Day 2. Kamis | Distracted by Satan

298 48 16
                                    

SHALIH SQUAD Special Conditions - Day 2. Kamis | Distracted by Satan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 12 Oktober

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕 plus, kindly watch the mulmed for further info dalam bahasan kajian okays! Semoga berfaedah ya. Allaahumma aamiin. TabaarakArrahmaan 💕

-::-

Menutup buku kecil berisi panduan zikir pagi-petang miliknya, Hamas bersandar pada sofa. Matanya terpejam, sementara kawan-kawannya yang lain asik mengobrol. Maklum, soal baca zikir petang, Hamas paling lama selesai. Kalau shalat sendiri dia bisa secepat kilat, tapi baca zikir pagi-petang justru paling lama, karena baca teks dan jelas tidak boleh salah.

Hari belum jam empat sore, tapi Hamas sudah mulai kelaparan dan kehausan. Padahal sesiangan tadi dia tidur begitu selesai shalat Zuhur. Yang lain juga. Kayaknya memang faktor puasa ditambah mereka tidak tidur semalaman kemarin.

"Gue bismillaah ada cerita yang mau dibahas nih," kata Saad, "nyambung sama bahasan Bima pagi tadi."

"Cerita apaan, Ad?"

Ben mengubah posisi duduknya, melihat lurus pada Saad. Seperti biasa, Ben memang jadi orang pertama yang menanggapi perihal kajian yang akan diadakan. Tadinya dia mau nanya nih, kok ngga mulai kajian sorenya? Tapi ngga enak.

Ngga enakan aja dia sih orangnya.

"Tentang setan yang ngedistrak manusia," kata Saad. "Yang didistrak ini manusia shalih. Seumur hidupnya cuma ibadah aja. Tapi mati dalam kondisi sebagai seorang pezina, pembunuh, dan pelaku syirik."

"Astaghfirullaah..." respons Shiddiq. Ngeri banget. Orang shalih kok bisa akhir hidupnya begitu?

"Naudzubillaah! Kok bisa?!" komentar Fajar.

"Innalillaahi..." Ben mengucap. "Dia difitnah? Oh, atau minum khamr ya? Kayaknya pernah denger di kajian mana gitu?"

"Iya tuh!" timpal Fajar. "Aing inget! Yang disuruh zina ngga mau, ngebunuh ngga mau, akhirnya dia pilih minum khamr! Iya bukan, Ad?"

"Bukan," sahut Saad, kalem.

Bima melepas kacamata, lalu membenarkan posisi duduknya, menghadap karib-karibnya.

"Terus?" Shiddiq penasaran. "Kalau yang dibilang Fajar itu gue udah pernah denger."

Saad menggeleng, "Bukan. Gue juga pernah denger kisah itu sih. Tapi yang mau gue ceritain ini bukan itu. Ini tuh kisahnya Syaikh Barshishah."

Kecuali Bima, yang lain mengernyitkan kening.

"Siapa tuh?" tanya mereka.

"Ya Allah, wangi amat!" Hamas terbangun dari pejaman matanya begitu hidungnya menghidu wewangian yang berasal dari dapur. Bu Ipah memang sedang menyiapkan menu untuk buka puasa mereka.

"Ckckck, makanan aja bangun euy," komentar Fajar.

"Tapi emang wangi, Jar, hehe," sambut Shiddiq dengan cengiran.

"Wah, ini nih distraksi juga nih, bentuk gangguan," kata Bima, tertawa. "Mau pindah ke depan aja apa?"

Bima menunjuk kursi panjang bersusun berhadapan dengan meja di balik dinding kaca bening yang terlihat jelas dari tempat mereka duduk saat ini.

"Boleh, boleh," kata Ben, "sekalian ngadem sore-sore."

"Masuk angin lu," kata Hamas yang agaknya batal tidur. "Eh, lagi pada bahas apaan sik?"

"Bahas orang yang tidur pas orang laen ngaji," kata Shiddiq, ekspresi wajahnya ngeselin. Hamas mencibir.

"Nyindir terooos!"

SHALIH SQUAD Special ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang