Gerah

11.9K 1K 73
                                    

***


Sudah dua minggu berlalu sejak Nara menghilang dan sampai detik ini, tak ada kabar pasti tentang gadis itu. Sejak kejadian pemberontakan yang terjadi berturut itu pula, Ibu Suri malah lebih khawatir dan posesif pada keselamatannya.

Sebenarnya Lisa sedikit risih, karena mertuanya itu selalu berkunjung hampir tiap hari dan secara tiba-tiba, pula. Bukan kedatangannya yang membuat Lisa tidak nyaman, justru dengan kedatangan Ibu Suri ia jadi punya teman ngobrol yang bisa merespon dengan bebas tanpa sungkan. Kalau di dunianya, Ibu Suri itu bisa dikatakan sosialita berjiwa sosial.

Namun, ada satu hal yang selalu mengusik, yaitu ketika Ibu Suri selalu membahas cucu. Sungguh, Lisa jadi ingin menghilang dari bumi dan pergi ke merkurius lalu membangun peradaban baru ketika Ibu Suri sudah membahas itu. Ya kali dia memberikan cucu, sedangkan punya suami saja, tidak.

Bukannya tak mau mengakui kalau Kaisar Lee adalah suaminya. Oh, dia memang tidak mengakui Kaisar Lee adalah suaminya. Yang ada di pikiran Lisa berbeda.

Ini bukan karena sikap dingin dan acuh Kaisar pada Permaisuri Aerin, bukan pula masalah ketulusan cinta atau tidaknya. Memang benar, Permaisuri Aerin adalah istri Kaisar Lee. Jadi, garis bawahi ini, istri Kaisar Lee adalah Permaisuri Aerin, bukan dirinya.

Dan ingat, mereka adalah dua pribadi yang berbeda.

Dua orang yang berbeda.

Dan memiliki dua kehidupan yang berbeda.

Meskipun dia terjebak dalam tubuh Permaisuri Aerin, tentu dia tidak mau menjadi duri dalam hubungan orang. Apalagi di dunia antah berantah ini. Sungguh, dia tidak mau bernasib sama dengan rekan artisnya yang sampai dikatai 'pelakor' karena merebut kekasih orang.

Padahal itu hanya drama.

Entah bagaimana ceritanya, sampai sekarang Lisa tidak tahu kenapa ia bisa kemari dan untuk apa dia di sini. Kalau dulu dia pernah membaca novel, si gadis yang terjebak dalam tubuh seorang ratu di dunia antah berantah akan bertugas membalaskan dendam atau membuat raja jatuh cinta padanya dengan perubahan sikap atau apalah guna mengubah takdir menyedihkan sang ratu.

Namun, astaga ... yang benar saja. Dia masih ingin punya pacar tampan yang pengertian dan romantis seperti drama yang pernah ia bintangi, menikah, hidup bahagia lalu punya anak lucu seperti boneka yang akan ia pamerkan pada rekan-rekan sesama artisnya.

Bukan bermaksud sombong, tapi Lisa memang sangat handal dalam berakting. Bisa saja dia membuat Kaisar jatuh cinta kalau dia bertindak. Jangan salah, dia sangat berpengalaman masalah gombal-menggombal.

Namun Lisa terlalu malas untuk melakukan itu. Kalau di dunianya, ia bisa mengeruk uang hanya dengan sandiwara picisan. Lah ... kalau di sini? Boro-boro dapat uang, lehernya saja hampir disembelih oleh Kaisar iblis itu.

Hi ... ngeri, deh!

Malam ini, kebetulan cuaca tampak cerah. Mata bulatnya menatap indahnya bulan yang gagah dengan bentuk sempurnanya. Bintang-bintang pun tampak begitu indah, seolah tak mau kalah memamerkan kilauan cantiknya.

Lisa berdiri di teras tempat tinggalnya, melipat tangannya di atas pagar pembatas. Menikmati ketenangan malam dengan angin yang berhembus semilir. Lama ia terdiam dalam posisi yang sama, hingga perlahan, ia mulai merasakan ada yang aneh pada dirinya.

"Kenapa aku jadi gerah, ya?" Lisa memegangi tengkuknya.

Dia berbalik ke belakang, menatap Dayang Im yang setia berdiri di belakangnya sambil menunduk penuh hormat.

"Dayang Im, apakah kau juga gerah?"

"Yang Mulia, malam ini sangat dingin. Bagaimana anda bisa merasa gerah? Apakah anda demam, Yang Mulia?"

"Eh?" Lisa tersentak, spontan langsung menempelkan telapak tangannya pada kening. Namun, rasanya malah makin aneh. Ia merasakan dingin pada telapak tangannya, tapi sekujur tubuhnya terasa panas di dalam.

"Ah ... tidak, aku ... aku akan masuk saja."

"Yang Mulia, jika Anda sakit, saya akan panggilkan tabib sekarang."

Lisa tersenyum lebar. "Tenang saja Dayang Im. Aku baik-baik saja, kok. Aku ke dalam dulu, ya?"

Setelah masuk ke dalam rumah, Lisa melepas satu persatu lapisan pakaian yang menutupi tubuhnya, menyisakan satu lapis tipis pakaian yang tinggal di sana. Menimang-nimang keadaan tubuhnya yang kian gerah, Lisa memutuskan untuk mandi air dingin.

Cukup lama ia berendam karena rasa panasnya entah mengapa kian menjalar ke seluruh tubuh. Gerah ini berbeda. Ini bukan hal biasa. Setelah lama berendam dan rasa panas itu kian membara. Lebih baik ia meminta Dayang Im memanggilkan tabib.

Setelah berpakaian rapi, Lisa duduk di balik meja mungilnya yang menghadap pintu kayu utama kamarnya.

"Dayang Im, bisakah anda masuk?"

Tak lama berselang, Dayang Im masuk dengan menunduk.

"Ada gerangan apa Yang Mulia memanggil hamba?"

Saat Dayang Im mendongak, matanya langsung melotot dengan mulut yang terbuka sempurna. Saking terkejutnya dengan apa yang dia lihat, tubuhnya sampai lemas dan jatuh ke lantai seketika.

"Dayang Im! ANDA KENAPA?" pekik Lisa segera mendekat.

***

The Queen Of Fantasia (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang