Preparation

577 85 39
                                    

SHALIH SQUAD Special Conditions - Preparation

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 30 Mei

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕 plus, kindly watch the mulmed for further info dalam bahasan kajian okays! Semoga berfaedah ya. Allaahumma aamiin. TabaarakArrahmaan 💕

-::-

"Takut aja dia sendirian ngapa-ngapain, itu mah. Tauk gue. Paham."

Komentar Hamas terlontar selagi mereka menyiapkan segala keperluan yang kiranya mereka perlukan selama masa self isolation di vila milik keluarga Ben yang berada di kawasan Puncak. Dan yang barusan itu adalah pendapat pribadi Hamas ketika Saad menyatakan betapa baik hatinya Ben untuk mengumpulkan mereka di satu tempat dan jauh dari kebisingan kota yang kini tengah hiruk pikuk menghadapi wabah.

Mendengarnya, Saad tertawa sekilas.

"Kayak lo ya?" tanya Saad.

"Apanya?"

"Takut sendirian ngapa-ngapain, makanya ke sini?"

"Yeuh... Pede bat! Gue tuh malah mau nemenin lau," Hamas menunjuk Saad. "Kesian, kudu di rumah teros, kaga ada temen. Garing. Gue mah di rumah kan ada Mami, ada Papi, ada ART..."

Hamas bicara seraya dalam hati menghitung kaos yang dia letakkan di dalam koper berukuran sedang yang dia bawa dari rumah pagi tadi. Sepasang matanya enggan menatap mata sahabatnya, karena Saad pasti paham tuh, yang barusan itu cuma sepik alias asal ngomong belaka.

"Hm, sebenernya, enakan sendiri sih," kata Saad. "Gue kan ngga perlu repot-repot bangunin orang-badan-gede-tapi-bocah, tiap tengah malem."

Hamas menghela napas pendek. "Heh, lo pikir gue demen dibangunin tengah malem begitu, hah?! Kan gue udah bilang, lo kalau tahajud ya tahajud aja, ngapain sik ngajak-ngajak, elah..."

"Heh," Saad menatap sahabatnya dengan tatapan serius. "Lo pikir tahajud ngga capek? Berdiri lama, baca ayat-ayat, rukuk lama, sujud lama..."

"LAH?" Hamas cengok. Baru kali ini dia dengar Saad bilang tahajud itu capek. "Tuh, kan elu sendiri ngakuin. Tahajud itu capek, nyet!"

"Emang," Saad kembali sibuk memeriksa sikat gigi baru yang tadi dikasih Hamas begitu tiba di kontrakannya, sebelum memasukkan ke dalam koper di antara tumpukan kaos. "Kan istirahatnya nanti, di Surga, Mas. Di sini emang tempat capek. Makanya, gue ngga mau capek sendirian. Hahaha!"

Hamas ber-hahaha juga dengan mulut miring-miring. "Hehehe... Lucu?"

"Lucu lah," kata Saad di sisa-sisa tawanya. "Masa gue capek-capek, terus lo di sini enak-enak tidur?" sambungnya. "Tidur di rumah sendiri, sana. Ngga ada yang ganggu."

Hamas menatap Saad dengan cibiran penuh hinaan. "Lo ngga seneng?"

"Ngga."

"Oke!" kata Hamas. Tangannya menepuk keras bodi kopernya yang sudah menutup. "Gue ikut self isolation sama Ben aja dah kalau gitu!"

"Lah, kan gue juga?" kata Saad.

"Lo juga? Ikut-ikut aja lo. Ngga mau banget jauh-jauh dari gue?" Hamas mendecih penuh kemenangan. Ditutupnya koper dengan saksama, menekannya sedemikian rupa agar perlengkapannya aman di dalam sana.

Sedangkan Saad tertawa. "Ngga seneng gue, lo tidur pules banget. Nanti di sana mau gue gangguin tiap jam dua. Hahaha!"

Hamas lagi-lagi tertawa dengan bibir miring-miring.

Malam nanti, mereka akan bersama-sama melakukan perjalanan ke vila milik keluarga Ben yang dijadikan tempat self isolation pada masa pandemi COVID19 kali ini. Hamas mengajukan izin yang lumayan alot karena Mami bersikukuh meminta putranya untuk tetap berada di rumah, bukan berdiam di tempat sejauh kawasan Puncak. Tapi bukan Hamas namanya kalau menurut begitu saja. Beralasan sekalian kerja kelompok, Hamas minta izin tiga bulan self isolation dengan rengekan-rengekan khas yang dia punya. Lalu, Mami luluh juga, dengan syarat bahwa Mami boleh berkunjung ke vila tersebut kapan pun Mami mau. Dibolehin sih sama Ben, tapi Hamas minta banget Mami jangan tiap hari ke sana. Itu sih sama aja sekalian Mami tinggal bareng mereka aja gitu kan. Dibantu dengan persetujuan Papi, pada akhirnya, izin pun didapat.

SHALIH SQUAD Special ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang