Prolog

896 83 79
                                    

SHALIH SQUAD Special Conditions - Prolog

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, Mei 28

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

Selagi rebahan di sofa yang ada di kontrakan Saad, Hamas melihat notifikasi panggilan masuk berupa layanan video call di aplikasi wasap. Mengernyit heran karena yang melakukan panggilan adalah Benjamin Bin Adam, akhirnya Hamas menyentuh ikon jawab yang tersedia.

"Weh, apaan neh?"

Duduk tegak, Hamas langsung bertanya ketika mendapati Bima masuk dalam percakapan hanya selang beberapa detik dari tersambungnya Hamas barusan. Selanjutnya diikuti oleh Shiddiq, Fajar, dan...

"Lah, itu bocah kenapa ikutan dah? Woi, nyet, gue di depan ini..." suara Hamas mendominasi grup call yang dilakukan oleh Ben. Di layar, Saad tampak cengar-cengir karena dia juga bingung mendadak panggilan video masuk ke ponselnya.

"Ya udah seh, Mas, biar ganteng lo penuh tuh selayar," kata Fajar yang wajahnya kusut.

Wajar sih kusut, ini adalah pekan ke dua kampus dijalankan dengan metoda online. Setelah virus COVID19 merebak di berbagai belahan dunia, akhirnya negara mereka kena juga, dan tidak tanggung-tanggung, dalam hitungan hari, imbauan social distancing digalakkan. Para pekerja bekerja dari rumah, para pelajar belajar dari rumah. Jadi, seluruh mahasiswa dilarang keras untuk ke kampus dan diharuskan belajar di rumah. Kelihatannya semua akan normal. Padahal tidak.

Masalahnya, belajar di rumah itu menyebalkan untuk sebagian besar orang seperti Fajar yang tidak punya koneksi internet yang mumpuni. Koneksi internet di ponsel aja ambil paket yang murah karena Fajar bahagia di kampus ada WiFi gratis. Nah, Shiddiq ngga jauh beda. Study from home ini benar-benar menyiksa mahasiswa seperti mereka. Beda kasus kalau sebut nama Hamas, Ben, Bima, Saad, dan mahasiswa lain yang memang terfasilitasi hidupnya.

Terlebih, mereka berada di pengujung masa perkuliahan. Tapi karena adanya wabah ini, maka semua jadwal dijadwalkan ulang. Sidang skripsi tertunda, apalagi wisudanya. Bimbingan skripsi juga makin ngga jelas statusnya karena imbauan untuk tidak keluar rumah kian ketat dari hari ke hari.

"Napa lu? Muka lu memble amat? Sinyal jelek, hah?" ledek Hamas pada Fajar yang terlihat manyun.

"Suntuk!" jawab Fajar.

"Sinyal bukan jelek lagi. Kayaknya ora sudi banget ke lokasi rumah gue, haha," timpal Shiddiq. "Eh, lagi pada ngapain nih? Iseng bener ya di rumah doang..."

"Bukan maen, Diq. Kusut lah! Biasa di rumah cuma buat tidur, hahaha," kata Fajar. "Bim, kangen dijemput lo buat kajian nih. Haha..."

Ucapan Fajar hanya ditanggapi Bima dengan senyuman dan gelengan kepala.

Hamas menoleh begitu dilihatnya Saad, yang sejak tadi di kamar karena mau beresin lemari, kini menghampirinya dan ikut duduk di sofa.

"Ini ada apaan kok video call-an begini?" tanya Bima yang terlihat serius dengan kacamata bertengger di hidungnya. "Gue lagi nyari bahan tugas."

"Astaghfirullaah, Bim, lo mah kayaknya semangat banget ngerjain tugas, ah!" Fajar protes. Bima cuma nyengir. "Bim, serius, ini mah gue bukannya mati kena virus, mati mabok tugas dah! Kesel aing!"

"Perlu gue aminin ngga, Jar?" tanya Saad dengan tawa kecilnya.

"HEH! Jangan lah!" Fajar ngegas. "Ad, emang dosen lo pada ngga ngasih tugas, apa? Hah? Dosen gue modelan Malin Kundang semua! Asa hayang aing kutuk jadi batu!"

SHALIH SQUAD Special ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang