Arti Keluarga Kecil

8.9K 833 17
                                    

"Yang Mulia, tenanglah! Sudah sejak tadi siang Anda terus menangis. Lihatlah, kedua mata Anda sudah membengkak," bujuk Dayang Im kembali memasuki kamar permaisuri.

"Yang Mulia Kaisar, huwa ... dia marah. Bagaimana kalau nanti aku dihukum gara-gara membuat Pangeran Lee Sung menangis?" gumam Lisa tidak begitu jelas karena ia menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. Untung saja, pendengaran Dayang Im masih normal, jadi ia masih bisa menangkap apa yang diucapkan gadis itu.

"Yang Mulia, Anda jangan berpikir seperti itu."

"Jangan berpikir seperti itu bagaimana?!"

Dayang Im hendak berkata, tetapi wanita paruh pabaya itu tersentak ketika melihat sosok pria berjubah istana diikuti putra kecilnya datang memasuki kamar Permaisuri Aerin tanpa permisi. Terlebih, ketika wanita itu menyadari siapa sosok yang kini tengah berdiri di sisinya. Dayang Im hendak memberitahukan keberadaan Kaisar Lee. Namun, pria itu segera mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar Dayang Im lekas keluar.

Si kecil langsung berlari dan membungkuk di sisi ranjang. Wajahnya tampak mengerut, antara geli sambil menahan tawa.

"Dayang Im, kau tahu sendiri jika Kaisar Lee itu selalu tega padaku. Dia selalu mencari-cari kesalahanku agar dia punya alasan untuk menyakitiku. Sekarang, aku baru sadar. Pasti dia menyuruhku berlatih dengan Pangeran Lee Sung karena dia ingin menghukumku."

"Siapa bilang Kaisar Lee akan menghukum Anda, Permaisuri?"

Suara berat yang memasuki gendang telinganya itu lantas menginterupsi tangisan keras Lisa. Wanita itu sontak terdiam.

Tunggu, itu bukan suara Dayang Im.

Lamat-lamat, Lisa menoleh untuk memastikan apa yang dia dengar tidak salah. Baru saja mengangkat kepala, betapa terkejutnya ia ketika mendapati sosok wajah mungil menatapnya datar. Lisa membeku di tempatnya, terlebih ketika tangan mungil itu tiba-tiba menepuk kepalanya pelan.

"Ck, ck, ck ... dasar cengeng!" ucap anak kecil itu sambil menggelengkan kepalanya heran.

Kedua kelopak mata Lisa berkedip bingung, agaknya butuh waktu sepersekian detik bagi Lisa untuk mencerna apa yang sedang dia lihat dan didengarnya. Setelah sempurna mendapat kembali kesadarannya, sontak dia langsung terduduk, memandang terkejut pangeran Lee Sung yang telah berdiri di sisi ranjangnya.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Lisa was-was.

"Sudah besar, tapi cengeng. Payah sekali!"

Kan, anak ini mulai mengajak Lisa berperang!

Lagi!

"Hei, kau lupa, ya? Apa kabar denganmu tadi?"

"Aku, 'kan masih kecil," elak Lee Sung mendongakkan dagu congkak.

Mata Lisa menyipit tidak suka. "Kau, 'kan laki-laki! Asal kau tahu, pria itu tidak boleh cengeng."

"Aku tidak cengeng! Anda yang cengeng!"

"Apa, hah? Ini semua karenamu! Kalau kau tidak cengeng, aku tidak akan menangis!"

"Kenapa Anda jadi mengikutiku menangis? Anda, 'kan sudah tua!"

Lisa mengeraskan rahangnya. "Asal kau tahu, aku menangis bukan karena iba melihatmu, tapi aku takut Kaisar Lee akan menghukumku!"

"Aku tidak menghukummu, Permaisuri."

Deg!

Kepala Lisa menoleh ke belakang, betapa terkejutnya ia ketika mendapati Kaisar Lee tengah duduk bersila di balik meja mungilnya yang menghadap ke pintu kamar. Pria itu tidak menatapnya, melainkan memusatkan perhatiannya pada secarik gulungan parkemen entah apa isinya.

The Queen Of Fantasia (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang