09; About Revan

27 9 4
                                    







"Dinda kemana? Kok ngga keliatan?"

"Ada di kamar. Katanya banyak tugas."

"Lho perasaan setiap datang ke sini pasti diem di kamar terus ya."

"Udah kelas 12 soalnya. Harus banyak belajar."

Dinda segera memasang earphone ke telinganya. Memutar lagu kesukaannya dengan volume yang cukup keras. Dinda mencoba mengabaikan dunia nyata dengan cara menyelami dunianya sendiri.

Dinda benci situasi rumahnya saat ini. Ada beberapa saudara dari keluarga ayahnya yang datang kemari. Jarak kamar Dinda dengan ruang tv sangat dekat. Maka dari itu dia bisa mendengar suara-suara mereka dengan sangat jelas.

Bukannya Dinda tidak suka keramaian, tapi dia benci jika suara riuh itu berasal dari mereka. Bahkan tidak jarang mereka memberi Dinda pertanyaan-pertanyaan sensitif yang sebenarnya tidak penting.

Sebab itulah dia ada di sini. Di kamar, sendirian, sambil ditemani lagu-lagu kesukaannya.

Tiba-ada notifikasi muncul di layar ponselnya. Sebuah chat dari teman sekolah Dinda sekaligus tetangganya. Siapa lagi kalau bukan Revan.





Revanjing^^

|Keluar

Apa yg keluar?|

|Keluar dari rumah lo sekarang

Ngapain anjir|
Lo kenapa tbtb nyuruh gue keluar?|

|Buruan




Dinda segera bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah jendela. Dilihatnya ke luar ada seorang laki-laki yang mengenakan celana pendek sambil memainkan ponsel di samping sepeda.

Dinda menatap laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya. Bukan Revan namanya kalau tidak melakukan hal yang sulit ditebak.

Mencoba mengabaikan keadaan rumah yang ramai, Dinda berjalan keluar dari rumahnya. Di sana sudah ada Revan yang sedang nyengir menunjukkan sederet giginya yang rapi.

"Hai!" sapanya dengan wajah ceria.

"Mau ngapain sih?" tanya Dinda sambil mengerutkan dahinya.

"Ayo jalan-jalan pake sepeda," ajak Revan sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Males ah."

Revan berdecak sebal, wajahnya terlihat tidak suka. "Gue tau lo pasti lagi bete kan di rumah?"

Dinda merasa tertebak, tapi ia tetap dengan raut wajah biasa saja. "Kata siapa?"

"Udah buruan lo ambil sepeda sekarang. Abis itu jalan-jalan sama gue," kata Revan.

"Tapi gue lagi ngi—"

"Gue traktir."

"Oke tunggu bentar."

Dinda berbalik, kembali masuk ke kamarnya sambil menahan tawa. Dinda segera mengganti pakaian. Tidak lupa untuk mengenakan sweater.

Dinda mengeluarkan sepeda miliknya dari garasi. Setelah itu ia berteriak untuk izin pergi jalan-jalan menggunakan sepeda dengan Revan.

Kebetulan kakeknya Dinda sangat akrab dengan ayahnya Revan. Sehingga tidak heran kalau mereka suka pergi berdua.

"Mau jalan-jalan ke mana?" tanya Dinda saat mereka sudah mulai mengayuh sepeda.

Bros Before Loves [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang