Day 4. Sabtu | Dua Golongan yang Tidak Pernah Kenyang

70 10 2
                                    

SHALIH SQUAD Special Conditions – Day 4. Sabtu | Dua Golongan yang Tidak Pernah Kenyang

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2022, 18 Mei

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕 plus, kindly watch the mulmed for further info dalam bahasan kajian okays! Semoga berfaedah ya. Allaahumma aamiin. TabaarakArrahmaan 💕

-::-

SETELAH dengan susah payah bangun untuk tahajud, alhamdulillaah mereka semua menunaikan tahajud berjamaah sebanyak delapan rakaat tanpa witir karena masing-masing orang sudah witir duluan sebelum tidur.

"Dingin, bbbrrr!" keluh Indra sembari merapatkan jaket yang dia kenakan. "Hujan mulu ngga berhenti-berhenti."

"Semoga Jakarta ngga banjir," kata Shiddiq.

"Aamiin yaa Allah! Rumah aing juga waspada kalau udah urusan banjir mah!" kata Fajar yang pada awal tahun ini rumahnya juga disapa genangan.

"Weh, weh, ini ngga pada lanjut tidur apaaah?" ucap Hamas pada karib-karibnya, karena tidak satu pun dari mereka beranjak dari ruang tengah usai tahajud berjamaah.

"Ngaji, ngaji..."

Kalimat Ben sukses bikin Hamas melirik tajam dengan kening mengernyit.

"Heh, Ben, gua paham elu suka ngaji, tapi ini jam tiga pagi, heeei!" omel Hamas.

"Yok, ngaji," kata Bima. Emang kayaknya sengaja banget tiap Hamas ngeluh soal kajian, pasti kajian bakalan auto digelar.

"Hmh, serah dah," kata Hamas seraya mengusap dada. "Sahur masih lama bat ini..."

Bima memang terbiasa mengerjakan puasa sunnah Nabi Daud; sehari puasa, sehari tidak. Sedangkan Saad terbiasa mengerjakan puasa sunnah Senin-Kamis. Hamas mah yaaa, bagian ikut-ikutan aja.

"Gue udah minta Bu Ipah buat siapin camilan," kata Ben. "Lagi on progress."

Ibu jari Ben menunjuk dapur nun jauh di belakang. Suara masak memasak juga tidak terdengar sama sekali, saking bagusnya bangunan yang mereka tempati.

"Beneran?" Mata Shiddiq membola.

Fajar bahkan meneguk ludah. "Hasik nih. Nemening Puang Bima sahur ya kan!"

Ben tertawa sekilas, lalu melihat pada Bima. "Ayo, Bim, dimulai kajiannya."

"Laper..." Hamas mengelus perut selagi kepalanya terkulai di sofa, dan satu tangan memeluk bantalan sofa. Saad sendiri sibuk dengan ponsel, sepertinya berkirim pesan dengan Fatima.

"Ad, mulai, Ad," Bima melihat Saad melalui kacamatanya.

Dipanggil demikian, Saad menegakkan leher, melihat teman-temannya satu per satu. "Sok lah, Bim," katanya.

Bima nyengir. "Antum aja," ucapnya dengan senyuman.

Kembali melihat sahabat-sahabatnya, Saad akhirnya membenarkan posisi duduk. "Masih setengah empat. Subuh masih lama, emang. Antum kan mau sahur ya, Bim..."

"Hayok gasin, Ad, biar ngga oleng ciyaaa..." kata Fajar.

"Gas, Ad, batre hape gue masih banyak, hehe," kata Shiddiq juga, "buat nyatet. Biar ngga malu sama Sultan yang udah nyiapin buku."

Ben tertawa lagi karena yang dimaksud Shiddiq adalah dirinya. Sebab begitu Bima bilang; 'Yok, ngaji', Ben bergegas mengambil buku catatan yang dia letakkan tadi di atas meja.

Sementara Indra dengan sukarela menepuk paha Hamas keras-keras, "Hudang, wey, kasep! Kajian na geus rek mulai. Sare wae! (Bangun, wey, orang ganteng! Kajian udah mau mulai. Tidur mulu!)"

SHALIH SQUAD Special ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang