tidak sengaja Dinda melihat notifikasi itu. Dengan cepat Agni segera menekan tombol power agar layar ponselnya mati.

"Lo belum putus sama Rival?" tanya Dinda.

Agni terdiam sebentar, "belum."

"Wow!" Tiba-tiba Dinda berseru. Membuat Agni menolehkan wajahnya pada Dinda. "Lo terima-terima aja setelah tau diselingkuhin?" tanya Dinda.

"Dia udah minta maaf dan gue—"

"Maafin dia lagi terus terima dia seakan ngga ada apa-apa. Gue bener, 'kan?" sela Dinda. Tidak tahu mengapa Dinda merasa sangat kesal dengan keputusan Agni.

"Semua orang pernah salah, Din," ucap Agni yang terdengar tenang namun serius.

"Dan ngga semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, Agni," ucap Dinda yang tidak mau kalah.

Yang awalnya mereka berdua merasa lelah karena habis olah tubuh, tapi sekarang Dinda dan Agni saling bertatapan dengan sengit.

"You know you're dumbass, right?" ucap Dinda sambil tersenyum miring.

Bros Before Loves [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang